Melvin yang melihat kepergian Kara kembali ke lantai atas di mana tempat adiknya berada. Tadinya dia ingin mengatakan pada ayahnya jika Javier baik-baik saja, tapi karena melihat Kara dengan ayahnya yang sedang bertengkar membuat niatnya ia urungkan.
Begitu pintu terbuka, Javier terbangun dari tidurnya. Dia mulai merengek kembali, karena orang yang dicarinya tidak ada.
"Mbak, mbak, mbak Kara ..." Javier mencari-cari Kara namun wanita itu tidak ada.
"Adek, Adek. Kamu mau apa?" Melvin berjalan menghampiri adiknya yang masih terbaring.
"Abang, mbak Kara mana?" Mata Javier berkaca-kaca ketika bertanya.
"Dia udah pulang, Dek."
"Kenapa? Dia gak mau nungguin Adek?"
Melvin menggelengkan kepalanya.
"Adek mau mbak Kara, Abang."
"Nanti aja yah, kan udah pulang Mbak Kara-nya."
"Nggak mau, aku mau mbak Kara."
"Besok yah, dia udah pulang."
Javier langsung memalingkan wajahnya ke samping, tidak mau melihat Melvin. Membuat sulung Bara itu menghela napasnya berat.
"Abang mau tanya, tadi yang pesan udang siapa? Kara?"
Javier langsung mengalihkan wajahnya, ia menatap abangnya.
"Nggak, kita gak pilih udang."
"Kamu yakin? Siapa tahu Kara yang pesen udang, dan kamu gak tau makannya makan?"
Javier menggelengkan kepalanya tegas.
"Nggak Abang! Kita gak pesen udang, bahkan aku sama Mbak Kara punya alergi udang. Toh tadi juga sama waitersnya di ulangin lagi kok pesenan kitanya, gak pake udang."
Melvin bingung mendengar penjelasan adiknya itu, mengapa bisa? Apa iya wanita itu sengaja? Batinnya berpikir keras.
"Jika bukan Kara lalu siapa yang memesan?"
"Tante kali," celetuk Javier asal.
Namun celetukan Javier berhasil membuat Melvin terdiam. Apa benar tante nya itu yang sengaja menukar makanannya? Tapi, mana mungkin tantenya itu tega mencelakai adiknya, kan?
Jika bukan tantenya, mungkinkah Kara? Tapi perkataan Javier dan juga pertengkaran ayah dan Kara tadi membuat dirinya bingung.
Satu-satunya jalan, dia menanyakan pada karyawan restoran di sana. Iya, karena dia harus melaporkan ini pada ayahnya.
"Adek mau makan?"
Javier menggeleng, dia masih kenyang.
"Yaudah Abang ke bawah dulu yah,"
Adiknya itu mengangguk, membiarkan dirinya untuk pergi.
Baru saja dirinya sampai di bawah anak tangga, terdengar suara ayahnya yang sedang mengobrol. Jiwa penasaran Kelvin meronta-ronta, karena mendengar suara ayahnya yang begitu dingin.
"Mohon maaf, Pak saya tidak tahu. Saya hanya mengikuti pesanan mbak-mbak itu saja." Karyawan pria bernama Agus itu menjelaskan dengan suara takut-takut.
"Lihat akibatnya! Alergi anak saya kambuh! Kamu mau tanggung jawab?!" Bara murka jelas saja, anaknya menjadi korban.
Melvin yang mendengar itu semua lantas menghampiri ayahnya. Dia ingin tahu siapa yang menyuruh pegawai restoran itu.
"Ma-maafkan kami, Pak!" Manager restoran tersebut meminta maaf pada Bara dengan sama takutnya. Bahkan tak berani menatap wajah Bara lama.
Mereka berdua langsung pergi ke sini karena mengetahui jika akibat kecerobahan satu karyawan restorannya. Membuat alergi pelanggannya itu kambuh, dan jelas saja mereka takut. Apalagi begitu mengetahui jika korbannya adalah anak dari pemilik mal yang disewa atasannya. Bisa berabe jika pemilik restorannya tahu masalah ini, maka dari itu perwakilan dari restorannya lah yang kemari menemui Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomanceKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...