Ch - 20

1.3K 130 3
                                    

Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.

What Kind of Future

Happy Reading


...

Sejak kejadian di pemakaman kemarin, entah sudah berapa kali dalam sehari Erza terus menerus menghindari sosok Ryu. Dari mulai sarapan, pergi sekolah, hingga jadwal makan siang di kantin Erza terus mencari alasan untuk tak berdekatan dengan anak itu.

Dan karena Erza mencoba menghindari Ryu, di jam istirahat Erza hanya menghabiskan waktunya di rooftop sekolah.

"Huft.."

Helaan nafas kekuar begitu saja dari mulut Erza. Remaja itu memakan roti isi dan juga susu yang tadi sempat ia beli dari kantin.

Sebetulnya, bukan tanpa alasan ia memutuskan untuk menjauh dari Ryu terlebih dahulu. Ia hanya malu. Ia merasa sudah lancang pada Ryu saat di pemakaman tempo hari. Walau sudah berstatus teman, sangat tak benar untuk Erza yang notabenenya pernah tak menyukai Ryu untuk menahan Ryu pergi.  Memang posisinya sebagai sahabat Uji dan teman Ryu membenarkannya untuk mencegah Ryu pergi. Namun, dari semua luka yang telah Ryu alami harusnya Erza berpikir lagi untuk mencegah anak itu.

Ryu bisa saja berpikir jika Erza egois dengan menahannya dikehidupan yang bahkan bukan lagi milik anak itu.

"Ck, takdir kenapa jahat banget sih? Disatu sisi gue nggak mau kehilangan lagi, tapi disisi lain gue juga nggak tega liat Ryu yang ngadepin luka tiap harinya." Erza menggerutu dalam hati.

Andai saja bisa bertemu dengan orang yang memberikan Ryu hukuman, Erza ingin sekali berkata padanya untuk berhenti saja. Mungkin benar jika Ryu telah melakukan dosa besar, namun Erza yang dahulu sempat berpikir jika Ryu pantas dihukum kini berubah pikiran. Dengan semua rangkaian luka yang telah Ryu dapat baginya semua sudah cukup. Jika harus ditambah lagi, Erza jadi sedikit ragu, kiranya apakah hukuman yang Ryu dapatkan itu sepadan atau tidak.

Lama tenggelam dalam pikirannya, Erza sampai tak sadar jika makanannya sudah habis tak bersisa. Remaja itu melihat jam dan menemukan jika masih ada 20 menit lagi waktu sebelum jam masuk berbunyi.

"Masih ada 20 menit lagi, kayaknya nongkrong di perpus bisa deh.." Gumam Erza sembari membereskan bekas makannya.

Setelah memastikan tak ada barang atau sampah yang tertinggal, Erza memutuskan untuk pergi meninggalkan rooftop. Namun baru saja akan membuka pintu, Erza dikejutkan dengan tiga orang anak seumurannya. Erza mundur beberapa langkah begitu mereka berjalan mendekat kearah Erza.

"Faris?"

"Mau ngapain lo hah?!"

Tatapan Erza begitu was-was pada tiga orang siswa yang ternyata adalah Faris dan dua temannya. Jika ditanya Erza kenal Faris atau tidak, tentu saja Erza kenal anak itu dengan sangat baik. Erza tidak akan pernah lupa pada sosok yang telah menyakiti sahabatnya Uji semasa hidup dulu.

"Gue cuma penasaran kenapa temen si bocah sial ilang satu. Ternyata, lo misahin diri dari mereka.." Ucap Faris seraya berjalan mendekat.

Melihat Faris yang terus mendekat membuat Erza reflek menjauh. Namun, sebelum mundur dan menjauh, tangannya lebih dulu di pegangi oleh dua teman Faris yaitu Rivo dan Tio.

"Jangan jauh-jauh mundurnya, gue cuma mau ngobrol sama lo dikit. Dan mungkin harusnya lo juga dengerin omongan gue, soalnya ini berkaitan sama sahabat lo si bocah sial itu."

What Kind of Future? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang