Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.
What Kind of Future
Happy Reading
. . .
Mengenai sebuah takdir tak ada yang tahu bagaimana rahasianya. Masa depan, masa lalu, dan masa kini semuanya dikelilingi oleh rahasia yang bahkan tak diketahui oleh siapapun jua.
Hal itu membuat banyak dari manusia kadang menyalahkan kerja dari takdir itu sendiri.
Menyebutnya tak adil, menyebutnya terlalu cepat atau terlalu lambat, dan juga menyalahkan kedatangannya yang katanya tak tepat. Takdir dan rahasianya menanggung semua itu, namun justru itu jugalah hal yang membuat takdir lebih menarik.
Apa takdir yang akan kita hadapi kedepannya?
Itu adalah pertanyaan setiap manusia dihidupnya. Dan itu jugalah pertanyaan klise yang kini Erza bisa tanyakan pada tuhan.
Saat ini sudah seminggu berlalu semenjak kematian Ryu yang orang-orang kenal sebagai Uji. Semuanya terasa biasa saja, hanya berputar pada siklus berduka satu-dua hari lalu kedepannya mereka akan lupa.
Namun, itu tak berlaku bagi Erza, Dikey, maupun Langit.
Ketiganya tak bisa melupakan kenangan malam terakhir ataupun malam-malam sebelumnya. Kehidupan mereka masih terasa hampa seolah yang hilang adalah separuh hidup mereka.
Dikey yang lebih suka menghabiskan waktu sendirian di luar, Langit yang lebih suka mengurung diri di kamar, dan Erza yang seminggu ini lebih memilih untuk mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan Joshua dan Ryu. Semua itu seolah menggambarkan bagaimana ketiganya kehilangan sesuatu di kehidupan mereka.
Tak lagi menjalani kehidupan biasa, dan memilih untuk terus terkurung dalam duka dari kehilangan. Itulah yang saat ini mereka lakukan.
Saat ini Erza menyempatkan mampir ke pemakaman Joshua dan Ryu setelah berkunjung lama ke galeri. Jika biasanya Erza hanya membawa satu buket bunga bersamanya, kali ini anak itu membawa dua buket bunga. Satu untuk Joshua dan satu lagi untuk Ryu. Orang yang dulu sempat ia benci karena keputusannya.
"Josh.. Gue dateng.."
Erza mengusap ukiran nama Joshua dengan lembut, membersihkan sedikit kotoran yang ada disana dan meletakkan bunga yang ia bawa.
"Gue rasa lo udah tau ini, tapi gue tetep mau cerita.." Erza memulai percakapannya.
"Sahabat lo Ryu akhirnya pergi diwaktu yang udah ditentuin sama Nirmala. Lo kenal Nirmala kan?" Tanya Erza, dan tentu saja tak ada yang menjawabnya.
"Dulu pas baru banget dateng gue tetep benci sama sosok dia yang udah ninggalin lo dulu. Tapi lambat laun yang lo bilang ke gue bener Josh.."
"Bencinya gue ke dia bukan kebencian biasa. Gue bisa rasain rasa sakit dia, gue bisa simpati sama dia, dan gue bahkan bisa sayang sama dia pada akhirnya. Gue nggak kayak gue yang dulu, pada akhirnya sosok Ryu bikin gue ngalamin kehilangan lagi. Dan rasanya bener-bener sakit banget Josh.."
Mata Erza menoleh kearah petak tempat mendiang Ryu dikebumikan. Seperti biasa, pusara itu terlihat lebih sepi walau nyatanya masih bersih. Tak ada bunga atau apapun disana seolah menandakan bahwa pemiliknya tak memiliki siapapun untuk mengunjunginya.
Karena memang berniat untuk sekalian mengunjungi Ryu, Erza pun memutuskan untuk beranjak.
"Gue ke sahabat lo dulu. Gue mau nyerahin apa yang jadi hak dia dan juga sedikit ngasih tanda kalo ada orang yang berduka di makam dia." Pamit Erza seraya melangkah menuju ke makam milik Ryu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
Ficción GeneralRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...