What Kind of Future
Happy Reading
...
Ryu merasa sedikit nyaman dengan kehadiran Erza bersamanya. Ketika Ryu menghabiskan waktu selama 10 menit dengan menangis, Erza tak memberikan satupun pertanyaan atau bahkan satu kalimat yang mungkin bisa membuat Ryu merasa lebih baik.
Sesuai dengan janjinya, Erza hanya duduk diam menemani Ryu dan menunggu anak itu selesai dengan tangisannya.
Ryu yang sudah puas menangis kini menatap Erza yang masih setia bersamanya. Ada rasa sedikit senang begitu tahu jika dirinya kini bisa menangis bersama seseorang.
"Kayaknya setiap manusia takut sendirian ya? Rasanya sendirian dan dianggap sendirian tuh bener-bener nggak enak.." ucap Ryu untuk pertama kali.
Erza yang tadinya sedang menunduk dan memainkan tali sepatunya kini meluruskan pandangan hingga tatapannya bertemu dengan Ryu yang memang tengah memperhatikannya.
"Gimana setelah nangis? Lega? Atau lo masih mau nangis?" tanya Erza. Ryu menggeleng kecil.
"Kenapa nggak tanya gue kenapa? Kalo Dikey atau Langit yang disini, pasti mereka udah nanyain hal itu."
Mendapatkan pertanyaan demikian membuat Erza berdehem dan membenarkan duduknya. Anak itu seolah belum mau pergi dari area gudang dan masih ingin duduk bersama dengan Ryu disana.
"Ada lebih dari satu pertanyaan Ji. Dan daripada penasaran kenapa lo nangis sekarang, gue lebih penasaran kenapa lo berubah.."
"Lo tau? Uji yang gue kenal nggak pernah nangis apapun keadaannya. Daripada nangis, Uji lebih suka teriak di atap sekolah pas sekolah udah sepi dan bikin satpam sekolah marah." Erza menjelaskan yang ada dipikirannya secara detail. Ryu yang mendengar itu tentu saja terkejut.
Melihat Ryu yang terkejut membuat Erza tersenyum dengan senyuman yang tak bisa diartikan.
"Gue nggak tau ada apa sama lo, tapi gue yakin yang duduk sama gue bukan Uji.." ucapnya. Erza menoleh dan menatap mata Ryu dengan lekat.
"Nggak tau gimana caranya lo bisa ada didalem diri Uji. Tapi kalo ini sebuah keajaiban, gue cuma mau tanya Uji yang gue kenal sekarang ada dimana? Dia udah bahagia kan? Atau Uji masih Uji yang mukanya muram?"
"Tolong kasih tau gue.."
Ryu meneguk salivanya dengan susah payah. Matanya menatap tak percaya pada apa yang barusan ia dengar dari sosok di depannya.
Apa mungkin Erza tau soal perpindahan jiwa yang terjadi padanya?
Tapi, apa mungkin manusia biasa bisa percaya pada keajaiban macam ini?
Dari raut wajah serta mata Erza yang berkaca-kaca jelas sekali bahwa anak itu tak bercanda. Bahkan sekeras apapun Ryu berusaha mencari ketidak sungguhan dalam kata-kata Erza, ia tak bisa menemukan apapun. Yang Ryu rasakan hanyalah kejujuran dan juga ketulusan, tak ada yang lain.
"Jangan ngaco deh Za, ini gue Uji. Nggak mungkin kan seseorang yang bukan gue bisa ada di tubuh gue. Itu nggak mungkin banget!" Ryu membantah ucapan Erza dengan sedikit nada bercanda. Ia masih berharap jika apa yang Erza katakan barusan adalah sebuah lelucon di siang hari untuk menghiburnya.
Melihat Ryu yang terkekeh mengira dirinya bercanda membuat air mata Erza mengalir begitu saja. Anak itu mengeluarkan sebuah kalung dengan bandul dua cincin dan menunjukkannya pada Ryu. Tentu saja saat itu Ryu tak mengerti dengan gerak-gerik yang Erza lakukan. Terlebih dirinya juga terkejut melihat Erza yang menangis dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Kind of Future? [END]
General FictionRyuzi Valerian adalah Remaja pengidap penyakit CIPA yang sudah parah. Ryuu seorang pasien tetap, dan keadaannya terus menurun waktu demi waktu. Disaat keterpurukannya karena penyakit itu, tak ada siapapun disisinya. Orang tuanya tak peduli padanya...