Ch - END

1.7K 102 13
                                    

What Kind of Future

Happy Reading


. . .

Malam telah datang membawa kegelapan sementara. Suara deburan ombak serta angin malam yang bersahutan membuat suasana malam ini jadi lebih terasa sepi.

Ya. Memang semua terasa sepi semenjak Ryu tak ada. Semua mengakui hal itu.

Erza, Dikey, dan Langit duduk menatap lautan yang tak lain hanya gelap semata. Ketiganya masih betah dalam diam setelah tadi mendengarkan cerita dari masing-masing. Mereka masih mencerna seluruh kejadian yang akhirnya terhubung dan memiliki titik terang.

"Ternyata awal mula ceritanya gitu ya.." Langit membuka suara terlebih dahulu.

"Gue nggak percaya hantu, gue nggak percaya cerita aneh yang nggak masuk akal. Tapi, nggak tau kenapa kali ini gue percaya sama semuanya.." Ucap Langit diselingi kekehan miris.

Selain terkenal cuek, Langit juga sebetulnya adalah salah satu dari segelintir orang yang tak percaya pada hal yang tak bisa dijelaskan oleh nalar. Ia tak pernah percaya adanya hantu atau jiwa-jiwa yang berkelana setelah mati.

Namun, entah mengapa ia memutuskan untuk percaya pada cerita Erza dan segala hal tentang Ryu.

"Waktu ada kecelakaan di depan rumah sakit pas kita mau ketemu lo kita pernah berharap hal yang sama kayak lo Za. Dan kalo nggak salah, waktu itu tepat sama waktu kematian Ryu. Itu artinya.." Ucapan Dikey terhenti.

Saat itu juga Langit menatap Dikey sendu. "Kita juga termasuk orang yang punya harapan biar Ryu ngejalanin semua ini.." Ucap Langit melanjutkan.

Erza menundukkan wajahnya. Jika benar apa yang mereka pikirkan saat ini, apakah mereka masih pantas untuk merasa sedih atas apa yang terjadi?

Apakah pantas bagi mereka masih menganggap jika Ryu adalah teman mereka?

Bahkan setelah semua ini?

"Ngapain gue pernah benci sama Ryu sih?! Ngapain gue pernah kasar sama dia?!" Erza memukul kepalanya berkali-kali guna melampiaskan rasa kesal dalam hatinya.

Dikey dan Langit pun hanya bisa melihat saja. Keduanya tak bisa lagi menghibur atau bahkan sekedar membuat Erza lebih baik. Mereka merasa tak pantas. Mereka juga merasa bersalah.

. . .

Sementara itu, disisi lain Ryu menahan tangisnya ketika melihat keadaan sahabat-sahabatnya bersama dengan Nirmala. Rasanya Ryu ingin sekali menghampiri mereka dan mengatakan jika apa yang mereka pikirkan itu tak benar.

Namun tentu dirinya tak bisa. Ia tak bisa melakukan apapun selain hanya melihat dari jauh, itupun atas kemurahan Nirmala padanya.

"Rasa bersalah, sakit, kehilangan, dan semua perasaan yang ada pada mereka adalah bagian dari hidup mereka. Mengizinkanmu melihat semua ini adalah agar kau bisa melihat bagaimana kesedihan dari mereka yang ditinggal pergi."

Ryu menoleh pada Nirmala dengan tatapan yang mengiba.

"Nggak bisa ya bikin mereka ngerti kalo semua bukan salah mereka?" Tanya Ryu. Nirmala tersenyum dan menggeleng.

"Semua sudah diatur sedemikian rupa anak manusia. Joshua telah mengatakan pada saudaranya tentang semua yang terjadi lewat mimpi dengan mempertaruhkan keistimewaan yang ia miliki sendiri. Lalu Ryuzi Andrea Valerian juga mempertaruhkan kesempatan untuk hidup kembali yang diberikan tuhan guna membuat semua ini terjadi.."

What Kind of Future? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang