Kara bekerja seperti biasanya, ia merindukan kedua anak sambungnya namun dia juga masih belum berani jika kembali ke rumah. Kemarin, Melvin memberitahunya jika Javier mulai menanyakannya dia senang, tentu saja. Namun, dia juga tidak mau langsung menghampiri Javier. Dia ingin melihat dulu sejauh mana Javier membutuhkannya, apakah anak bungsunya itu benar-benar sudah tidak menyukainya lagi atau tidak.
Belakangan ini Kara sering mendapat komplenan dari pembeli barunya. Bukan seorang tapi beberapa orang, dia juga tidak tahu yang salah di sini siapa. Dirinya, atau wanita-wanita itu. Pasalnya dia selalu memberikan barang yang dipinta, namun mereka selalu tidak puas. Dia kesal, jelas. Tapi, dia tidak bisa apa-apa lagi selain menerima.
Seperti saat ini misalnya, ini sudah jam 2 siang dan dia masih melayani costumer menyebalkan.
"Kamu yang bener dong, barang reject-kan kayak gini kamu jual?!" Wanita dengan dress hitam pendek itu kembali mengomelinya.
"Itu bukan barang reject, Mbak. Tapi memang modelnya seperti itu," Kara menjawab dengan penuh kesabaran.
"Terus kamu pikir saya bohong? Kamu gak bisa lihat ini? Hah?!" Wanita itu kembali memarahi Kara.
"Apaan sih lo, ribut-ribut." Seru seorang wanita yang pernah melabrak Kara.
"Ini loh, Sin. Masa dia ngatain gue bohong. Liat ini dressnya, dress kayak gini dia jual! Yang bener aja dong!" Wanita itu memperlihatkan dress pendek dengan kerah sabrina berwarna merah menyala kepada Sintia. Dress itu memang tidak ada yang cacat, hanya sedikit noda yang jika dicuci akan hilang.
"Tapi itu memang bukan reject, Mbak. Itu dicuci juga hilang," kembali Kara menjawab dengan sabar.
"Ck, kamu gak tau yah. Kalau pembeli itu adalah Raja? Saya bisa lapor Bara kalau kamu gak becus kerjanya. Mentang-mentang kamu udah jadi istrinya kamu gak bisa gitu dong!" Mulai Sintia yang jelas saja memancing orang-orang untuk memperhatikan mereka. Apalagi sekarang mall sedang ramai-ramai, tokonya pun ramai. Jelas saja membuat orang-orang melihatnya.
"Maaf yah, Mbak. Kalau Mbak memang mau membelinya, saya masih ada stock yang terbaru. Mbak bisa dilihat dulu," Kara tak mengubris omongan Sintia dia lebih mempedulikan wanita yang dari tadi komplen padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomanceKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...