Ch - 18

1.3K 138 14
                                    

Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.

What Kind of Future

Happy Reading


...

"Gimana tugas kalian? Lancar?" Faris bertanya pada dua kawannya yang baru saja sampai di markas.

"Tadi gue liat sih luka tangannya lumayan gede gitu. Cuma lagi ada si Erza sama dia." Ucap Tio menjelaskan. Faris tersenyum puas.

"Bodo amat mau ada siapa juga. Yang penting dia celaka, itu udah cukup kok."

Faris menyunggingkan seringaiannya dan langsung menyuruh dua kawannya yaitu Rivo dan Tio untuk beristirahat dan meniknati minuman yang sengaja ia beli untuk keduanya.

Sebenarnya penyebab utama Faris bahagia adalah karena rencana pertama dari membuat saudara tirinya sengsara sudah terlaksana.

Saat di sekolah tadi Faris memang sudah dilanda kekesalan karena melihat saudara tirinya Ryuzi yang terlihat bahagia dikelilingi oleh kawan barunya. Semakin panas pula ia saat melihat anak itu tampak lebih ceria dari biasanya.

Karena melihat kebahagiaan anak itu, muncullah ide untuk membuat Ryu celaka. Dan karena memang dirinya punya dua "kawan baik" yang bisa dimintai tolong, jadilah dia sedikit mengancam mereka dan menyuruh keduanya untuk membuat saudara tirinya celaka.

"Oh ya, soal rencana yang gue kasih progresnya gimana? Udah kalian cari tau kan?" tanya Faris kala teringat akan rencananya.

"Bang Arsen bilang dia siap kalo cuma "ngamanin" doang. Terus antek-anteknya bang Hendry juga bilang mau kalo bayarannya bagus." Jelas Tio.

Faris bertepuk tangan mendengar berita tersebut. Wajah anak itu kelihatan begitu senang dengan apa yang barusan dia dengar.

"Soal duit aman, gue punya bokap-nyokap kaya dan gue sendiri juga punya lebih dari cukup penghasilan dari cecunguk sekolah. Nanti kalian bilang sama Bang Arsen dan bang Hendry kalo mereka nggak usah khawatir soal bayaran, pokoknya asal kerja mereka bagus, bonus juga pasti bakalan gue kasih." Ujar Faris dengan jumawa.

Melihat itu Rivo dan Tio langsung bertukar pandangan. Meski dalam hati menolak, namun lagi-lagi keduanya tetap mengangguk setuju dengan semua perintah yang Faris berikan. Mereka tak ingin cari mati dengan menolak apa yang Faris inginkan.

Lagipula, mereka tak ingin jadi target Faris yang selanjutnya. Jadi, lebih baik cari aman dan berkata "Iya" terlebih dahulu bukan?

. . .

Sementara itu, Erza dan Ryu baru saja keluar dari klinik tempat Ryu berobat.

Dari kejadian terlukanya Ryu tadi siang, dirinya mendapat total 6 jahitan. Dokter yang bertugas mengatakan jika luka yang Ryu alami termasuk luka kecil yang tak harus diwaspadai. Namun, semua itu tidak bagi Ryu.

Sedari tadi anak itu hanya menatap nanar luka yang ia peroleh dari kejadian tadi. Bukan masalah lukanya atau apa, tapi Ryu tak bisa merasakan sakit sesaat setelah terluka. Itulah masalah utamanya.

Erza yang sadar akan sikap Ryu melirik anak itu dengan tatapan sendu. Jujur ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi karena dirinya tadi terlalu panik. Tapi, dari tindak-tanduknya Erza sadar jika Ryu pasti masih kepikiran. Apalagi tadi ia sempat tidak merasakan apapun padahal tangannya sedang terluka.

What Kind of Future? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang