Maret 2017
Bulan berganti baru. Jeanne disibukkan berbagai aktivitas. Selain perkuliahan, dia menjajal kegiatan luar kampus. Umumnya teman satu fakultas Jeanne ikut serta dalam kegiatan internasional macam duta muda PBB atau kontes putri-putrian. Meskipun bayarannya minimalis, malah tidak jarang orang tua dari teman-temannya justru keluar uang untuk mendukung aktivitas anaknya, mereka berdalih kegiatan semacam itu berguna untuk jangka panjang. Menambah kenalan dan jaringan yang nantinya akan membuka pintu-pintu rezeki baru. Tak jarang peserta kontes mendapatkan pekerjaan di dunia selebritas atau malah berjodoh dengan anak pejabat.
Jeanne berpikir pragmatis. Dia lebih suka sesuatu yang memberikan penghasilan secara nyata. Dia suka uang walaupun secara finansial dirinya tidak kekurangan.
Jeanne ingin mandiri. Tidak enak bergantung terus menerus pada Cicilia. Ibunya lumayan perhitungan soal uang. Begitulah pengusaha, segala sesuatu dihitung teliti sampai rupiah terkecil. Berapa jumlahnya dan untuk apa tujuannya, semua harus jelas.
Pernah Jeanne minta uang beli hadiah. Salah seorang temannya merayakan ulang tahun di kelab terkenal. Minuman memang disediakan gratis, tapi tidak enak kalau tidak bawa apa-apa, nanti dikira cuma menumpang minum. Minimal Jeanne bawa hadiah yang proper. Terlebih temannya merupakan anak seorang gubernur.
Setelah berkonsultasi dengan teman-temannya, mereka sepakat membelikan mini lady Dior. Harganya fantastis, tapi temannya berdalih tas branded bukan sekadar sarana buang-buang uang. Barang luxury sebagaimana emas, berlian, dan arloji mewah nilainya akan naik dan bisa dijual di belahan dunia mana pun. Semakin lawas dan langka, malah melambungkan harganya berkali-kali lipat.
Jeanne iya-iya saja sebab belum berpengalaman berinvestasi barang bermerek. Masalahnya, berkata iya berarti mau ikut patungan. Dua juta rupiah per orang, bukan angka yang kecil.
"Jeanne, Noura Catering harus masak menu rantangan untuk 80 karyawan baru dapat uang sebanyak itu. Tanya tuh Riris. Sebulan penuh kerja jawabin pertanyaan customer, baru dapat gaji dua juta. Terus kamu mau hamburkan begitu saja uang sebanyak itu?" Panjang lebar Cicilia menjelaskan mengenai susahnya mencari uang. Intinya permintaan Jeanne ditolak.
Oleh karena itu di waktu luang, Jeanne memasak berbagai makanan. Ada brownies garing, stik keju, keripik bawang, dan macam-macam. Semuanya dia titip di koperasi kampus atau dijajakan di kelas kepada teman-temannya. Pada hari besar, Jeanne akan membuat kue kering macam kastengel, nastar, atau lidah kucing yang dikemas cantik lalu ditawarkan kepada dosen-dosennya. Kalau waktunya masih luang, Jeanne menjadi fotografer event misalnya di acara perkawinan.
Yah, ibunya benar. Mengais Rupiah sangatlah berat. Jeanne tak habis pikir bagaimana teman-temannya menghabiskan uang jutaan sekali nongkrong di kelab malam cuma untuk beli minuman beralkohol dan mabuk sampai teler. Bukannya Jeanne sok moralis. Dia sadar punya banyak dosa. Hanya saja semua dosanya dibuat secara gratis. Tidak ada yang bayar berjuta-juta.
***
Hari ini Minggu pagi yang cerah. Seperti biasa Noura Catering kebanjiran orderan setiap akhir pekan. Hari ini ada dua resepsi perkawinan yang di-handle katering ibunya. Karyawan Noura Catering sudah sibuk sejak pagi. Pada saat orang lain leyeh-leyeh di kasur, liburan tidak berlaku untuk karyawan Noura Catering.
Seperti biasa, Jeanne mengantar Cicilia ke gereja. Pagi-pagi sekali sekitar setengah enam. Cicilia sengaja ikut misa pertama agar bisa segera balik ke rumah merangkap base camp katering dan menyelesaikan pekerjaan.
Jeanne pulang duluan sebab ada pesanan stik keju dari temannya. Walaupun Jeanne bisa memasak hampir semua menu Noura Catering, tapi dia tidak mau mencuri pelanggan sang ibu. Kalau ada yang mau pesan makanan berat atau kue basah, pasti Jeanne arahkan menggunakan jasa Noura Catering. Biarlah Jeanne mengambil ceruk pasar yang belum digarap bisnis sang ibu supaya tidak jadi anak durhaka karena saingan dengan ibu sendiri.
Sedang asyik-asyiknya menguleni adonan menggunakan tangan, Cicilia masuk ke dapur rumah yang terpisah dari dapur katering.
"Mama udah pulang," sapa Jeanne tanpa menghentikan ulenanannya.
"Ada tamu kok nggak kamu suruh masuk?"
"Tamu? Mau food testing kali."
Adalah hal yang lumrah kalau ada calon pengantin datang dengan tujuan icip-icip rasa menu Noura Catering. Cicilia menyediakan satu ruangan khusus memajang berbagai masakan dalam porsi kecil. Tidak terlalu banyak macamnya, melainkan hanya beberapa menu unggulan yang secara harga tidak terlalu mahal. Hal itu dilakukan atas pertimbangan calon klien belum tentu menjadikan Noura Catering sebagai salah satu vendor pernikahan.
"Bukan mau food testing, tapi tamu penting. Sana kamu temui."
"Kok aku?" Jeanne membulatkan adonan yang sudah kalis ke mangkok besar lantas menutup menggunakan serbet. "Lagi sibuk nih, Ma."
"Temui aja sebentar, tanya keperluannya. Orang penting dia, Jeanne."
Jeanne tidak menanggapi anjuran ibunya. Buat apa dia menemui tamu penting? Jeanne tidak mengenal manusia yang pantas dijuluki orang penting. Malah sebisa mungkin dirinya menghindari bertemu orang penting. Insiden dengan Haikal Mahardika cukup memusingkan. Beruntung orang penting yang satu itu teramat sibuk. Satu bulan sudah lewat tapi tidak ada tanda-tanda stafnya menindak lanjuti ajakan bertemu.
Cicilia naik ke kamar untuk menyimpan tas, tak lama kemudian turun lagi.
"Kok kamu masih di sini?" cecar Cicilia. "Sana temui tamu kamu."
"Tamuku?" Jeanne memasang raut bingung. Kalau ada orang penting seharusnya bertemu owner Noura Catering yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibunya.
"Iya, dia mau ketemu kamu."
"Hah? Yakin, Ma?"
"Yakin, Jeanne." Cicilia menjawab geregetan.
Tanpa melepas celemek, tangan masih putih belepotan tepung, rambut sepunggung digulung lantas dijepit jedai sembarangan, Jeanne memunculkan kepala sedikit guna mengintip ke ruang tamu melalui pintu dapur.
Jeanne membekap mulutnya sendiri, tak percaya sosok yang ditakutinya betulan duduk di sofa ruang tamu. Haikal Mahardika mengenakan kemeja putih berpadu celana panjang hitam. Satu kancing teratas kemejanya dilepas. Bros berlogo DPR tersemat di dadanya. Sepatu laki-laki itu dilepas, menyisakan kaus kaki hitam.
"Gila, mau apa itu aki-aki datang kemari?" bisiknya cemas.
"Hush, sembarangan. Pak Haikal belum aki-aki." Cicilia terdengar membela.
Jeanne berbalik badan menghadap Cicilia. "Ma, bilangin sama dia aku nggak ada di rumah."
"Nggak ada bagaimana? Nama udah bilang ada."
"Aduh." Jeanne sakit perut mendadak. "Mau ngapain sih nyari aku segala?"
"Memang kenapa kamu nggak mau nemuin Pak Haikal? Dia tuh anggota DPR lho. Kenalannya pasti banyak. Kamu bisa minta kerjaan kalau lulus nanti."
"Halah, masih lama, Ma. Lagian aku mau lanjutin katering Mama aja. Ngapain cari kerja?"
"Justru itu, kamu tahu sendiri, Noura Catering sering dapat orderan dari Partai Indonesia Emas beserta anggota-anggotanya." Cicilia tidak asal bicara. Kader Partai Indonesia Emas tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tentu ini merupakan tambang emas. Terbukti Noura Catering sering didapuk untuk acara perkawinan anggota partai selain acara internal partai itu sendiri.
"Iya, tapi kan selama ini Mama yang sering berhubungan sama orang partai. Itu pun nggak pernah sama petingginya langsung. Paling sama sekretaris atau asistennya doang."
"Mama punya firasat Pak Haikal mau kasih penawaran besar untuk kita melalui kamu." Bicara potensi uang mengobarkan semangat Cicilia. Lihat saja matanya berbinar-binar.
Jeanne berdecak. Hingga detik ini dirinya memang belum bilang apa-apa mengenai peristiwa di rumah Indrawan Said. "Kok aku malah sebaliknya ya. Firasatku aki-aki ini mau kasih musibah, bukan anugerah."
***
Waduh, bakal kasih musibah apa tuh?
Stay tuned.
Yang mau baca lebih cepat silakan ke Karyakarsa belladonnatossici.
Love,
💋 Bella 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVERSUM
RomancePelangi indah karena berwarna-warni. Bunga cantik karena tak serupa. Manusia bertoleransi pada perbedaan asalkan bukan dirinya sendiri dan berpikir untuk mencapai kebahagiaan haruslah memiliki persamaan. Jeanne Noura menyukai Hilarion Praharsa seja...