39. BUKBER

100 14 3
                                    

Mei 2017

Bulan Ramadhan telah tiba. Layaknya tahun kemarin dan kemarinnya lagi, rutinitas Jeanne berubah. Kuliah tetap jalan seperti biasa, tetapi ada acara yang pastinya menjadi jadwal tetap setiap tahun. Apakah salat tarawih berjamaah di masjid? Tidak. Khatam Alquran? Tentu bukan. Apakah itikaf? Jeanne pernah mencobanya tapi sudah kapok karena tasnya dimaling. Heran, bagaimana bisa orang berani mencuri di tempat ibadah pada saat bulan suci pula. Anyways, rutinitas yang berubah adalah bukber.

Kawan alumni SMA ribut di group chat merancang buka bersama. Jeanne oke saja sebab ingin pamer kampusnya yang bergengsi. Beberapa teman satu angkatannya masuk di universitas yang sama. Ada pula yang kurang beruntung sehingga gagal lolos ujian masuk universitas impian dan 'terpaksa' masuk kampus swasta.

Namun, tahun ini Jeanne ketiban rezeki. Bisnis kue keringnya mulai menggeliat. Dosen dan temannya sudah pre order hampers lebaran. Jeanne mulai mencicil sejak awal Ramadhan supaya tidak keteteran. Semua dikerjakan sendiri termasuk melayani pertanyaan, menerima transferan, berbelanja bahan, dan memanggang kue.

Alih-alih sibuk beribadah, aktivitas Jeanne selama bulan Ramadhan berkutat seputar keduniawian. Yah, ini lebih baik daripada membegal motor sebelum lebaran.

Noura Katering pun tak kalah sibuk. Jumlah pesanan katering untuk pengajian dan buka puasa bersama di rumah pejabat, melonjak drastis. Cicilia sampai harus menambah tenaga cabutan selama satu bulan saja. Bekerja sama dengan SMK jurusan tata boga sungguh membantu dalam mendapatkan tenaga berupah murah.

Jeanne menolak hampir semua ajakan buka puasa bersama. Bertemu teman bisa kapan saja, tapi kesempatan mengais rezeki, cuma satu tahun sekali. Tahun depan pun belum tentu pesanannya sebanyak ini.

Sejak hari kedua Ramadhan, Jeanne sudah mendata pesanan kue kering yang masuk. Dia mulai membuat dari yang paling tahan lama, gabus keju dan lidah kucing. Setiap hari, dapur rumah selalu berantakan, dipenuhi ceceran tepung dan gula. Jeanne suka lupa membersihkan. Dia baru menyapu kalau semut dan kecoak sudah hilir mudik.

Cicilia tak menggaji asisten rumah tangga. Sejak pindah dari rumah warisan kakeknya, Jeanne dibiasakan menyapu, mengepel, dan mencuci baju sendiri. Ini dilakukan agar putri semata wayangnya sanggup hidup susah, tidak memilih menjadi simpanan gadun kaya raya saat kehidupan bertambah berat. Inilah yang menyebabkan Jeanne susah gemuk. Energinya terkuras untuk berbagai aktivitas. Usai memanggang kue, mengerjakan tugas kampus, dan menyelesaikan tugas rumah tangga, Jeanne tak sanggup melakukan apa-apa selain rebahan.

Malam itu, sehabis buka puasa dan tarawih sendirian, Jeanne mencuci baju. Mesin cuci tengah berputar ketika Jeanne menunggu di kamar sembari mendengarkan musik. Suara emas Taylor Swift terjeda chat masuk.

"Firman."

Feeling Jeanne langsung buruk melihat siapa yang mengirimkan chat tersebut. Dia sudah tahu dalang di balik layar alias orang yang menyuruh Firman.

[Firman 20.02: Mbak Jeanne, ditunggu Bapak besok pukul 18.00 di Hotel Pullman untuk berbuka puasa bersama.]

Buka puasa bersama Haikal. Horor sekali. Sudah hilang kewarasankah orang itu sampai mau mengajak Jeanne bukber? Pertanyaannya, buka bersama siapa saja mereka? Anggota DPR? Orang partai? Atau relasi bisnis? Hei, jika demikian, bukankah lebih bijaksana jika Haikal mengajak istrinya?

[Jeanne 20.14: Nggak bisa, saya sibuk.]

Usai mengetikkan balasan, Jeanne meninggalkan ponsel di kasur lantas pergi ke ruang cuci untuk mengurusi cuciannya.

***

Satu jam kemudian, Jeanne kembali ke kamar setelah menjemur cucian. Dia mendapati ada dua missed call dari nomer Haikal. Belum cukup menelepon, pria itu mengirimkan chat juga.

DIVERSUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang