YOU POV
Sinar mentari mengintip dari celah gorden kamar. Cuaca di luar sangatlah terik hingga membuatku terbangun dari tidur panjangku. Aku eratkan pelukanku di tubuh seorang laki-laki berkulit putih yang tak lain adalah Jake.
Dia tertawa pelan setelah melihatku yang susah membuka kedua mataku saking mengantuknya, namun suasana saat ini sangatlah panas apalagi kami tertidur dalam kondisi telanjang dengan hanya ditutupi selimut yang tebal.
"Selamat pagi, nuna." sapa Jake dengan suara yang serak. Aku kecup bibir tebalnya dengan mata yang masih tertutup sebelah, membuat Jake semakin gemas dengan mencubit pipiku pelan.
Dia terus tertawa untuk hal kecil yang aku lakukan di pelukannya, "Kenapa panas sekali ya?" tanyaku begitu frustasi. Tak hanya aku yang telah banjir keringat saat ini, Jake juga demikian apalagi saat aku peluk tubuhnya erat. Dia tak mengeluh sedikitpun walaupun aku tahu akan sangat risih jika dipeluk dalam keadaan tubuh yang berkeringat seperti ini.
"Mandi bersama yuk nuna?" ajak Jake yang langsung aku jawab anggukan kepala. Dengan cepat Jake lepaskan pelukanku di tubuhnya lalu bangkit dari kasur ini. Aku pun juga berniat bangkit dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, namun sebelum aku turun dari kasur ini, Jake gendong tubuhku menggunakan kedua tangannya dan langsung membawaku masuk ke dalam kamar mandi. Aku lingkarkan kedua tanganku di pundaknya sambil tertawa malu. Jake semakin hari, semakin kuat saja, membuatku semakin menyukainya.
Kami benar-benar melalui kegiatan mandi bersama tanpa saling memanjakan satu sama lain. Hanya berciuman saja karena hal tersebut sangat susah untuk kami hindari saat bersama. Kegiatan semalam cukup membuat tubuh kami sakit walaupun kenikmatan dan rasa senang yang kami dapatkan dari hubungan badan itu lebih besar.
Jake juga tak ada membahas tentang perkataanku semalam, dia seolah tak menyadari kalau perkataanku itu merupakan pertanda buruk untuk hubungan kami. Tak apa, setidaknya aku masih bisa menikmati banyak waktu bersamanya sebelum benar-benar meninggalkan Jake dan semua kenangan manis yang dia berikan padaku. Aku harus rela melepaskannya agar Jake bisa menggapai citanya.
Setelah mandi, kami keringkan rambut bersama. Jake membantuku menggunakan skincare serta merias wajahku, walaupun bantuan yang dia berikan hanyalah sebuah kecupan manis, namun hal kecil itu sangatlah berarti bagiku.
Sebelum keluar dari kamarku, aku lihat jam yang terpajang di dinding kamarku, sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Sejak semalam, aku tak ada membuka handphone milikku yang ternyata terdapat banyak sekali panggilan tak terjawab dari Sunghoon, Niki, Jay hingga Heeseung.
Langsung aku keluar dari kamarku dan mendapati suasana sepi di rumah ini. Aku langkahkan kakiku menghampiri seorang laki-laki yang sedang membuat sesuatu di dapur.
"Lagi ngapain?" tanyaku, sengaja mengejutkannya dengan muncul dari belakang tubuhnya. Lelaki itu pun menoleh ke arahku dan langsung membawa kedua tanganku untuk melingkar di pinggang untuk memeluk tubuhnya dengan tawa yang terkesan malu-malu.
"Masak mie, nuna juga mau aku buatkan?" tanya Heeseung begitu manja. Aku sempatkan diri menoleh ke arah Jake yang sedang memperhatikan kami di belakang, ada kekesalan yang tergambar jelas di wajah tampannya.
Membuatku merasa bersalah namun Heeseung juga merupakan sugar baby-ku, aku tak boleh bersikap kasar dengan menolaknya. Sehingga aku letakkan daguku di pundak Heeseung sambil melihat kegiatan yang lelaki itu lakukan yaitu mengaduk mie di dalam air yang mendidih.
"Terima kasih, nuna makan roti saja." jawabku dengan masih memeluk tubuh Heeseung dari belakang. lelaki itu kemudian bertanya lagi, "Nuna semalam langsung tidur ya? Padahal kami ingin menanyakan sesuatu.." Oh, jadi karena itu mereka menerorku semalam?
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR BABIES (ENHYPEN)
Fanfiction[🔞] Punya tujuh sugar baby bernama Heeseung, Jay, Sunghoon, Jake, Jungwon, Sunoo, dan Niki? Bagaimana bisa?!