Bab 35

12.1K 493 35
                                    

"Adek? Ini Ayah. Kamu kenapa, sayang?"

"A-ayah? I-ini Ayah? Ayah udah pulang?"

"Ya,"

"Adek marah sama Ayah! Kembaliin hp nya ke Buna! Adek gak mau sama Ayah!"

"Loh kok gitu, Adek."

"Balikin hp nya ke Buna, Ayah. Sekarang!"

Bara menyerahkan ponselnya ke Kara yang langsung Kara ambil alih.

"Buna? Ini Buna kan bukan ayah?"

"Iya Adek, ini Buna."

Tangis yang tadi berhenti saat mendengar suara ayahnya, sekarang kembali bergema tatkala Kara yang mengambil alih lagi.

"Buna, hiks. Adek minta maaf Buna, Buna adek mau sama Buna, hiks. Maafin adek, Buna hiks. Adek kangen Buna, Buna pulang Buna."

Kara dilema, haruskah dia pulang sekarang? Atau nanti saja.

"Buna, yah. Buna mau kan pulang ke rumah? Adek mohon, hiks."

Yah jika si bungsu sudah memohon seperti ini, Kara mana berani menolak.

"Iya, Buna pulang."

"Beneran Buna, hiks. Buna nggak bohongin adek kan?"

"Nggak, sayang. Adek itu lagi di mana? Udah makan belum?"

"Depan sekolah, adek nunggu abang."

"Oke, makan dulu sama abang yah, makan malam nanti Buna masakin makanan kesukaan adek."

"Janji, Buna?"

"Iya, adek. Buna janji,"

"Makasuh Buna, adek sayang Buna. Maafin adek yah, Buna."

Dibalik teleponnya Kara tersenyum.

"Iya adek, Buna tutup teleponnya yah?"

Setelah itu telepon ditutup.

"Nes, gue balik yah."

"Lo yakin?"

"Iya, kasian anak gue. Gue juga mau kelarin masalah gue,"

Aqnes tidak bisa menolak, dia hanya menyetujui yang menurutnya terbaik untuk sahabatnya tersebut.

"Mas Bara, aku ganti dulu baju. Kamu tunggu di sini, yah."

Bara mengangguk, ia lantas masuk ke dalam rumah diikuti oleh Aqnes.

"Ra, lo kalau ada apa-apa langsung telepon gue, yah?"

"Iya, tenang aja."

Kara lantas mengambil dress biru di atas lutut yang digantungkan di samping pintu kamar, lalu memakainya.

"Tenang-tenang, gue gak mau yah tau masalah lo dari luar, bukan dari elo langsung."

Kara terkekeh mendengar gerutuan Aqnes. Ia kembali mengemasi barang-barang miliknya yang ada di sana.

"Thanks yah, udah nampung gue." Cengir Kara sambil menjinjing tas berukuran sedang yang berisi pakaiannya.

"Ah elo, kayak kesiapa aja." Dumel Aqnes yang kembali membuat Kara terkekeh.

Kara dan Aqnes kembali keluar menghampiri Bara yang sudah siap. Pria tampan itu berdiri di samping pintu mobilnya.

"Sudah sayang?"

Kara mengangguk.

"Awas yah Bara kalau gue denger lo nyakitin lahi Kara. Gue beneran obrak-abrik kantor lo!" Ancam Aqnes penuhnperingatan.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang