37. TENTARA KORSEL

112 15 6
                                    

April 2017

Seberapa susahnya membuat salmon en croute dibandingkan mengurus negara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 200 juta jiwa? Baiklah, itu bukan perbandingan yang apple to apple. Bagaimana mungkin membandingkan memasak dengan mengurus negara, sebab jawabannya sudah jelas.

Berkutat dengan urusan negara merupakan urusan rumit. Perlu keahlian mumpuni. Lihat saja anggota dewan yang terhormat, pendidikannya minimal S1, malah tak jarang ada yang S2 dan S3 dari kampus kelas dunia. Sementara memanggang salmon en croute, anak SD pun bisa asal mau belajar.

Jeanne ingat pertama kali dirinya belajar membuat salmon en croute adalah saat duduk di bangku SD. Memang tidak langsung sempurna, lapisan pastry-nya bantat. Namun Jeanne pantang menyerah. Dia berlatih kapan pun ada waktu, menyempurnakan skill, mengutak-atik adonan hingga mencapai hasil sempurna versinya. Resepnya yang diakui paling enak dihasilkan ketika Jeanne awal-awal kuliah. Resep yang membuat Saraswati Said jatuh cinta.

Jeanne percaya, barang siapa menunjukkan keseriusan terhadap hal kecil, maka anugerah yang besar akan diberikan kepadanya.

Agaknya Haikal berbeda. Lebih tepatnya menganggap remeh. Katanya mau belajar membuat salmon en croute dengan tangannya sendiri demi menyenangkan sang istri. Buktinya, Laki-laki sok sibuk itu membatalkan janji pada detik terakhir, padahal hasil masakannya lebih menyedihkan dibandingkan korban tersambar petir.

Percayalah, Jeanne sudah memasang timer, tapi Haikal malah lupa mengeluarkan salmon en croute dari oven. Alhasil, puff pastry yang sudah diuleni penuh kasih sayang dan daging salmon Norwegia grade A hangus terbakar. Betulan hangus sampai tidak bisa dimakan hingga harus berakhir di kotak sampah.

"Si aki kampret, mentang-mentang udah bayar, dikira bisa seenak jidat," Jeanne misuh-misuh.

Seminggu yang lalu, Jeanne ingat sebab inilah pertama kalinya bertemu lagi dengan Rion setelah sekian lama, Haikal meneleponnya dan bilang mau belajar memasak lagi. Di saat Jeanne sudah menyiapkan segalanya, termasuk mood untuk mengajar, si kakek tua itu malah membatalkan janji dengan alasan pertemuan dadakan dengan jajaran petinggi Kementerian Kesehatan.

Jeanne menerima. Seberapa penting dirinya beserta ikan salmonnya jika dibandingkan dengan tugas negara? Dia pun tidak rugi apa-apa.

Jeanne sudah akan melupakan kejadian itu kalau saja sore tadi, tepat seminggu setelah Haikal ingkar janji tanpa permintaan maaf, Asyifa mengirimkan chat mengatakan atasannya mau datang malam ini.

"Mbak, tolong ya, bilang sama bosnya. Aku ini bukan ani-ani yang bisa didatangi sesuka hati. Bikin janji dulu seminggu sebelumnya. Dilarang datang dadakan. Saya juga punya kesibukan!"

Ya, benar, Jeanne menjawab demikian, tidak menyayangi nyawanya dan tidak peduli hidupnya bakal dipersulit jika melawan pejabat. Yang bercokol dalam benaknya hanyalah tidak sudi harga dirinya diinjak-injak oleh sang empunya kuasa.

Untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bisa diatur-atur, Jeanne sengaja jalan-jalan usai pulang kuliah. Dari kampus di Depok, Jeanne ke PIK bersama teman-temannya. Lumayan wisata kuliner.

Ponsel Jeanne berdering sepanjang sore. Asyifa menghubunginya seperti dirinya punya utang miliaran saja. Ketika tidak dijawab, gantian Haikal merecokinya. Sungguh, atasan dan bawahan itu merupakan duet maut perusak kehidupannya.

Mobil Jeanne melenggang masuk ke rumah sekitar pukul sepuluh malam. Cuma ada satu mobil boks Noura Katering sementara para pegawai sudah pulang semua. Cicilia belum pulang, agaknya menumpang mobil boks Noura Katering yang satu lagi.

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang