16. RUMAH LAMA

214 16 2
                                    

Desember 2023

"Bajunya masih kotor." Jeanne duduk santai di tepi ranjang mengomentari kemeja Rion yang ternoda jus buah naga semalam.

"Ya, nanti saya cuci." Rion mengambil jaket untuk melapisi kemejanya.

Sehabis berkotor-kotor, Rion segera mandi membasuh keringat dan aroma Jeanne yang menempel di tubuhnya.

Dua kali bersetubuh - Rion tidak akan pernah menyebutnya bercinta sebab dia tidak mencintai Jeanne - sungguh menyegarkan. Rasa-rasanya Rion kuat melindas aspal se-Jabodetabek, memenuhi orderan.

"Semangat banget habis nge-charge. Padahal kemarin aku tawarin kerjaan yang ada duitnya, nolak mentah-mentah. Giliran making love gratis, malah nambah," ejek Jeanne gamblang.

Mau ditaruh di mana muka Rion kalau begini. Bohong besar kalau bilang terpaksa melakukannya. Dia orgasme. Sperma yang meleleh dari liang senggama Jeanne adalah saksi bisu betapa Rion menikmati persetubuhan mereka. Kalau masih kurang, ada tetesan yang tercecer di lantai. Tidak ada gunanya melawan ejekan Jeanne.

"Ada tisu?" tanya Rion.

Jeanne mengaduk tas Dior. Tangannya keluar bersama satu pak tisu basah. "Nih."

Rion mengambil selembar untuk membersihkan cairan putih kental di lantai.

"Ngapain dibersihin? Kan ada cleaning service."

Rion menginjak pedal tong sampah lantas membuang tisu bekas ke dalamnya tanpa menjawab pertanyaan Jeanne.

"Saya mau pergi. Kamu mau pulang sendiri?" tanya Rion.

"Dasar raja tega. Kan kita udah making love. Seenggaknya anterin aku pulang lah."

"Kalau gitu siap-siap. Mandi," tekan Rion. Selain memburu waktu, dia tak ingin berduaan lebih lama bersama Jeanne. Apalagi wanita itu tak memperlihatkan tanda-tanda mau berbusana.

"Oke." Malas-malasan, Jeanne beringsut dari ranjang memasuki kamar mandi.

Sembari menunggu, Rion menggunakan sedikit waktu untuk memeriksa chat masuk. Ada dari Nabila, Imran, dan rekan-rekan LBH membahas pekerjaan. Sebisa mungkin Rion balas satu persatu.

"Kaaak, Kaaak Rion!" panggil Jeanne dari kamar mandi.

"Kenapa?" Mata Rion belum lepas dari layar smart phone. Jemarinya terus mengetik jawaban.

"Kaaak! Sini dong!" panggilan Jeanne meninggi. "Tolongin aku, buruan!"

Rion berdecak. Paling-paling Jeanne butuh bantuannya untuk membunuh kecoak. Biasalah, kakaknya di rumah juga begitu. Apalagi ibunya, paling heboh kalau ada serangga hitam menjijikkan itu.

"Kaaaakkk!"

"Sebentar." Rion meletakkan ponsel di ranjang lantas menyusul ke kamar mandi.

Sedikit menyesal berniat membantu Jeanne. Matanya jadi ternoda. Dari kemarin juga sudah ternoda, tetapi sekarang efeknya lebih parah.

Pipi Rion dirambati rasa panas sebab Jeanne masih telanjang. Duduk mengangkang di atas closet dengan sperma Rion memenuhi liang senggamanya.

"Mana kecoaknya?" tanya Rion mengalihkan perhatian. Apakah dia punya fetish melihat lelehan air mani keluar dari kemaluan wanita? Kenapa dia merasa gairahnya merambat naik?

"Ngapain nyari kecoak? Kan ada aku."

"Lalu kamu mau apa?" tanya Rion.

"Tolong bersihin, Kak. Tanggung jawab. Kak Rion yang bikin begini," rengek Jeanne.

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang