Maret 2017
"Mau apa, Kek?" tanya Jeanne judes, malas beramah tamah. Setengah jam Jeanna biarkan Haikal membuang waktu menunggunya buang air besar. Perutnya saja enggan diajak bekerja sama, mulas mendadak padahal baru mengintip keberadaan Haikal. Jadi wajarlah kalau Jeanne berharap aki-aki a.k.a anggota DPR ini tersinggung lantas segera angkat kaki.
Haikal berdiri menjulang. Jeanne sedikit terintimidasi terutama karena Haikal memperlihatkan raut wajah serius dan tidak terkesan bercanda.
Laki-laki ini sangat matang, sama sekali tidak terpancing emosi walau sikap Jeanne kurang sopan. Gadis yang berdiri di hadapannya ini terbilang muda. Sekitar awal 20 tahun. Kalau dirinya punya anak, mungkin usia Jeanne seumuran anak sulungnya. Dewasa muda seusia ini tengah rebel-rebelnya. Haikal tahu itu.
Manik mata Haikal menelusuri Jeanne dari ujung kaki. Sandal karakter film kartun Disney Little Mermaid. Ada hiasan Flounder si ikan kuning yang semok. Naik ke lutut, betis berkulit tan dibiarkan telanjang sampai setengah paha tertutupi celemek denim bertuliskan nama Jeanne. Di balik celemek, gadis itu mengenakan celana super pendek kotak-kotak pink-biru dan T-shirt hijau. Kalau Saras melihat penampilannya, niscaya tangan istrinya gatal membenahi penampilan Jeanne. Naik lagi ke rambut, awut-awutan dan penuh debu putih.
"Kamu habis masak?" tanya Haikal.
"Nggak, habis paralayang," jawab Jeanne belum menghilangkan kejutekannya.
Mulut Haikal separuh membuka. Tak tahukah gadis ini tengah berhadapan dengan siapa? Anggota DPR RI, anak pendiri perusahaan farmasi terbesar di negeri ini, dan menantu ketua umum yang partainya sering mengorder jasa katering ibunya. Gadis lain seusia Jeanne niscaya berjalan terbungkuk-bungkuk karena segan bertatapan langsung dengan orang penting. Namun perempuan muda ini memang beda.
"Buruan, Kek, aku lagi bikin kue. Adonannya lagi diistirahatkan biar ngembang. Nanti kalau ngembangnya kebablasan terus meledak gimana? Situ mau ganti rugi?"
Haikal semakin terkesima. Terbuat dari apakah makhluk di hadapannya ini? Pertemuan pertama mereka meninggalkan kesan dalam benak Haikal. Kesibukannya banyak, tapi sikap Jeanne yang terang-terangan menantangnya tak mau berhenti mendistraksi fokusnya.
Berdeham untuk meredakan keterkajutannya, Haikal kemudian mengatakan maksud dan tujuannya. "Saya ke sini untuk menawarkan kerjasama."
"Huh?"
"Istri saya menyukai salmon en croute di acara ulang tahun ayahnya. Bulan Juli dia akan ulang tahun."
Jeanne belum mengerti apa hubungannya menyukai salmon en croute dengan ulang tahun yang masih lama. Apa Haikal mau memesan? Tapi ulang tahun istrinya masih 4 bulan lagi.
"Jadi Kakek mau pesan?" tebak Jeanne.
"Tolong jangan panggil kakek. Saya belum setua itu."
Dasar ribet. Di mana-mana politikus memang merepotkan.
"Siap, Mbah. Jadi Mbah mau pesan salmon en croute?"
"Haikal. Mas Haikal juga boleh." Haikal segera menyadari ucapannya barusan terkesan genit. "Pak Haikal," ralatnya.
"Oke, Pak. Jadi mau pesan salmon en croute?" Jeanne manggut-manggut. "Oke, aku panggil Bu Cicilia."
"Sepertinya adik salah paham. Saya mau membuat salmon en croute untuk hadiah ulang tahun istri saya."
"Huh?" Alih-alih merasa tercerahkan, Jeanne malah semakin bingung.
"Maaf sebelumnya kalau adik bingung. Tapi saya ingin adik mengajarkan saya bagaimana cara membuat salmon en croute seperti di acara ulang tahun ayah mertua saya. Bisa kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVERSUM
RomancePelangi indah karena berwarna-warni. Bunga cantik karena tak serupa. Manusia bertoleransi pada perbedaan asalkan bukan dirinya sendiri dan berpikir untuk mencapai kebahagiaan haruslah memiliki persamaan. Jeanne Noura menyukai Hilarion Praharsa seja...