19. ALBUM FOTO

128 11 0
                                    

Desember 2023

"Kapan-kapan kita coba BDSM yuk."

Kuah Indomie rasa mie Aceh yang tengah Rion santap menyembur dari hidung dan mulut mendengar tawaran Jeanne. Wanita itu akhirnya mandi juga setelah sedikit mengomel karena di kamar mandi Cicilia cuma ada sabun cair hasil beli di minimarket terdekat, bukan aroma mawar Damaskus seperti yang biasa dia pakai. Keluar dari kamar mandi, malah mengucapkan hal tak terduga.

Jeanne tertawa meledek. Dia mencabut selembar tisu dari nakas lantas membersihkan dagu Rion.

"Saya belum pernah coba yang ekstrem, jadi..." Rion sedikit malu. Secara jam terbang, pengalamannya lumayan. Tidak bisa dibilang mengecewakan, buktinya Jeanne ketagihan. Tapi tidak bisa disebut jago sekali hingga mau melakukan hal yang keterlaluan.

"Berwudhu, dzikir, solat, mengaji." Jeanne mengeluarkan cengirannya.

"Oh. Saya kira..." Rion melanjutkan acara menyantap mie instan supaya tidak malu-malu amat. Capek-capek scrolling menu Go-Food, ujungnya dipaksa makan hasil masakan istri siri capres negeri ini.

"Kayaknya setelah kita sering bercinta, otak Kak Rion jadi korslet. Ngeres mulu."

Pernyataan macam apa itu? Sejak kemarin Jeanne lah yang memancing hingga terjadi hal yang mulanya tidak Rion inginkan meskipun akhirnya dia ikut menikmati. Rion bisa membantah mengenai otak siapa yang lebih cabul, tapi dia malas meladeni keributan. Lebih baik makan saja. Lagipula dia lapar berat dipaksa melakukan aktivitas yang menguras banyak kalori.

Jeanne mencomot soft cookies. Tersisa beberapa keping di piring. Rion mengawasi, sedikit deg-degan menunggu sesuatu bakal terjadi.

"Kenapa sih ngeliatin terus? Pengen lagi?" Jeanne meraih keliman kaus oversize, bersiap melepaskannya.

"Jangan." Rion menahan pergelangan tangan wanita itu agar tidak melucuti pakaiannya sendiri.

"Ya, habis Kak Rion ngeliatin mulu. Kalau pengen lagi, ayok," ajak Jeanne.

"Kamu bilang soft cookies-nya ditambah sesuatu."

"Ditambah apa memangnya menurut Kakak?"

"Yah... Sejenis obat." Rion yakin betul Jeanne menjebaknya. Kalau tidak dibubuhi macam-macam, mustahil dia terangsang berat dan mau saja melakukan aktivitas seksual.

"Kak Rion nuduh aku masukin perangsang ya?"

"Bukan saya yang bilang, kamu sendiri..."

"Hei, aku nggak bilang ngasih obat begituan ya. Ada liquor, tapi kalau obat perangsang, nggak ada."

"Serius?" tanya Rion kurang yakin. Kalau mengingat apa yang beberapa jam lalu dia lakukan bersama Jeanne, Rion yakin dirinya berada di bawah pengaruh obat.

"Kenapa? Gengsi ya bilang aku ini cantik dan sexy banget makanya Kak Rion nggak tahan mau makan aku?" Sumpah, Jeanne merasa di atas angin sekarang. "Kalau Kak Rion mau lagi, silakan loh. Jangan malu-malu."

"Jeanne, kebutuhan manusia bukan berkembang biak saja. Banyak hal lain harus kita pikirkan. Kalau seks mendominasi kegiatan sehari-hari seseorang, artinya orang itu butuh konsultasi ke dokter atau psikolog."

"Halah, omongan Kak Rion udah kayak orang bener aja. Aku kenal Kakak udah lama. Sepuluh tahun. Aku lebih kenal Kakak daripada Mas Ikal," balas Jeanne meremehkan nasihat Rion.

"Dulu saya memang bukan malaikat. Sampai sekarang pun bukan, tapi saya ingin jadi orang yang lebih baik."

Jeanne mengorek telinganya. Tiba-tiba saja gatal mendengar ceramah Rion.

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang