Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.
What Kind of Future
Happy Reading
...
Udara di malam hari mungkin memang tak terlalu baik untuk kesehatan, namun beberapa orang lebih menyukai malam daripada siang. Bagi mereka malam yang dingin dan gelap adalah saat yang baik untuk merenung dan memikirkan kembali semua yang terjadi dalam kehidupan mereka. Dan itu berlaku juga untuk sosok Ryu.
Jam mungkin sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi sosok itu masih belum ingin menutup jendela kamarnya. Dirinya masih asik menatap langit dimana bintang malam ini tengah bertabur indah bagai pasir pantai.
Ryu menatap miris pemandangan indah itu dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Waktunya tinggal 10 hari lagi.." Batinnya pedih.
Jam tangan pemberian Uji memang menunjukkan sisa waktunya berada di kehidupan milik Uji. Dan tanpa Ryu sadari, ia telah menjalani hampir 90 persen dari waktu yang diberikan Nirmala padanya. Dan sekarang, Ryu hanya tinggal memiliki sedikit waktu untuk hidup disini.
Dari semua yang ia jalani, Ryu baru sadar jika dirinya tak pernah benar-benar menjalani hidupnya sebagai miliknya. Sedari datang kemari Ryu hanya sibuk menjalani kehidupan yang dulunya milik Uji tanpa memikirkan kehidupan lampaunya. Ia akui memang dirinya hanya memikirkan untuk menjalankan kehidupan baru selama ini, namun setelah kunjungan ke makam Joshua saat itu dan juga pertemuan tak sengaja dengan sang Papa, dirinya jadi berubah pikiran.
Ia ingin mencari tahu tentang kehidupannya dan ia juga ingin tahu tentang orang disekitarnya setelah ia tinggal pergi.
Tapi, semua itu tentu hanya bisa dilakukan dengan bantuan dari Erza. Dan sialnya, hubungannya dengan Erza malah hancur karena pertengkaran kecil di makam Joshua saat itu.
"Nggak ada hak buat lo minta gue tetep disini. Lo bukan siapa-siapa dan lo juga nggak pernah anggep gue siapa-siapa. Jadi, jangan sok peduli karena gue keliatan lemah. Dan jangan pernah anggep gue siapa-siapa karena hidup gue cuma tinggal beberapa hari lagi." Itu adalah kalimat yang paling kejam yang Ryu berikan pada Erza saat itu.
Mungkin Erza terlihat baik-baik saja dan mencoba mengerti dengan keadaannya. Hanya saja, Erza saat ini menjauhinya secara perlahan. Dan itu tanda bahwa dia merasa sakit hati atas ucapannya tempo hari bukan?
Ryu mengusak rambutnya frustasi. "Harus gimana caranya buat gue minta bantuan sama Erza kalo Erza sendiri keliatan banget jauhin gue.." Keluhnya.
"Gue udah nyakitin dia, sama kayak dulu gue nyakitin Joshua di hari kematian gue.."
Ini benar-benar seperti deja vu. Ia ingat pernah mengatakan hal yang sama pada Joshua saat dirinya dan Joshua baru saling mengenal dulu. Ryu yang terbiasa sendiri tak pernah berniat membiarkan siapapun untuk masuk ke kehidupannya. Adapun Joshua berhasil, Ryu langsung membuat anak itu menjauh dihari saat Ryu memutuskan untuk pergi dan mengakhiri hidupnya.
"Gue tau gue egois, tapi apa semua pilihan yang gue buat tuh pilihan egois ya?"
. . .
"Pergi, kita udah nggak temen lagi. Gue mau sendiri!"
Ryu mengusir Joshua yang datang setelah ibu Ryu mengantarkan berita perceraiannya serta salinan akta cerai dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
General FictionRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...