Ch - 33

1K 104 9
                                    

Ryuu suka baca komen kalian, jadi kalau semisal suka kalian banyakin komennya ya. Oh, dan jangan lupa juga vote cerita ini dan follow juga akun Ryuu ya.

What Kind of Future

Happy Reading


. . .

"Akhirnya karma dan tujuan sebenernya dari hukuman Nirmala udah gue dapet Za.."

"Dulu gue nyianyiain hidup gue karena sakit hati, dan sekarang gue yang mau hidup bahagia dan nata masa depan malah harus mati gitu aja tanpa bisa gue berjuang lagi.."

Erza menatap wajah Ryu yang saat itu sudah pucat pasi.

Omong-omong ini sudah hampir 3 jam mereka berdua menunggu Dikey dan Langit kembali. Ryu masih kekeh untuk menunggu di taman belakang lantaran memang ingin menghabiskan waktunya disana.

Ia tak peduli pada malam yang semakin dingin atau keadaannya yang makin lemah. Lagipula ia memang akan segera mati bukan?

"Ryu.."

"Gue tau lo bakalan pergi sesuai sama kontrak. Tapi lo nggak seharusnya kayak gini, kita bisa nungguin Dikey dan Langit di dalem. Disini nggak baik, lo hampir keliatan kayak hantu saking pucetnya tau nggak?!" Erza berucap khawatir.

Ucapan bernada khawatir itu membuat Ryu terkekeh.

"Pucet udah biasa Za. Kalo lo ketemu sama Ryu dimasa lalu, lo bakalan liat muka pucet kayak gini tiap hari." Ucapnya santai.

Erza menghela nafasnya.

Ryu adalah definisi manusia yang keras kepala. Dan ingatkan pada Erza agar dirinya tak sampai marah karena sikap Ryu yang kelewat cuek pada kesehatannya itu.

Pada akhirnya suasana kembali sepi. Yang Erza dan Ryu lakukan adalah memandangi langit malam dengan bintang yang bertaburan indah. Sesekali air mata Ryu mengalir kala mengingat kehidupan yang telah ia jalani selama ini.

Sebetulnya ada rasa tak menyangka di dirinya kala mengingat semua hal yang telah ia lewati. Sebelumnya Ryu berpikir jika kematian pasti akan membawanya pada rasa damai setelah berkali-kali terluka. Walau kata orang jika menyakiti diri sendiri akan membawamu pada hukuman akhirat, tapi Ryu sudah memantapkan hati kala itu.

Setelah menunggu hingga hampir tengah malam, Dikey dan Langit baru kembali menghampiri Ryu dan Erza. Keduanya langsung duduk tanla mengatakan apapun hingga membuat Ryu tersenyum kecil.

"Makasi karena masih mau ketemu gue.." Ucap Ryu dengan mata yang berkaca-kaca.

Dikey dan Langit tak menjawab. Keduanya malah mengambil kompor portable dan set untuk membuat barbaque simple yang sempat mereka siapkan tadi. Erza menatap keduanya dengan heran, tangannya menarik tangan Langit yang memang berada paling dekat dengannya.

"Kalian ngapain? Kenapa malah niat masak pas lagi kayak gini?" Tanya Erza dengan wajah heran. Apalagi saat itu ia bisa-bisanya melihat Dikey yang sedang menusuk bahan yakitori ala-ala.

"Perlu energi buat sedih-sedihan Za. Dan karena gue yakin setelah malem ini berakhir kita bakalan sedih-sedihan, makanya kita pikir mungkin lebih baik kita makan bareng aja.." Jelas Langit. Dikey mengangguk membenarkan ucapan sahabatnya.

Mendengar penuturan Langit barusan membuat Erza terdiam. Ia menatap Ryu yang tampak menahan tangisnya saat itu.

"Sisa waktunya 6 jam lagi, kayaknya ide buat makan dulu bagus deh Za. Setelahnya kita bisa liat sunrise bareng-bareng.." Ucap Ryu sembari memasang wajah ceria.

What Kind of Future? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang