Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.
What Kind of Future
Happy Reading
. . .
Setelah membaca tulisan terakhir dari Joshua untuknya, rencana menghabiskan hari di Pantai sambil menunggu matahari terbenam pada akhirnya gagal.
Saat ini Ryu dan Erza telah sampai di galeri yang sepertinya telah tutup.
Sebagai orang yang mengenal keluarga Joshua Erza diberikan akses khusus ke galeri ini. Dan tentu saja, walaupun tak ada bibinya dan galeri telah tutup Erza masih bisa masuk ke galeri itu bersama dengan Ryu.
"Untungnya gue punya akses penuh, jadi kita bisa masuk kesini." Ujar Erza sembari membawa Ryu masuk.
Erza menggandeng tangan Ryu bersamanya. Sedari tadi anak itu telah kehilangan sebagian besar tenaga miliknya. Keadaan yang masih lemah serta ditambah dengan kenyataan menyakitkan mengenai sahabatnya membuat kondisi Ryu jauh dari kata baik-baik saja.
Sempat anak itu muntah darah dan mimisan lumayan banyak tadi. Tapi keadaan itu tak membuat Ryu menghentikan keinginannya.
Langkah Erza melambat kala mereka berdua telah sampai di ruang utama. Ryu yang tadi berjalan sembari menunduk kini mendongak dan melihat sebuah lukisan yang terpampang jelas di depan matanya.
"Lukisan ini jadi yang terbaik disini. Katanya orang-orang yang liat lukisan ini selalu terbawa emosi dan ngerasain apa yang si objek rasain." Erza menatap lekat lukisan di depannya.
"Oh ya, Joshua bilang lukisan ini diambil sebelum lo meninggal. Dan katanya ini senyum paling indah yang dia liat dari lo waktu itu."
"..."
Ryu berjalan mendekat kearah lukisan yang ada di depannya. Tangannya meraba bagian wajah lukisannya yang sedang tersenyum waktu itu.
Joshua benar. Ini adalah senyuman paling indah yang pernah ia lihat.
"Seniman kayak Joshua paling bisa gambar gue jadi seindah ini. Padahal waktu itu kita lagi bikin jokes tentang penyakit kita, tapi senyum gue disini keliat bahagia banget.." Komentar Ryu dengan senyum mirisnya.
Ini memang miris. Ryu bahkan mengomentari ekspresinya sendiri.
Jujur saja ia merasa telah berpaling dari kebaikan sang Maha Kuasa. Sampai hari ini, Ryu selalu merasa jika tuhan tak adil dan mengecualikannya dari kebahagiaan. Tapi ternyata, ia hanya tak sadar akan beberapa hal dihidupnya.
Ia tak sadar jika tuhan telah begitu baiknya mengirimkan seorang Joshua padanya. Joshua adalah orang yang pernah membuat Ryu bahagia tanpa dia sendiri sadari sebelumnya.
"Harus pake apa gue nebus semua kesalahan gue Za.."
"Awalnya gue ngerasa nggak adil sama hukuman ini. Tapi sekarang gue malah ngerasa gue pantes dihukum seberat-beratnya atas semua kesalahan yang udah gue perbuat.."
Erza menoleh kearah Ryu. Tangannya mengusap punggung sempit sahabatnya itu dengan lembut.
"Lo boleh merasa bersalah atau sedih. Tapi satu yang harus lo ingat, sebelum sedih akan orang lain lo harus belajar menyayangi diri lo sendiri.."
"Semua yang terjadi semata-mata karena lo nggak sadar udah mengesampingkan diri lo ketimbang orang lain. Lo nggak pernah inget diri lo yang masih pengen berjuang untuk hidup dan malah lebih peduli sama luka yang orang lain kasih buat lo. Mungkin apa yang gue katakan lumayan menyakitkan, tapi gue bilang gini supaya lo sadar akan kesalahan yang selama ini perbuat.."
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
General FictionRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...