CHAPTER 26: JANJI

608 41 5
                                    

YOU POV

"Habiskan waktu bersamaku selama 24 jam penuh, hanya kita berdua. Maukah nuna mengabulkan permintaanku itu?" Jay mendekat ke arahku agar semakin menghimpit tubuhku ke tembok ruangan. Ia tersenyum dengan manisnya, menungguku menjawab permintaannya barusan.

"Tentu saja, tapi di rumah ini kita tak hanya berdua Jay." jawabku, dengan sengaja melingkarkan kedua tanganku di pundaknya. Handuk yang melilit rambut basahku hampir terjatuh sebelum akhirnya Jay tahan dengan sigapnya.

"Bawa aku pergi, kemanapun hanya kita berdua nuna. Ke pantai, ke villa atau apapun itu. Aku hanya ingin berduaan dengan nuna, tanpa diganggu siapapun!" pintanya semakin memancing tawaku pelan. Ternyata anak sebaik Jay memiliki sisi egois juga ya.

"Okay, nanti nuna pikirkan ya akan membawamu kemana tapi alasan ke yang lain apa?" tanyaku yang langsung Jay jawab dengan, "Tak usah nuna pikirkan, biar aku saja nanti yang berbicara dengan mereka. Inikan ulang tahunku dan nuna juga sugar mommy-ku. Masa aku tak bisa menghabiskan waktu bersama sugar mommy-ku sendiri?" Jay mengatakan itu dengan bibir yang dibulatkan agar terlihat lebih menggemaskan di hadapanku. Lelaki ini tahu benar cara meluluhkan hatiku.

"Sugar mommy?" tiba-tiba, seseorang muncul dan bertanya tentang itu pada kami dengan ekspresi yang tak percaya. Refleks, aku lepaskan tanganku yang melingkar di pundak Jay lalu menatap gugup ke arahnya.

"A-Axel? Sejak kapan disitu?" tanyaku begitu gugup sampai tak bisa berbicara dengan lancar. Axel memperlihatkan wadah berisikan ayam panggang yang sengaja ia bawa dari rumahnya. Tak ada senyuman yang biasa dia berikan, Axel hanya menatapku dan Jay dingin secara bergantian.

"Sejak tadi, aku hanya ingin mengantarkan ini untuk makan siang kalian." ucapnya dengan tak henti menatap dingin ke arahku. Jay yang tidak merasa bersalah sedikitpun langsung mengambil ayam yang Axel berikan dan membawanya ke meja makan. Entahlah, dia memang tak merasa bersalah atau dia tak mengerti dengan apa yang Axel katakan.

"Bisakah kau jelaskan tentang perkataannya barusan, aku masih bisa mengerti jika seseorang berbicara dalam bahasa korea dan dia mengatakan kalau kamu adalah sugar mommy-nya. Benarkah demikian?" tanya Axel semakin membuatku gugup.

Aku tarik tangan Axel untuk masuk ke dalam kamarku agar pembicaraan kami ini tak didengar siapapun. Aku bahkan nekat melewati Jay dan Jake yang sedang berbincang di ruang makan tanpa sepatah katapun dengan mereka.

Setelah masuk ke dalam kamarku, aku kunci pintu tersebut. Axel hanya terus menatapku, semakin membuatku tak nyaman dengan situasi ini. Begitu mudahnya dia mengetahui hubungan kami padahal aku sudah merahasiakannya kepada semua orang termasuk adik kandungku sendiri.

"Aku tak sebaik apa yang kamu dan keluargamu bayangkan, Axel." ucapku sambil mendudukan diri di pinggir kasurku. Axel pun ikut mendudukan diri di sebelahku.

Dia menjawab, "Kau pikir, aku lelaki baik-baik juga? Aku pernah menghamili seorang gadis, tapi gadis itu berselingkuh dariku dan menggugurkan anak kami. Aku memergokinya sendiri menggunakan mata kepalaku. Aku putus asa sehingga terjun lagi ke dunia kelam sampai aku harus direhabilitasi selama dua tahun karena ketahuan mengkonsumsi ekstasi dan ganja. Itulah sebabnya aku tak pernah membalas pesan darimu selama bertahun-tahun." aku sampai tak bisa menutup mulutku saking terkejutnya dengan kenyataan yang Axel utarakan barusan.

"Jujurlah padaku, aku akan berusaha menerima semua kenyataan itu." Axel mengatakan itu dengan kesan yang begitu tulus padaku. Aku beranikan diri menatap matanya lalu berkata, "Mereka semua adalah sugar baby-ku." Namun, hal itu tidak cukup mengejutkan bagi Axel.

"Hanya sugar baby kan? Bukan suami? Lalu kenapa kamu begitu takut untuk jujur padaku? Aku calon suamimu, Y/n." tanya Axel penuh keputusasaan dalam ucapannya. Aku gigit bibir bawahku sendiri untuk berpikir.

"Beri aku waktu Axel, aku tak bisa meninggalkan mereka begitu saja. Perjodohan ini terlalu mendadak, apalagi kita sempat tak saling berhubungan selama beberapa tahun." pintaku sukses membuat Axel terdiam, dipenuhi pikirannya sendiri.

"Baiklah, aku akan memberikan waktu untukmu, berapa lama?" tanya lelaki itu, seolah setuju dengan pintaku barusan.

"Setelah liburan ini berakhir, aku janji akan mengakhiri hubunganku dengan mereka semua." jawabku. Axel bunuh jarak duduk di antara kami.

"Tapi kamu menikah denganku kan?" tanya Axel seperti membuat jantungku berhenti berdetak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi kamu menikah denganku kan?" tanya Axel seperti membuat jantungku berhenti berdetak. Aku anggukan kepalaku, "Jadi kamu melamar ku disini?" tanyaku sukses membuat Axel tertawa malu. Dia raih kedua tanganku lalu di genggamannya erat. Ada satu hal yang tak berubah dari Axel yang dulu, yaitu sikap manisnya ini.

"Hanya memastikan, untuk acara lamaran sudah ibu kita bicarakan. Mereka sangat bahagia dengan pernikahan kita." Axel berusaha meyakinkan pilihanku. Aku pun tersenyum, "Aku ingin bertanya jujur padamu." ucapku.

"Apa itu?" tanya Axel balik.

"Jujur, apa kamu tak merasa aneh dengan perjodohan ini, maksudku kita kan teman sedari kecil walaupun kita menghabiskan masa remaja di tempat yang terpisah tapi aku tahu kamu pasti mencintai seseorang." tanyaku, ingin mengetahui lebih tentang perasaan Axel.

"Awalnya aku juga merasa aneh, sama sepertimu sekarang. Tapi akhirnya aku sadar keputusan orang tuaku itu baik, karena menjodohkan ku dengan orang yang tepat." ucapan Axel itu mampu membuat wajahku terasa panas menahan malu.

"Kita besar bersama, kamu tahu buruknya aku,  kamu tahu cara mengatasiku dan kita tuh ga pernah bertengkar hebat. Paling bertengkar perihal sepele aja dan orang tua kita sudah sangat dekat. Aku pernah mencintai seorang gadis tapi gadis itu tak bisa dekat dengan keluargaku, sehingga dia yang membuatku jauh dari mereka. Aku berikan semua untuk gadis itu, tapi dia malah menduakan aku dan menjebakku ke dunia kelam narkoba." tambah Axel dengan menceritakan pengalaman pribadinya padaku.

"Pada akhirnya, hanya keluarga yang peduli denganku, tempat aku pulang saat semua orang tidak menginginkanku. Aku rasa, sudah cukup aku bermain-main. Aku ingin memiliki seseorang yang setia dan peduli denganku dan keluargaku." tanpa aku sadari, air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Dia benar, di umur kami yang menginjak 26 tahun sudah bukan lagi waktunya untuk kami bermain-main. Aku harus memikirkan keluargaku juga dan masa depan para sugar baby-ku yang masih sangat panjang. Aku juga tak mungkin berharap lebih dengan mereka.

"Kok kamu yang nangis?" tanya Axel begitu bingung saat setetes air mata mengalir membasahi wajahku.

"Sangat kelam bukan? Kamu bisa saja berubah setelah mengetahui masa laluku itu, tapi aku hanya ingin kamu tahu kalau aku sudah berubah. Aku berusaha melakukan yang terbaik untuk semuanya." ujar Axel dengan mata yang berkaca-kaca pula. Aku mendekat ke arah lelaki itu untuk membawanya ke dalam pelukan hangat.

"Tidak Axel, masa lalu kita sama-sama kelam jadi kita hanya perlu memperbaiki masa depan kita." ucapku sambil mengelus punggung Axel, saat merasakan tubuh lelaki itu mulai bergetar hebat.

"Ah, kenapa jadi melow gini? Aku malu, masa nangis di depanmu padahal kita baru bertemu!" kesal lelaki itu pada dirinya sendiri. Axel lepaskan pelukan kami lalu tertawa canggung padaku sambil mengusap air mata di wajahnya. Tawaku pecah melihat tingkah gugupnya itu, Axel tersenyum manis ke arahku lalu menggenggam kedua tanganku lagi.

"Aku akan memberikan waktu untukmu menikmati liburan bersama mereka, tapi setelah itu kamu janji untuk kembali padaku ya? Aku sadar betul, perjodohan ini terlalu mendadak bagimu." aku anggukan kepala sebagai jawaban dari pinta Axel barusan.

"Ah, satu lagi, aku penasaran." pekik Axel setelah mengingat sesuatu. Aku pun menunggunya mengutarakan hal tersebut,

"Kamu berhubungan badan juga dengan mereka?"

TBC

SUGAR BABIES (ENHYPEN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang