29. PESTA ULANG TAHUN

95 8 4
                                    

Kenapa jarang yang komen ya? Apa ceritanya bosenin?

Januari 2017

Begitu cepat waktu berlalu. Tahun ini Jeanne resmi menjadi mahasiswa. Ibunya meminta dirinya berkuliah di Fakultas Ekonomi agar memahami neraca keuangan Noura Catering.

Tentu saja keinginan Cicilia ada sebabnya. Bisnis kecilnya sudah menjadi CV yang setiap tahun berkewajiban menyetorkan pajak. Selama ini Cicilia mempercayakan pembukuan dan urusan perpajakan pada konsultan. Memang konsultan pajak bersikap profesional. Semuanya diurus dengan baik. Pelayanannya juga ramah. Namun semuanya tidak gratis. Cicilia merogoh kocek cukup dalam untuk membayar semua jasa itu. Oleh karenanya, dia berharap Jeanne mengambil program studi ilmu ekonomi, terkhusus akuntansi lalu nanti ikut kursus brevet pajak agar meringankan Cicilia dari kewajiban membayar konsultan.

Namun Jeanne menolak mentah-mentah ide ibunya. Dari semua pelajaran sekolah, justru ekonomi dan akuntansi yang paling dibencinya. Jeanne antipati duluan melihat deretan angka. Ditambah lagi guru akuntansinya galak menyerupai macan betina. Alhasil tidak ada satu pun ilmu dasar akuntansi yang menyangkut di otaknya. Lulus SMA, dia lupa semua.

Sekarang, Jeanne tercatat sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi sebuah universitas negeri di Depok. Biarpun saat SMA sepertinya tidak niat-niat amat belajar, entah bagaimana ceritanya Jeanne berhasil lolos tes ujian masuk universitas paling bonafide di negeri ini.

Jeanne tidak keberatan membantu Cicilia di bidang promosi. Selama tidak berurusan dengan angka, dia senang hati menjalankan tugas.

Jeanne belajar dari Rion menjadi orang yang supel. Ah, membicarakan laki-laki itu sungguh memusingkan kepala. Hubungan mereka tak kunjung membaik sampai Rion lulus SMA duluan dan meninggalkannya.

Jeanne tak mau ambil pusing. Perasaannya masih ada, tapi dia realistis. Kalau Rion memendam dendam dan menolak memaafkannya, Jeanne bisa apa? Memaksa laki-laki itu menerima maafnya malah akan membuat semakin muak kan? Jadi Jeanne menepis perasaannya walau tak pernah benar-benar sirna. Dia menjalani kehidupan baru. Selain kuliah, dirinya fokus membantu promosi katering ibunya.

Berkat keliahaian Jeanne mendekati ketua BEM, ketua UKM, dan beberapa dosen, mengalirlah banyak orderan. Kampusnya beberapa kali memesan makanan dari Noura Catering. Pada pengukuhan guru besar, seminar nasional, acara unit kegiatan mahasiswa, atau raker para dosen.

Hasilnya selalu memuaskan. Tamu yang datang tak pernah kecewa sehingga dengan senang hati menceritakan pengalamannya ke handai taulan.

Salah satu yang pernah mencicipi rasa masakan Noura Catering adalah Kencana Said. Teman kuliah Jeanne itu rupanya adalah cucu dari Indrawan Said, keponakan Saraswati Said. Ayahnya, Widura Said selain pengusaha tambang batubara sukses, juga merupakan orang penting di Partai Indonesia Emas tepatnya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat. Bukan Ketua Umum memang, mengingat jabatan itu masih dipegang Indrawan Said. Akan tetapi posisi tersebut sangat strategis.

Kencana memperkenalkan Noura Catering pada ayahnya. Inilah berkah tak terkira. Tak terhitung acara Partai Indonesia Emas maupun kadernya yang menggunakan jasa Noura Catering.

Jeanne sendiri sering datang ke kantor DPP ketika jadwal kuliahnya sedikit lowong. Semua terkait kepentingan katering. Malah pernah Jeanne menjadi staf yang menjaga gubuk dimsum.

Baiklah, menurut penilaian Jeanne, orang-orang partai sangatlah menarik. Flamboyan, parlente, dan gemar berfoya-foya, terutama kaum prianya. Dia tidak tahu apakah partai lain sama saja, akan tetapi kader Partai Indonesia Emas tampak seperti orang kaya yang bingung mau buang uang di mana.

Pernah suatu hari, seorang bapak-bapak berperawakan kurus dan berambut putih semua memberikan uang pecahan USD pada Jeanne hanya karena dirinya mengantarkan dimsum hangat, bukan yang dingin.

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang