CHAPTER 32: KEGIGIHAN

774 52 7
                                    

AUTHOR POV

Setelah kepergianmu bersama Axel untuk membeli makan malam, Heeseung naik ke lantai dua untuk memasuki sebuah ruangan yang berada di ujung lantai. Ruangan itu adalah ruangan laundry yang terhubung langsung dengan balkon untuk menjemur pakaian. Heeseung nyalakan lampu ruangan lalu mengunci pintunya dan mencari tempat yang strategis untuk menghubungi seseorang melalui handphone miliknya.

Dia duduk di sebuah bangku yang berada di balkon tersebut. Memandang ke langit sebentar lalu mencari nomor telpon yang dia butuhkan. Tekad Heeseung sangatlah bulat sehingga ia tak perduli dengan apapun yang menghadang. Cukup lama, Heeseung menunggu panggilan tersebut untuk terjawab hingga,

"Heeseung-ah!" panggil seorang wanita di seberang telepon sana, suaranya sangat lembut membuat hati Heeseung sedikit tenang.

"Bagaimana kabarmu? Kau tak latihan? Eomma dan appa sedang meninjau lokasi untuk membangun cabang perusahaan kita di negara Timor Leste. Maaf tidak memberitahumu tentang keberangkatan kami ya, nak!" ucap wanita yang tak lain adalah ibu kandung Heeseung. Jantung Heeseung berdegup sangat kencang karena ia tak pernah mengungkapkan hal ini sebelumnya apalagi ke orang taunya sendiri.

"Eomma, aku sudah berhenti menjadi trainee." ungkap Heeseung yang langsung dibalas, "Baguslah, selesaikan saja kuliahmu ya karena kamu harus menggantikan appa untuk menjalankan perusahaan ini." oleh ibu kandung Heeseung. Lelaki itu tersenyum tipis lalu berkata lagi, "Aku ingin bercerita sesuatu, tapi aku takut eomma tak menyetujui hal itu." ucap Heeseung begitu ragu. Wanita tua itu pun tertawa,

"Ceritalah, jangan membuat eomma gagal sebagai orang tua karena tidak mengetahui keinginan anaknya ya," jawab ibu Heeseung mengandung banyak arti mendalam.

"Aku menyukai seorang gadis, dia merupakan anak pertama dari pemilik perusahaan makanan ringan bernama Jungs, Inc. Apa eomma dan apa mengetahui perusahaan tersebut?" tanya Heeseung begitu ragu, terdengar ibu Heeseung langsung menanyakan hal itu ke suaminya yang ternyata berada di dekatnya. Cukup lama, ibu dan ayah Heeseung berbincang hingga sebuah pertanyaan terlontar dari ayah kandung Heeseung melalui panggilan telepon.

"Bagaimana kau bisa mengenalnya? Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang?" tanya lelaki itu. Heeseung tak bisa membaca reaksi dari kedua orang tuanya melalui nada pertanyaan barusan. Semakin menambah ketakutan dalam dirinya.

"Kami sudah saling mengenal cukup lama, hampir setahun dan sekarang kami sedang berlibur ke rumahnya yang berada di Nashville, Tennessee, bersama beberapa teman kami." jelas Heeseung diakhiri gigitan di bibirnya sendiri, untuk melepaskan perasaan gugup yang ia rasakan.

"Appa mengenal pemilik perusahaan tersebut. Appa tak tahu kalau kamu juga mengenal anak perempuannya." entahlah, Heeseung merasa hal ini adalah lampu hijau untuk segala perjuangannya.

"Aku sangat menyukai anaknya yang pertama, appa, tapi dia akan dijodohkan dengan laki-laki lain, bisakah appa membantuku?" tanya Heeseung begitu hati-hati.

"Kalau tidak salah, anak kandungnya yang pertama itu bekerja di Bank of Korea. Kau sungguh mengenalnya?" tanya ayah Heeseung lagi seperti tidak percaya.

"Iya appa, aku punya bukti kalau kami saling mengenal. Ini, aku kirimkan foto kami bersama." Heeseung langsung mengirimkan selfie terbaik kalian untuk kedua orang tuanya melalui pesan pribadi kakao talk tanpa mematikan panggilan tersebut. Cukup lama Heeseung menunggu reaksi kedua orang tuanya sampai, "Kau berpacaran dengannya?" tanya ibu Heeseung begitu penasaran.

"Eomma, aku ingin menikah dengannya. Bisakah eomma dan appa membantuku untuk membatalkan perjodohan mereka? Aku benar-benar menyukainya eomma." pinta Heeseung dengan sangat, inilah perjuangan terakhir yang dapat Heeseung lakukan untukmu. Ia tak bisa membuatmu memandangnya lebih tapi Heeseung mungkin bisa menggunakan kekuatannya ini untuk mendapatkanmu.

"Dia akan dijodohkan dengan siapa?" tanya ibu Heeseung lagi.

"Teman masa kecilnya di Nashville." jawab Heeseung.

"Appa harus menemui ayah kandungnya dulu, kebetulan sekali kau dekat dengan anak kandungnya. Apa dia menyukaimu? Jika kalian saling menyukai akan sangat mudah membatalkan pertunangannya, biar appa yang maju membantumu nak." Heeseung sudah yakin kalau keinginannya untuk menikahimu pasti akan disetujui oleh kedua orang tuanya apalagi setelah melihat derajat sosial dari keluarga kalian yang sama. Sekarang, permasalahan utamanya adalah pada rasa cintamu yang belum Heeseung ketahui. Tapi, dia harus bisa berjuang untuk itu.

"Ne, kami saling menyukai. Bantu aku ya appa." Tak masalah berbohong untuk kebaikan. Yang penting Heeseung benar-benar berjuang untukmu walaupun kamu tak pernah sekalipun memandang ke arahnya.

"Baiklah, akan appa hubungi ayahnya besok. Kamu selesaikan cepat kuliahmu jika ingin menikahinya!" sungguh, Heeseung sangat bahagia mendengar perkataan ayah kandungnya sendiri. Ini pertama kalinya ayah Heeseung berbicara dalam nada yang lembut pada lelaki itu.

""""""""""""""""""""""""'

YOU POV

Satu jam berlalu..

Kami sudah berada di depan rumahku dengan membawa hot chicken dan ice cream untuk makan malam dan bibir yang kemerahan bekas melalui kegiatan yang menyenangkan. Aku sudah berusaha menghilangkan bekas lipstik di bibir Axel menggunakan tisu tetapi tetap terlihat jelas bekas ciuman kami di bibir tersebut, sedangkan aku bisa menambah kembali lipstik di bibirku agar tidak menimbulkan kecurigaan siapapun.

"Masih kelihatan?" tanya Axel masih mengusap bibirnya menggunakan tisu sambil memperhatikannya pada cermin yang berada di tengah mobil. "Masih tapi tak apa, sudah lumayan menghilang." ucapku, terus menaruh perhatian ke lelaki itu.

"Lipstikmu tahan lama sekali ya," ucap Axel lalu mengambil hot chicken yang ia taruh di dashboard belakang tempat duduk. Aku tertawa pelan lalu memencet tombol untuk membuka pintu mobil ini, "Semoga mereka tak curiga!" Aku pun turun dengan membawa satu kresek besar berisikan ice cream kesukaan kami.

Aku buka pintu rumah dan mendapati suasana hening di dalam rumahku tersebut. Ternyata mereka sedang asik menyaksikan sebuah film horror di ruang tengah. Dengan isengnya, Axel muncul dari balik sebuah lemari untuk mengejutkan mereka yang begitu fokus menyaksikan film tersebut, "Boo!!" teriakan mengalun kencang dari beberapa anak yang terkejut akan kehadiran Axel.

Sukses memecah tawa lelaki itu begitu kencang, "Hyung! Ah! Ngagetin aja!!" Setelah itu Axel ikut bergabung bersama mereka sedangkan aku menyiapkan makan malam kami dengan menyalinnya ke piring. Aku buka lemari pendingin untuk memasukkan ice cream yang telah kami beli ke dalam lemari tersebut, sebelum aku merasakan ada seseorang yang memeluk tubuhku dari belakang.

"Nuna sudah mulai berani ya." bisik lelaki itu sukses membuat sekujur tubuhku merinding, menahan takut. Aku berusaha melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku, "A-apa maksudmu Heeseung?!" aku begitu gugup apalagi setelah mendengar perkataannya barusan.

"Dia menciummu kan nuna? Aku tahu bibirnya merah bekas lipstik yang nuna gunakan. Sepertinya aku harus menghukum nuna malam ini!" setelah mengatakan itu, Heeseung lepaskan pelukanku lalu berteriak kencang,

"Guys, main dare or dare yuk!" Oh shit! Kenapa tak tunggu Axel pulang saja? Oh tuhan, habislah aku!!

TBC

Heeseung nekat ya..

SUGAR BABIES (ENHYPEN) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang