Ch - 23

1.2K 129 9
                                    

Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.

What Kind of Future

Happy Reading

...

"Maaf ya Om, tadi saya tiba-tiba sok kenal dan lancang peluk-peluk Om."

Ryu menunduk sembari memainkan jari tangannya tanpa berani melihat sosok Rendi. Ryu mengira Rendi tak nyaman dengan apa yang ia lakukan hingga menjadi lumayan takut.

"Jangankan kamu, Om juga tadi lancang kok bales pelukan kamu. Tapi wajar sih, soalnya yang kita rindukan orang yang sama." Ucap Rendi maklum. Ryu mengangguk canggung menyetujui ucapan pria paruh baya itu.

Ryu memang mengaku sebagai salah satu teman dari dirinya yang ada dimasa lalu. Dirinya mengaku sedang rindu dengan sosok Ryu hingga saat melihat Rendi dirinya reflek memeluk pria paruh baya itu. Beruntungnya, Rendi mengatakan dia percaya pada ucapan Ryu saat itu dan bahkan mengajak Ryu berbincang di rumah.

"Oh ya, ngomong-ngomong kamu kenal sama Ryu dari kapan? Udah lama kah?" Tanya Rendi dengan nada ramah.

"Saya kebetulan ketemu Ryu di RS. Saya waktu itu dirawat pas lagi cedera, dan kami tiba-tiba deket pas waktu itu." Jelas Ryu berdusta.

Rendi mengangguk percaya. "Anak Om memang pernah dirawat disana. Dan Ryu pasti pernah cerita tentang Om sama kamu kan?" Ryu mengangguk kecil.

"Yah, dia emang kayak gitu. Kalo deket sama seseorang pasti nyeritain keluarganya." Rendi berucap lirih. Terlihat raut sedih di wajah Rendi yang tak lagi muda itu.

Ryu tertegun sejenak melihat itu. Dirinya akui memang Ryu memiliki waktu yang lumayan baik bersama yang ayah sehingga dia selalu bercerita pada orang lain tentang ayahnya. Walaupun setelah perselingkuhan Mamanya terungkap Rendi berubah menjadi ayah yang buruk, setidaknya jika bersama pria itu Ryu memiliki sedikit kenangan baik. Bukan hanya kenangan buruk saja.

"Maaf lancang Om. Ryu pernah cerita kalo keluarganya nggak peduli sama dia karena penyakit dia yang aneh itu. Ryu bilang, dia selalu dibilang monster sama orang-orang sekitar termasuk Mamanya. Tapi, walau Om juga jauhin dia katanya Om beda. Mungkin Om sama-sama nggak peduli, tapi Om nggak pernah anggap dia monster dan itu jadi salah satu alasan kenapa Ryu nggak benci Om kayak dia benci yang lain."

Rendi menatap lekat mata Ryu setelah mendengar itu.

"Dia bilang gitu?" Tanyanya. Dan Ryu pun mengangguk.

"Ada banyak hal yang bikin dia sedih Om, tapi seenggaknya Ryu pernah senyum pas nyeritain sosok Om dimasa lalu." Jelas Ryu. Sebetulnya ia ingin menangis saat ini, namun tak mungkin dirinya melakukan itu sementara wajah yang sekarang berhadapan dengan sang ayah adalah wajah orang lain.

Rendi membuang muka kala air mata tiba-tiba saja menyeruak ingin keluar dari matanya. Pria paruh baya itu mati-matian menyembunyikan tangis dari remaja yang katanya adalah teman dari putra semata wayangnya itu.

Ia benar-benar merasa tertohok untuk kesekian kalinya dengan fakta yang dibawa oleh mendiang putranya.

Pertama, Rendi yang kala itu malah menghindar dari pemakaman Ryu diberikan fakta menyakitkan dari sahabat baik putranya yang bernama Joshua. Anak itu mengatakan bagaimana kesepiannya Ryu dan bagaimana menderitanya putranya itu. Rendi benar-benar tak menyadari bagaimana menderitanya Ryu saat itu, dan sialnya Rendi malah menyadari semuanya ketika Ryu sudah tiada.

Putranya itu merasa sakit hati atas perlakuan orang tuanya sendiri bahkan hingga ajal menjemputnya.

"Om sebetulnya nggak pantes jadi sosok ayah yang diceritakan sama Ryu dengan senyuman. Daripada senyum, Om lebih banyak ngasih luka sama Ryu dan bikin dia menderita." Ucap Rendi lirih. Ryu tentu bisa mendengar itu, dan karena mendengar hal itu jugalah ia yakin jika sang Ayah telah berubah seperti yang diceritakan Erza tempo hari.

What Kind of Future? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang