💕Happy Valentine's Day and Happy Reading 💕
November 2023
Akhir tahun menjelang di depan mata. Satu minggu lagi memasuki Desember yang ceria, Desember yang penuh warna, Desember yang membawa hawa liburan. Rion menyukai Desember, lebih dari sebelas bulan lain di kalender. Bulan ini mengingatkan pada masa kecilnya, masa di mana dia hanya tahu bermain serta belajar.
Rion anak yang rajin. Ibunya mendorong agar dia tak bermalas-malasan supaya ketika dewasa nanti hidupnya tidak susah. Rion tak paham arti kata ‘susah’ pada waktu itu. Apa hubungannya antara belajar yang rajin dengan kemudahan hidup setelah dewasa. Dalam penglihatannya, orang dewasa sangat mengasyikkan. Punya uang sendiri, mau apa saja tinggal beli, tidak usah mengerjakan PR.
Begitulah, apa yang dilihat biasanya tak seindah kenyataan. Sang waktu lah yang menjawab, bahwa masa kecil adalah masa terbaik dalam hidup. Bahwa tumbuh dewasa berarti harus siap dipusingkan dengan satu masalah besar: Uang.
Ratusan lamaran Rion kirimkan baik melalui e-mail maupun diantar sendiri. Ratusan kali pula dia tertolak dengan berbagai alasan. Sampai akhirnya Rion terdampar di lembaga bantuan hukum pembela hak perempuan.
Lembaga Bantuan Hukum ini tidak menjanjikan apa-apa. Direkturnya menyarankan Rion mengambil profesi advokat. Rion menurut karena sudah putus asa. Tak menyangka kehidupan orang dewasa begini kerasnya.
Dengan penghasilan teramat kecil, Rion mengambil kesempatan lain mendapatkan uang, menjadi driver ojol.
"Turun sini aja, Mas." Sebuah suara wanita muda memaksakan berteriak demi mengalahkan deru mesin kendaraan bermotor yang bersahut-sahutan.
Penumpang ketiganya mengenakan rok sepan selutut. Lantaran tertutup jaket, Rion tidak dapat melihat kemeja yang dikenakan. Namun melihat tujuan di aplikasi, Rion yakin mbak ini bekerja di pusat perbelanjaan.
“Motornya tinggi amat, Mas, jadi susah turunnya.” Penumpang itu mengomel.
Rion meringis, teringat janjinya dalam hati bahwa kalau tabungannya cukup suatu hari nanti, dia ingin mengganti motornya dengan tipe yang lebih nyaman bagi pelanggan. Malah kalau bisa mau beli motor listrik saja. Dengar-dengar pemprov Jakarta mau memajaki bensin sebesar 10% dan ada wacana pajak kendaraan berbahan bakar bensin akan dinaikkan.
Rion mengembuskan napas. Apalah arti rakyat jelata seperti dirinya. Semua kebijakan pemerintah kian mencekik, memosisikan jutaan warga menengah ke bawah dalam posisi sulit. Bertahan pada keadaan sekarang, biaya hidup melambung. Mau transisi mengikuti anjuran pemerintah, butuh modal besar sehingga akhirnya hanya bisa pasrah meratapi nasib.
"Udah bayar pakai Gopay ya, Mas." Si Mbak menunjukkan ponsel seraya menyerahkan helm warna hijau.
"Makasih, Mbak."
"Nih buat masnya." Penumpang itu memberikan selembar uang berwarna hijau sebagai tips. “Ditabung, Mas, buat ganti motor.”
Jajan anak SMA pun rasanya lebih banyak daripada ini. Namun Rion senang bukan main. Lumayan bisa untuk tambahan beli bensin atau mengikuti saran mbak karyawan mall, ditabung untuk beli motor.
"Makasih, Mbak." Rion menempelkan lembaran uang kertas ke keningnya. Ada saja orang baik di dunia ini.
Melanjutkan perjalanan mengais tambahan Rupiah, Rion melanjutkan perjalanan. Notifikasi aplikasi ojolnya menginformasikan ada orderan baru. Rion memutuskan mengambil satu penumpang lagi sebelum melanjutkan perjalanan ke LBH.
Syukurlah lokasinya dekat, di Pisangan Baru. Malasnya, Rion perlu menyeberangi perlintasan kereta Stasiun Pondok Jati. Padat, macet, dan rawan kecelakaan. Kondisi lalu lintasnya semrawut sebab dilewati jalur kendaraan dari lima arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVERSUM
RomancePelangi indah karena berwarna-warni. Bunga cantik karena tak serupa. Manusia bertoleransi pada perbedaan asalkan bukan dirinya sendiri dan berpikir untuk mencapai kebahagiaan haruslah memiliki persamaan. Jeanne Noura menyukai Hilarion Praharsa seja...