What Kind of Future
Happy Reading
...
"Makasi udah percaya sama gue ya Za.."
"Lo nggak usah bilang makasi, dengan lo jujur gue jadi tau apa yang terjadi sama Uji. Hati gue lega sekarang.."
Keduanya membersihkan celana mereka yang mungkin kotor setelah duduk lama di area gudang.
Setelah saling jujur dan bertukar cerita Erza dan Ryu memutuskan untuk kembali ke kelas karena sepertinya sebentar lagi jam pelajaran akan usai dan mereka akan pulang.
Diperjalanan menuju kelas tak ada obrolan berarti diantara mereka. Keduanya hanya berjalan dalam diam hingga akhirnya mereka sampai di kelas dan duduk di kursi masing-masing.
"Kalian kemana aja deh? Perasaan katanya mau ke toilet doang, tapi kok lama banget?" tanya Dikey seraya duduk mendekat kearah keduanya bersama Langit. Omong-omong keduanya baru selesai MaBar.
"Habis nganter Uji jajan. Dia kelaperan, terus kita makan Bakso Mercon yang ada di gerbang belakang itu." jawab Erza seadanya.
"Ih nggak ngajak. Tapi itu Bakso Mercon nggak apa? Ngadi-ngadi aja makanan lo Ji, padahal kan lo nggak boleh makan gituan!"
Ryu menggeleng kecil, "Nggak apa asal nggak banyak. Lagian jarang juga kan?" ucap Ryu mengikuti alur kebohongan yang Erza buat.
Beberapa menit setelah kembali ke kelas itu akhirnya bel pulang berbunyi. Keempat remaja itu pun pulang bersama-sama dengan berjalan kaki tentu saja.
Sambil berjalan bersama mereka bercerita banyak hal. Sesekali keempatnya tertawa bahagia sampai-sampai beberapa pejalan kaki lain menatap mereka. Entah risi atau mungkin teringat dengan masa lalu mereka saat masa sekolah.
Di sela tawa itu Ryu memperhatikan sebuah kedai es krim yang ada di seberangnya. Seingatnya, kedai es krim itu adalah kedai yang sama tempat dirinya pernah melarikan diri dari rumah sakit bersama teman satu kamarnya dulu. Ryu tersenyum ketika mengingat momen yang menurutnya lumayan lucu itu.
"Kira-kira gimana kabar Joshua ya? Waktu dulu ditinggal lompat dari atap, kayaknya keadaan Joshua lagi drop deh.." gumamnya teringat akan kawan lamanya.
Mungkin tepatnya tak bisa disebut kawan sebab dirinya dan Joshua saling kenal hanya karena mereka ada di kamar yang sama. Itupun hanya berlangsung selama 3 minggu saja, tak lebih.
Memikirkan keadaan Joshua membuat Ryu jadi teringat masa lalu saja. Dengan cepat anak itu menggeleng dan melupakan semua. Ia menatap kedepan kearah teman-teman barunya yang saat ini masih tertawa riang karena bertukar lelucon satu sama lain.
"Semua udah jadi masa lalu. Gue harap Jo sembuh, seenggaknya salah satu dari kita bisa sembuh dan gue bisa ikut bahagia kalo itu beneran terjadi." ucapnya dengan senyuman.
Setelahnya, Ryu berlari kecil mengejar ketiga kawannya yang sudah berada lumayan jauh di depannya. Anak itu ikut melempar beberapa lelucon bersama ketiganya dan ikut terbawa dalam suasana hangat persahabatan.
. . .
Hidup bukan sebagai diri sendiri memang tak seterusnya akan berjalan baik. Pada suatu waktu mungkin Ryu berkata jika dirinya akan menjalani hidup sebagai Uji dan menikmatinya. Tapi, tentunya tak semua nikmat yang dirasa.
Dari hari ke hari penyakit Uji akan sering terasa olehnya. Walau hanya serangan-serangan kecil yang mempan dengan obat, tetap saja Ryu akan merasakan sakitnya dan sedikit terganggu juga olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
General FictionRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...