Bab 7

11.1K 494 19
                                    

"Mba Kara jadi ambil cuti?" Tanya Uti pada Kara ketika seniornya itu selesai membereskan gudang.

"Jadi dong, aku udah di izinin juga sama Nyonyah,"

"Ah syukur deh, aku takut nggak di acc,"

Kara tersenyum mendengarnya.

"Mbak udah ada rencana belum mau healing ke mana?"

Kara mengangguk.

"Lembang, mau ke sana."

"Ih asyik dong, itu mah bener-bener healing, Mbak."

"Ntar Mbak kasih susu asli sana yah,"

"Iiii asyiikkk ..."

Dan setelah itu mereka kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Kara diam di depan kasir dia sibuk memasukan data-data barang keluar dan barang masuk. Selama beberapa hari ini dia juga tidak memikirkan Bara yang sepertinya menghilang di telan bumi. Fyi mungkin dirinya melupakan jika nomornya sudah dia ganti, jadi dia tidak tahu jika selama beberapa hari ini Bara juga mulai mempertanyakan keberadaan Kara. Kara sendiri memilih tidak mempedulikan duda dua anak itu, jika pria itu tidak mau dengannya ya sudah dia juga tidak akan mengejar pria itu. Untuk apa? Toh dia tidak mau berjuang sendirian, buang-buang waktu saja. Umurnya bukan lagi umur anak remaja yang dimabuk cinta, umurnya sekarang sudah pantas untuk memiliki suami dan anak. Jika Bara tidak dapat memberikannya, dia akan mencari dari pria lain, toh dirinya tidak jelek-jelek amat untuk ukuran seorang wanita. Bukti nyatanya Bara sendiri, jadi dia cukup pede untuk mencari pria lain di luaran sana.

Remon? Dia baik sih namun dalam segi ekonomi dia tidak bisa menikah dengan pria itu. Bukan dia matre, dia hanya realisitis saja. Dia tidak mau seumur hidupnya seperti ini, akan sangat melelahkan baginya jika sampai tua dia terus bekerja. Haah tidak dia tidak mau.

Yah kalau bisa sih setara managernya? Gajinya cukup besar untuk menghidupi kebutuhannya kelak.

Kara bepikir mengenai teman Nio yang bernama Javier. Remaja tampan itu seolah mengingatkannya pada seseorang, namun dia juga lupa orang itu siapa. Hanya terasa familiar baginya, diam-diam dia memperhatikan Javier. Karena remaja itu terkadang selalu mencuri tatapan padanya, membuat dia bingung dan juga grogi disaat bersamaan. Untunglah les terakhir mereka sudah selesai, karena hari ini mereka selesai ulangan semester dia merasa lega juga cemas. Jujur saja dia sudah menganggap kedua bocah itu sebagai adiknya, perbedaan umur yang mereka miliki lumayan jauh, dia merasa seperti memiliki adik.

Wanita berumur 27 tahun itu berpikir hadiah apa yang akan dia berikan pada dua remaja itu. Dia ingin memberikan hadiah pada Nio dan Javier setelah mereka menyelesaikan ulangan. Bukan untuk mengambil hati mereka, bukan. Tapi, dia melakukannya karena teringat akan dirinya dulu. Ibunya selalu memberikannya hadiah kecil ketika dirinya selesai ulangan. Pertama untuk membuatnya semangat belajar, kedua karena ada seseorang yang bangga padanya. Sekalipun nilai ulangannya tidak selalu bagus, setidaknya ada yang memperhatikannya itu lebih dari cukup. Jadi dia ingin memberikan tradisi itu untuk anak-anaknya kelak, meskipun sekarang dia belum memiliki anak. Tapi, ada Javier dan Nio yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Mungkin dia akan berbicara pada Uti meminta pendapat padanya, hadiah apa yang pantas untuk remaja tanggung seperti mereka.

***

"Kak Naya," seru Javier begitu melihat Naya yang berjalan ke arahnya.

Javier sudah meminta kakak sepupunya, anak dari paman dan tante nya itu untuk membantunya mencari kado untuk Kara. Karena wanita itu telah membantunya memperoleh nilai paling tinggi untuk ulangan semester ini. Jadi sebagai ucapan balas budi, dia ingin memberikan wanita dewasa itu hadiah.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang