Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.
What Kind of Future
Happy Reading
...
"Akhirnya lo udah bisa pulang juga, gue ikut seneng Ji.."
Celetukan barusan keluar dari mulut Langit yang kala itu tengah membantu membawakan barang-barang Ryu dari bagasi mobil.
Ryu tersenyum kecil. "Makasi buat kalian yang udah nemenin gue selama di RS ya.." Ucapnya tulus.
Dikey yang mendengar itu, menyikut pelan Ryu sembari berkata. "Santai aja, lagian nggak se-susah pelajaran MTK kok. Jadi aman lah.."
Ryu tertawa mendengar ucapan Dikey barusan.
Setelah selesai mengeluarkan barang-barang dari bagasi mobil, keempat remaja itupun langsung masuk kedalam kost-an mereka. Omong-omong tadi mereka pulang dengan mengendarai taksi yang dipesankan oleh Veno sebagai tanda permintaan maaf karena tak bisa mengantar Ryu pulang.
"Istirahat dulu Ji, kita siapin makan di depan TV, biar sambil nonton bareng." Ucap Langit sembari berlalu ke dapur.
Mendengar itu Ryu pun melangkahkan kakinya ke halaman belakang. Anak itu duduk di kursi yang memang ada disana sembari menikmati udara yang lumayan terasa segar.
Saat sedang menikmati angin sejuk itu Erza datang dengan membawa segelas air. Dia memberikan air itu pada Ryu dan langsung disambut dengan baik oleh Ryu.
"Minum dulu, Mas Veno bilang harus banyak minum air putih." Ujar Erza.
Ryu tersenyum kecil dan mengangguk. "Makasih ya.."
"Hm.."
Keheningan pun tercipta. Ryu masih setia menikmati kesegaran udara yang sudah beberapa hari ini tak ia rasakan di rumah sakit. Sementara itu, Erza hanya menatap Erza lekat, ia sedang menerka bagaimana kiranya reaksi Ryu saat tahu jika ia punya sesuatu yang dititipkan oleh Joshua untuk Ryu.
Saat itu, Ryu sadar jika Erza tengah memperhatikannya. Namun alih-alih menoleh, Ryu tetap menatap cuaca cerah yang sedang terjadi hari ini.
"Maaf udah bikin lo kaget dua kali ya, Za. Jantungnya Uji emang nggak sekuat itu buat nerima hal-hal mengejutkan." Celetuk Ryu begitu saja.
"Gue nggak apa-apa kok. Cuma lain kali aba-aba Ryu, lo belom boleh kemana-mana dulu. Lo masih harus disini dan jalanin hidup lo yang ini.." Ucap Erza tersenyum miris.
Memang hidup itu adalah sekumpulan ironi yang kadang mengejutkan. Namun jika bisa Erza ingin menghindar dari ironi itu untuk saat ini saja.
"Hidup gue yang cuma karma ini nggak lama lagi, Za. Inget disini gue cuma dihukum, bukan buat hidup lagi kayak biasa." Ryu menghela napasnya berat. Anak itu menunjukkan jam tangan yang berisi sisa waktu hidupnya pada Erza. Masa bodo dengan ketentuan Nirmala soal rahasia, ia tak peduli pada hal itu lagi.
Erza menatap Ryu dengan tatapan iba. "Ryu.."
"Za, bisa panggil gue pake nama Ryu nggak? Bukan cuma kalo kita lagi berdua, tapi dimanapun dan kapanpun itu. Bisa?" Tanya Ryu dengan wajah berharap.
"Tapi Ryu, nanti kalo pada curiga gimana?" Bukannya apa, Erza hanya takut yang lain merasa curiga dengan panggilan itu, mengingat sahabatnya dulu memang sejak awal hanya dipanggil Uji.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
Ficción GeneralRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...