Februari 2017
Jeanne bersumpah tidak dapat tidur nyenyak setelah pertemuan tak terduganya dengan Haikal Mahardika. Tak terhitung berapa kali dirinya mengutuki perilakunya. Cara Jeanne menanggapi Haikal sungguh ah... Apa namanya? Kurang ajar? Tak tahu sopan santun? Kurang didikan orang tua? Borong saja semuanya, toh memang demikian adanya.
Jeanne anak tunggal. Almarhum ayahnya memanjakan dirinya. Hampir tidak pernah terdengar lontaran amarah dari Maulana betapa pun nakalnya Jeanne. Ini akibat buruknya, sopan santun Jeanne sungguh minus, terlebih kalau merasa diserang. Dia bisa membela diri habis-habisan bahkan baku hantam kalau terpaksa. Khusus perihal main fisik, Cicilia atau Maulana sering datang ke kantor kepala sekolah kala Jeanne duduk di bangku SD. Anak itu tidak segan menonjok, menggigit, menjambak dan melemparkan batu kepada teman yang mengganggu.
Sebetulnya Maulana bangga sebab putrinya tidak lemah sebagaimana anak perempuan lain yang cuma bisa menangis kalau diisengi. Jeanne berkebalikan, dia akan melawan hingga titik darah penghabisan. Tak peduli lawannya perempuan atau laki-laki. Maulana juga sedikit tenang sebab tahu putrinya bisa menjaga diri dari tangan-tangan jail. Jadi, dia diamkan saja perilaku Jeanne selama cuma untuk melibas lawan yang kurang ajar.
Cicilia sebaliknya, sangat anti kekerasan. Dia selalu teringat ketika Tuhan Yesus dicambuk, dihina, dan ditelanjangi sebelum disalib, DIA tidak membalas. Ajaran 'Kasihilah sesamamu manusia' begitu melekat padanya sedari kecil. Cicilia khawatir Jeanne akan tumbuh menjadi preman, meskipun kecil kemungkinan mengingat putrinya ini perempuan. Cicilia rajin memberi wejangan pada Jeanne untuk tidak main hakim sendiri. Cicilia lebih suka putrinya melapor pada guru jika temannya nakal. Cara yang kurang efektif sebab biasanya para guru terlalu sibuk sehingga mendiamkan saja ulah muridnya dan menganggap sebagai kenakalan anak-anak yang tidak perlu ditanggapi serius.
Sepeninggal Maulana, Jeanne melunak. Terlebih setelah duduk di bangku SMP, dia jarang terlibat perkelahian. Kalau pun ada yang menjaili, Jeanne cuma menyerang secara verbal dengan kata-kata pedas.
Jeanne baru sadar kebiasaannya membela diri menggunakan kekerasan tidak memberikan apa-apa selain rasa permusuhan. Kasusnya dengan Rion menjadi pelajaran berharga. Laki-laki saja bisa sakit hati, terluka karena ucapannya. Mogok bicara padanya sampai lulus SMA. Dari situ Jeanne pelan-pelan belajar mengelola emosi, walau belum sepenuhnya berhasil.
Sekarang di usia sudah terbilang dewasa, sekali lagi sifat impulsif dan agresifnya membawanya pada kesulitan. Memang, setelah acara di rumah Indrawan Said berakhir, Jeanne bisa pulang ke rumah tanpa kurang suatu apa pun. Intinya, dia selamat.
Namun batinnya tidak bisa tenang setelah mencari informasi di Google. Profil Haikal Mahardika sangat mentereng. Terang menyilaukan. Pernah menjabat sebagai Komisaris Utama Mahardika Farma dan Ketua bidang Keagamaan dan Kepercayaan kepada Tuhan Partai Indonesia Emas. Sekarang dia merupakan anggota DPR RI Komisi IX. Jenis manusia yang dekat dengan harta dan kuasa.
Jeanne menghibur diri, mana mungkin sosok yang menyandang jabatan demikian penting akan menganggap serius ucapannya? Lalu batin Jeanne kembali tidak tenang. Haikal bilang mereka akan bertemu lagi, tapi untuk apa? Toh Jeanne tidak merusak lukisan aneh milik ayah mertuanya.
Bagaimana kalau rusak? Mungkinkah keringatnya yang penuh bakteri itu membuat catnya terkelupas? Jika benar demikian, niscaya Indrawan Said akan memaksanya mengganti rugi. Jeanne menelan saliva susah payah karena khayalannya sendiri. Lukisan itu biarpun bentuknya tidak karu-karuan, Jeanne yakin harganya mahal. Bahkan jual ginjal ditambah jantung dan paru-parunya sekalian, Jeanne tidak yakin mampu menggantinya.
***
Minggu kedua bulan Februari, Jeanne mulai merasa tenang. Mungkin Haikal betulan melupakan dirinya. Itu bagus. Dia tak mau lagi berurusan dengan orang penting. Kalau perlu, Jeanne akan mencari alasan agar tidak usah bertugas jika Noura Catering mendapat pesanan dari Partai Indonesia Emas. Ya, lebih baik begitu. Lebih baik tidak menampakkan batang hidung di sana.
Pagi ini Jeanne menghadiri kelas Komunikasi Politik. Miris juga kalau dipikir-pikir. Dirinya anak komunikasi tapi cara berkomunikasinya buruk. Tapi biarlah, toh hingga detik ini Jeanne belum pernah menghadapi masalah serius. Apa yang perlu dikhawatirkan?
Jeanne menyalakan sound system, sudah dia hubungkan dengan bluetooth ponsel pintar. Menyupir di Jakarta paling enak sambil mendengar musik.
Mood Jeanne kembali ceria begitu mendengar intro lagu favoritnya. Sebuah soundtrack film dewasa terkenal. Yah, dia menontonnya bersama teman-teman kampus meskipun film bajakan.
50 Shades of Grey. Dakota Johnson cantik dalam film itu, hanya saja kurang terkesan polos. Tubuhnya juga bagus, tidak terlalu kurus atau gemuk. Seperti tubuh perempuan kebanyakan.
Bagaimana Jamie Dornan? Jeanne kurang suka wajahnya, tapi apa pedulinya selama cocok menggunakan setelan jas dan perutnya berlekuk layaknya roti sobek? Yang penting punya helikopter dan membantunya berkhayal dipacari CEO muda kaya raya.
You're the light, you're the night
You're the colour of my blood
You're the cure, you're the pain
You're the only thing I wanna touch
Never knew that it could mean so much, so muchYou're the fear, I don't care
'Cause I've never been so high
Follow me through the dark
Let me take you past our satellites
You can see the world you brought to life, to lifeSo love me like you do, la-la-love me like you do
Love me like you do, la-la-love me like you do
Touch me like you do, ta-ta-touch me like you do
What are you waiting for?Nyanyian Jeanne terjeda chat masuk di Whatsapp. Sebuah nomer asing. Mungkinkah dia jadi sasaran penipuan?
Jeanne melanjutkan bernyanyi sampai habis lalu berpindah ke lagu selanjutnya. Bertepatan dengan lampu merah yang menyala, diambilnya ponsel sejenak untuk melihat pesan dari nomer tak dikenal.
[08126xxxxx : Selamat pagi Mbak Jeanne Noura, perkenalkan saya Firmansyah, staf Bapak Haikal Mahardika. Pukul 12.00 siang ini Bapak ingin bertemu Mbak di Dmall Depok. Mohon konfirmasi apabila Mbak bersedia.]
Mata Jeanne nyaris meloncat keluar sangking kagetnya. Firmansyah atau siapa pun yang mengirimkan chat padanya menyebut nama Haikal. Apakah sebuah kebetulan atau memang ini pertanda bahwa hidup Jeanne di ujung tanduk?
Kalau benar orang yang mengirimkan chat untuknya adalah orang suruhan Haikal, apa perlunya? Jeanne dilanda kecemasan.
Astaga, keringat dingin mengucur deras dari pori-pori. Jeanne berharap siapa pun yang menghubungi dirinya adalah penipu.
"Eh, apa gue tanya Kencana aja ya?" Jeanne berbicara sendirian. Dia menjentikkan jari merasa idenya cemerlang. Jeanne buru-buru mengetikkan pesan.
[Jeanne 07.50: Na, lo tau Firmansyah nggak? Stafnya om lo?]
[Kencana Said 07.55: Kenal di mana lo sama Mas Firman?]
[Jeanne 07.57: Di pesta eyang lo. Hehe... Ganteng ya orangnya?]
[Kencana Said 07.58: Seinget gue stafnya Paklik Haikal nggak ada yang diundang ke pestanya eyang. Yakin lo nggak salah orang?]
"Mampus!" Jeanne misuh-misuh sendiri.
[Jeanne 08.00: Salah orang kali ya 🥺😩. Mianhae. Tapi bener Firmansyah ini staf om lo?]
[Kencana Said 08.02: Bukan staf ahli sih. Mas Firman anggota DPC. Direkrut sama Paklik buat bantu-bantu kerjaan di DPR. Digaji pakai uang pribadi Mas Haikal. Ya begitulah. Kenapa sih, tumben lo nanya begitu?]
Jadi orang yang menghubunginya betulan staf Haikal Mahardika. Leher Jeanne serasa dicekik. Jeanne sadar dirinya tengah berada dalam masalah besar.
***
Hello Sexy Readers,
Gimana bab ini? Cukup seru kah? Komen yang banyak yaaa... Biar saya semangat lanjut.Yang mau baca lebih cepat, yuk ke Karyakarsa belladonnatossici. Sudah sampai bab 70 di sana.
Love,
💋Bella💋
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVERSUM
RomancePelangi indah karena berwarna-warni. Bunga cantik karena tak serupa. Manusia bertoleransi pada perbedaan asalkan bukan dirinya sendiri dan berpikir untuk mencapai kebahagiaan haruslah memiliki persamaan. Jeanne Noura menyukai Hilarion Praharsa seja...