9. ADA YANG KHAWATIR

133 14 0
                                    

Desember 2023

Ustaz Bilal al-Bahri, penasihat spiritual Haikal, rajin mengingatkan bahwa semua yang terjadi di bumi selalu atas kehendak-Nya.

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Sang Ustaz lebih jauh menekankan bahwa apa yang terjadi pada manusia semata-mata takdir Rabb-nya. Tawa dan air mata, sedih dan bahagia, Allah yang tentukan. Oleh karena itu, manusia selayaknya menjalani takdir. Seberat apa pun kesulitan, janganlah sampai bunuh diri. Kuatkanlah iman dalam setiap cobaan.

Pandangan Jeanne terarah lurus ke tembok. Gampang bagi pemuka agama mengatakan demikian, menghakimi orang bunuh diri sebagai kurang beriman. Masalahnya, orang yang mengalami kepahitan sudah tidak sanggup lagi bertahan. Keputusan mengakhiri hidup tentu tidak diambil dalam waktu sehari. Orang yang depresi mengalami puluhan malam bergelut dalam pikirannya. Sendirian, kesepian, dan tidak ada harapan.

Rumah ini begitu ramai. Penghuninya berlalu lalang. Dari kamarnya, Jeanne bahkan mendengar radio memutar lagu dangdut koplo.

Mandi Junub Mandi Junub

Bila kau telah melakukannya

Mandi Junub Mandi Junub

Bila kau telah melakukannya

Mandi Junub Mandi Junub

Bila kau telah melakukannya

Mandi Junub Mandi Junub

Bila kau telah melakukannya

Hubungan suami istri harus dilakukan suami istri

Kalau tidak dengan suami istri itu zinah namanya

Hubungan suami istri harus dilakukan suami istri

Kalau tidak dengan suami istri itu zinah namanya

"Aseeek, tarik, Mang!" Samsul, satpam shift kedua yang berjaga di pos berjoget gemoy menirukan capres favoritnya, tak peduli disebut pengkhianatan sebab dia bekerja sebagai karyawan capres nomer 4.

Seharusnya Jeanne tertawa melihat ini. Seharusnya Jeanne ikut menyanyi, atau ikut berjoget saja kalau tidak hafal lirik lagunya. Namun perasaan sepi dan sendirian begitu pekat mengungkung, membekap hingga rasanya kehabisan napas.

Di rumah ini, tidak ada yang memihak padanya. Semua menyalahkan sikapnya. Jeanne dicap cegil, cewek gila tukang bikin huru-hara. Padahal, Jeanne cuma ingin didengar. Satu pelukan cukuplah untuk memberi petunjuk kalau dia tidak sendirian. Akan tetapi, pelukan pun terlalu mahal.

Haikal tidak mengizinkan Jeanne bergaul dengan istri pejabat lainnya, sebab khawatir Jeanne akan membocorkan identitasnya. Jeanne dipaksa menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Berdandan yang cantik. Diberi pakaian bermerk. Berhias agar Haikal 'berselera', semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis laki-laki itu secara halal. Apa bedanya Jeanne dengan budak seks? Bahkan lebih buruk dari itu, apa bedanya Jeanne dengan benda mati, alat pemuas nafsu. Di pundaknya kebahagiaan suami ditumpukan. Apabila Haikal tidak bahagia, maka semua adalah salahnya.

Satu bulir air mata terjatuh. Mulanya pelan, tapi kemudian kian cepat, hingga menjadi sedu sedan. Apakah dirinya tidak bersyukur, sebab sudah dilingkupi harta sedemikian melimpah, tidak kekurangan materi, dan tidak perlu kerja keras? Di saat 16 juta lebih saudara sebangsa tidur dengan perut kosong dalam keadaan kelaparan, Jeanne bisa makan sampai muntah, tapi malah di tengah kemewahan itu dia ingin mengakhiri hidup.

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang