Ch - 19

1.3K 150 20
                                    

Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.

What Kind of Future

Happy Reading


...

"Dunia gue beneran sempit ya? Bisa-bisanya ketemu Papa pas mau ke makam Joshua." Ryu terkekeh pelan, remaja itu seolah tengah menertawakan takdir yang baru saja ia alami.

Erza yang saat itu baru datang dengan sebotol air minum langsung memberikan air itu pada Ryu.
"Buat lo. Tenangin diri dulu kalo mau ketemu sama Joshua." Ucapnya dengan nada lembut.

Ryu menerima botol air mineral itu dan langsung meminumnya hingga tinggal tersisa setengah. Setelahnya, mata anak itu memperhatikan mobil sang Papa yang masih ada di parkiran pemakaman.

"Maaf gue pengecut Za. Cuma, sebelum Papa pergi bisa nggak kita disini aja? Gue belum siap ketemu sama Papa.." Ryu berucap dengan nada sendu. Erza mengangguk mengiyakan permintaan sang kawan.

"Se-siapnya lo aja. Lagian waktu masih banyak, kita bisa nunggu Papa lo pulang dulu." Ucap Erza.

"Makasi ya Za, lo udah ngerti."

"Hm.. Santai aja.."

Ryu dan Erza pun memutuskan untuk menunggu di kursi depan toko bunga yang jaraknya tak jauh dari area pemakaman.

Saat tadi melihat sosok sang ayah Ryu memang mengajak Erza untuk menjauh terlebih dahulu. Walau dalam hati ingin melihat bagaimana rupa sang Ayah kini, Ryu tetap memutuskan untuk menjauh. Ia tak ingin melihat wajah Papanya saat ini. Ia belum siap.

Sementara itu, Erza masih menatap sosok ayah Ryu dengan tatapan sendunya. Walau tak begitu mengenal beliau, Erza ingat betul jika Joshua pernah menemui pria itu dengan bantuannya dulu. Dan dari yang Erza ketahui, Joshua banyak bercerita mengenai Ryu dan juga memohon pada pria itu untuk sejenak meluangkan waktunya bagi putranya yang saat itu sudah meninggal.

Miris memang, tapi sejak saat itulah katanya pria itu sering berkunjung kesini dan berpapasan dengan bibinya.

"Andai gue masih hidup, kayaknya gue bakalan seneng deh Papa datang ke gue. Walau mungkin terpaksa, tapi seenggaknya gue ngerasain rasanya punya seorang Ayah, 'kan?"

Ucapan yang barusan terdengar di telinga Erza membuat remaja itu menoleh. Ditatapnya wajah sendu Ryu yang kini telah berubah menjadi tangis kecil.

"Kalaupun lo udah nggak ada, lo masih bisa lihat perubahan Papa lo kan?" Tanya Erza. Ryu mengangguk.

"Rasanya sedikit seneng dan sedikit sedih. Terus ada sedikit rasa kesel juga, kenapa Papa terlambat dan bikin gue nunggu lama." Ucap Ryu sembari memegang dadanya yang entah mengapa berdebar.

Bukan. Ini bukan soal penyakit. Ini hanya rasa bahagia yang Ryu rasakan walau hanya sedikit saja.

"Kalo ada sedikit rasa seneng, berarti yang Joshua lakuin membuahkan hasil Ryu.." Ucap Erza. Mendengar nama Joshua mata Ryu spontan membulat.

Kenapa dengan Joshua?

"Joshua? Apa maksud lo bilang yang Joshua lakuin, Za?" Ryu bertanya dengan raut penasaran.

Melihat raut itu membuat Erza menghela napasnya sebelum kemudian mengatakan apa yang ingin ia katakan.

"Setelah lo pergi, Joshua pernah sekali minta ketemu sama Papa lo. Gue nggak tau apa yang mereka omongin, tapi yang jelas setelah itu bi Rena bilang dia pernah papasan sama Papa lo disini. Katanya sih papasan di luar pemakaman, tapi bi Rena pernah juga ketemu sama Papa lo di depan makam lo. Bahkan, Bi Rena juga sempet ngobrol sedikit sama Papa lo.." Erza menatap dalam mata Ryu setelah mengatakan itu.

What Kind of Future? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang