Bara sepertinya mulai sibuk, sehari hanya sekali mengabari membuat Kara semakin merindukan suaminya itu. Dan kelakuannya itu terhitung sudah lima hari lamanya. Ia kesal? Tentu saja, anak-anaknya juga mengeluhkan hal yang sama padanya. Memang si Bara-Bara itu harus dia kasih pelajaran?
Setelah menyelesaikan rutinitasnya, Kara menuju ranjangnya untuk tidur.
"Adek, lagi ada masalah sama Abang?" Tanya Kara pada Javier ketika anaknya itu akan tidur.
"Abang cerita apa sama Buna?" Javier malah balik bertanya.
Kara menggelengkan kepalanya, ia mengusap rambut Javier.
"Nggak, cuman Buna liat Adek sama Abang diem-dieman, kenapa, hm?"
Javier menghela napasnya ia lalu mendongak menatap wajah Kara yang masih memandangnya.
"Adek kesel sama, abang!"
"Bukannya abang udah minta maaf sama Adek?"
"Iya, tapi bukan soal itu."
"Terus?"
"Iya Adek kesel! Abang bilang kalau Buna mau nyusul ayah ke sana nanti Buna bawa adek baru. Adek nggak mau, Adek nggak mau punya adek baru, Buna. Buna nggak akan bawa adek baru kan? Adek nggak mau jadi kakak, kan udah ada Abang. Janji yah, Buna. Buna nggak akan bawa adek baru?"
Javier berujar sambil menatap Kara dengan pandangan memohon.
Kara sendiri? Ia hanya bisa terdiam, lalu ia tersenyum menutupi perasaannya yang campur aduk. Ia lalu meminta Javier untuk segera tidur, tak lupa ia terus mengusak rambut anak bungsunya itu.
Jujur saja, kalimat Javier menghantam perasaan terdalam Kara. Dia memang belum merencanakan ingin memiliki anak kapan, tapi hati terdalamnya ingin memiliki anak kandungnya sendiri. Hal yang wajar kan, jika dia ingin punya anak bersama Bara? Tapi, perkataan Javier tadi membuat dia sedih. Dia jadi memaklumi mengapa Melvin mendiami adiknya itu. Mungkin Melvin ingin Javier mengerti jika cepat atau lambat dia akan memiliki adik. Tapi, respon Javier justru sebaliknya, menolak kehadiran anggota baru di kehidupannya. Seharusnya ia berbicara dengan Bara secara langsung, namun mengingat Bara sedang berada jauh di sana ia hanya bisa menceritakannya lewat chat.
Abaikan jam
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomansaKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...