YOU POV
Dua minggu kemudian..
Ternyata sangat susah lepas dari bayang-bayang seseorang, terlebih lagi orang itu harus bertemu denganku setiap harinya. Walaupun kami tak saling berbicara, tapi ada begitu banyak kenangan yang aku lalui bersamanya. Aku tak bisa terus memaksakan diriku untuk tidak memperhatikannya karena dia masih menjadi satu-satunya orang yang aku cintai.
Jake Sim, semakin aku ingin menghilangkan perasaanku padanya, semakin sakit pula hatiku dibuatnya. Aku hanya bisa menyesali segalanya sekarang, keegoisanku, kemunafikanku, keputusasaanku pada hubungan kami hingga semua yang terjadi akhir-akhir ini.
Kenangan menyenangkan bersama Jake semakin memenuhi ku saat tak sengaja aku lihat foto ini di galeri handphone-ku. Aku sangat merindukannya, suaranya saat berbicara, tawanya, tingkah aneh nan absurd-nya, seluruh keahlian yang dia punya, sentuhannya.
Tidak! Kamu sudah punya Heeseung sekarang Y/n, kau tak boleh tenggelam dalam kenangan dan perasaan mendalam yang kamu rasakan pada Jake. Dia bukan milikmu lagi, sekarang baru kamu menyesalinya kan? Betapa bodohnya kamu menyia-nyiakan lelaki sabar, baik, dan menggemaskan seperti Jake.
Foto itu yang terakhir aku simpan dalam galeri bertuliskan "My Love🐶" berisikan semua foto-foto Jake, mulai dari foto menggemaskan, foto seksi, foto karya-karya yang dia buat dan lain sebagainya. Bahkan foto lelaki itu memiliki tempat yang sangat banyak di handphone milikku, ada sekitar 3000 an lebih foto yang berkaitan dengan Jake dan aku masih belum ingin menghapusnya.
Tak berselang lama, Heeseung keluar dari kamar mandi yang berada di kamarku. Langsung aku kunci kembali layar handphone milikku, kini bergantian aku yang membersihkan diri sebelum kami melanjutkan perjalan ke destinasi selanjutnya yaitu pasar malam tengah kota Nashville.
Aku tinggalkan begitu saja handphone milikku di atas kasur lalu memasuki kamar mandi. Aku habiskan waktu cukup lama untuk membersihkan diri hingga panggilan dari Heeseung begitu mengejutkanku. "Nuna, ada telepon dari nomor tidak dikenal." Mendengar itu, buru-buru aku selesaikan kegiatan mandiku lalu keluar dalam keadaan yang masih setengah basah.
"Nomor tidak dikenal?" tanyaku pada Heeseung yang hanya duduk terdiam di pinggiran kasur sambil memegangi handphone milikku. Dia menatapku penuh kekesalan lalu bertanya, "Kenapa foto Jake belum nuna hapus?" tanya Heeseung dengan nada bicara yang dingin. Aku hembuskan napas kasar saat dia menolak memberikan handphone tersebut padaku.
"Berikan sayang! Nuna harus mengetahui siapa yang menelpon nuna barusan!" Aku berusaha menyadarkan lelaki itu dari kecemburuannya yang gak mendasar, tapi bukan Heeseung jika tidak ngambek padaku perihal sepele.
"Untuk apa nuna melihat fotonya lagi!" kesal Heeseung semakin menjadi-jadi. Aku berusaha menenangkan lelaki itu dengan meraih kedua tangannya namun berusaha ia hempaskan.
"Katanya nuna mau menghilangkan perasaan pada Jake?!!" aku tahu dia cemburu, tapi tak perlu membentakku juga. Aku tak suka dengan sikap aslinya ini dan aku tak kunjung terbiasa olehnya. Dengan paksa, aku ambil handphone milikku dari Heeseung. Lelaki itu terlihat kecewa dengan pergi begitu saja meninggalkanku sendirian di dalam kamar ini.
Heeseung merasa telah memilikiku seutuhnya melalui perjodohan itu tapi aku tak kunjung terbiasa dengan klaim yang dia buat. Walaupun aku sudah mencoba berulang kali jatuh cinta padanya, tapi hatiku tetap lari ke seorang lelaki yang telah menemaniku selama dua tahun lamanya,
Jake hanya dia yang kuat menghadapi sifat kerasku ini walaupun Heeseung dapat dengan mudah mengambil alih tubuhku serta pikiranku. Jake berbeda, dia tetap memiliki tempat spesial di hatiku.
Aku buat panggilan ke sebuah nomor yang baru saja menghubungiku. Cukup lama aku menunggu panggilan tersebut tersambung hingga ternyata, panggilan tersebut dari salah satu rekan kerjaku yang ingin menanyakan perihal pekerjaan.
Aku pikir, seseorang yang lebih penting dari ini. Setelah menjelaskan pada rekan kerjaku tersebut, aku kenakan baju yang telah aku siapkan lalu merias wajah serta rambutku untuk perjalanan selanjutnya. Setelah penampilanku telah rapi, aku keluar dari kamarku dan mendapati Heeseung sedang duduk melamun di ruang tengah seolah memikirkan sesuatu yang berat. Tentu saja berat karena pertengkaran tadi sepenuhnya adalah kesalahanku. Aku tak kunjung melepaskan Jake padahal aku mempunyai Heeseung yang sempurna dalam berbagai hal.
Aku dudukkan diri di samping Heeseung. Semua sugar baby-ku sepertinya tengah bersiap karena mereka belum turun dari lantai dua. Aku menoleh ke arah Heeseung lalu dengan manja melingkarkan tanganku di lengannya. "Maafkan nuna." kalimat itu yang pertama kali aku ucapkan untuk memperbaiki hubungan kami, Heeseung hanya menoleh ke arahku tanpa mengatakan apapun dengan ekspresi wajah yang dingin. Aku tautkan jemari kami agar saling menggenggam erat sambil sebelah tanganku aku gunakan untuk mengambil handphone milikku.
"Nuna hapus ya semua foto Jake, maaf ya, sayang nuna ga bermaksud menyakiti perasaanmu." setelah mengatakan itu, aku tandai semua foto Jake di handphone-ku lalu dengan berat hati aku hapus semua kenangan ku bersama dia.
Heeseung melihat kegiatanku tersebut tetapi tak kunjung merasa spesial bagiku. "Masih marah?" tanyaku berusaha meruntuhkan tembok tinggi antara kami berdua. Aku lepaskan tautan tangan kami lalu menangkup wajah tampan Heeseung agar dapat mencium bibir seksi miliknya. Hanya sekilas karena aku lupa sudah menggunakan lipstik berwarna merah.
Pertahanan Heeseung pun runtuh seketika saat aku mencium bibirnya. Dia tertawa lalu mencubit pipiku dengan lembut seraya berkata, "Aku tak bisa marah dengan nuna, aku hanya jengkel saja pada diriku sendiri yang tak kunjung bisa membuat nuna menyukaiku." jelas Heeseung malah membuat hatiku sakit.
"Nuna menyukaimu, tapi cinta pertama tidak bisa dilupakan begitu saja. Beri nuna waktu ya." Aku berusaha meyakinkan Heeseung. Lelaki itu pun menganggukan kepalanya lalu berkata, "Aku akan setia menunggumu nuna." penuh kesungguhan dalam ucapannya barusan. Aku pun tiba-tiba teringat tentang ulang tahun Jay.
"Ulang tahun Jay kan sebentar lagi, dia sudah meminta kado spesial yaitu menghabiskan 24 jam bersama nuna. Jadi bagaimana? Sekarang nuna harus meminta izin darimu terlebih dahulu." tanyaku. Heeseung tak bisa menutupi kekesalannya lagi di wajahnya, namun aku sangat bersungguh-sungguh tentang hubungan kami.
"Nuna ingin membawanya kemana?" tanya Heeseung balik.
"Menginap di sebuah villa yang berada dekat danau, sekalian menikmati suasana alam disana. Bolehkah?" tanyaku meminta izin pada Heeseung. Lelaki itu terdiam sebentar, sebelum akhirnya dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaanku barusan.
"Boleh, tapi nuna janji tak berhubungan badan dengannya ya? Nuna milikku sekarang." ujar lelaki itu semakin membuatku merasa bahagia. Dia sangat pengertian walaupun terkadang ngambek untuk hal yang sepele tapi aku menyukainya.
"Iya, nuna janji. Makasih sayangku!" setelah mengatakan itu, aku bawa Heeseung ke dalam pelukanku sebelum akhirnya Jungwon turun dari lantai dua, telah siap untuk destinasi wisata setelah ini. Heeseung lepaskan pelukan di tubuhku lalu berkata,
"Sepertinya aku menemukan inspirasi untuk tugas akhirku setelah mengunjungi museum alat musik tadi siang. Aku yakin, secepatnya aku bisa menikahi nuna!" ungkapnya begitu bersemangat. Jungwon yang melihat kami pun ikut tersenyum bahagia. Sekarang, aku tinggal memikirkan tranportasi untuk kami pergi ke hotel dekat danau tersebut, apa sewa motor saja??
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR BABIES (ENHYPEN)
Fanfiction[🔞] Punya tujuh sugar baby bernama Heeseung, Jay, Sunghoon, Jake, Jungwon, Sunoo, dan Niki? Bagaimana bisa?!