7. PERTENGKARAN

139 12 0
                                    

Hello Sexy Readers,

Part ini cukup sensitif terkait agama dan kepercayaan. Harap bijak dalam membaca dan menanggapi.

Vote dan komen yang banyak.

Desember 2023

Dibesarkan secara sederhana, Jeanne sering berkhayal setiap kali melewati kompleks perumahan orang kaya kala bepergian bersama mama dan papanya. Kubah tinggi, fasad berukir rumit, gaya arsitektur bak istana. Jeanne bermimpi kelak tinggal di sana.

Bertahun-tahun kemudian, decak kagum Jeanne menjelma nyata. Dia menjadi bagian dari kemewahan rumah putih – emas beratap tinggi dengan kubah di tengah. French baroque, begitulah penjelasan Haikal ketika Jeanne bertanya dulu.

Akan tetapi, Jeanne kehilangan seluruh kebahagiaan masa kecil. Di malam hari, dia sering menangis. Dibekap kesepian, Jeanne berjuang memupus kerinduan pada orang tua dan rumahnya.

Jeanne ingin lebih sering mengunjungi ibunya. Namun, ibunya sendiri yang tidak mengizinkannya terlalu 'manja'. Ibunya menganggap Jeanne sudah dewasa, sudah jadi istri orang pula. Jangan karena sedikit masalah, lalu minggat ke rumah orang tua. Di samping itu, Haikal juga melarang Jeanne menemui ibunya terlalu sering. Alasannya cukup mengagetkan.

Pintu kayu besar nan kokoh terbuka. Seekor kucing buruk rupa melangkah keluar dengan anggun. Jeanne membenci makhluk ini. Bukan karena fisiknya yang licin tanpa bulu, bukan karena kulit pink itu penuh lipatan aneh. Bukan karena sepasang matanya melotot menakutkan. Demi Tuhan, Jeanne sanggup menoleransi semua keburukan kucing itu kecuali satu hal, siapa manusia yang paling sering berinteraksi dengannya.

"Shooo, shoo!" Tangan Jeanne membuat gerakkan mengusir.

Tidak mempan. Xavier, kucing Sphynx jantan kesayangan Haikal itu sangat terbiasa dengan kehadiran manusia. Alih-alih berlari terbirit-birit ketakutan, Xavier malah duduk diam di ambang pintu. Kaki depannya menumpu tubuhnya sehingga tampak menyerupai patung Bastet, dewi pelindung wanita hamil Mesir Kuno.
Ini tidak masuk akal, kenapa binatang pembawa parasit penyebab kematian janin malah dinobatkan sebagai pelindung wanita hamil. Sama anehnya dengan kesukaan Haikal pada Xavier.

"Kasar banget sih." Farhana keluar dari dalam rumah lantas meraup Xavier ke dalam gendongannya. Xavier berbaring nyaman di sana. Sepasang matanya tetap sibuk mengawasi Jeanne.

Ya, Farhana lah faktor utama kenapa Jeanne membenci Xavier. Walau mengakui Farhana lumayan cantik lantaran gen Timur Tengah dari pihak ayahnya menganugerahkan matanya bulat besar, bibir penuh, dan tulang pipi tinggi, Jeanne tak serta-merta menyukainya.

Farhana menyadari kecantikan matanya. Dia memberi perhatian lebih di sana. Eye liner hitam lumayan tebal. Maskara memperlentik bulu matanya.  Semua orang akan memandangi matanya sekalipun niqab menutupi wajahnya.

Mata Farhana sangat ekspresif. Saat ini memandangi Jeanne dengan kilat merendahkan.

"Udah selingkuh, masih berani pulang," cibir Farhana. "Kalau Mama yang selingkuh, nggak berani balik lagi. Pasti langsung kabur. Ya kan Xav?" Farhana membelai-belai Xavier.

Seakan tahu suasana hati 'mama' alias majikannya, Xavier mendengkur seraya menatap Jeanne tajam.

"Hati-hati kalau ngomong, gue nggak selingkuh ya!" Jeanne bersedekap, membisikkan tekad dalam hatinya akan melawan setiap perkataan dari mulut wanita ular ini.

"Udah ada bukti masih ngeles aja. Kamu boncengan sama cowok dari LBH, masuk ke gereja. Emang kamu mau murtad?"

"Gubernur kesayangan lo juga masuk gereja pas Natalan. Lo bilang dia toleransi. Mas Ikal ke gereja dalam rangka kampanye biar dibilang toleran. Kalau gue yang masuk gereja, kenapa lo bilang mau murtad?"

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang