Sudah satu Minggu Melvin meninggalkan rumah, dan itu membuat rasa khawatir Kara semakin terasa. Tapi, suaminya itu malah biasa-biasa saja, sangat aneh.
"Mas," Kara mengusap dada telanjang Bara dengan sayang.
Mereka baru saja melakukan ritual suami-istri, Bara benar-benar seperti perjaka yang belum pernah merasakan surga dunia. Untungnya saja, Kara sekarang dapat mengimbangi stamina gila suaminya itu.
"Geli sayang," Bara menghentikan kegiatan Kara yang membuat pola abstrak di dada bidangnya.
Mendengar Bara berbicara seperti itu membuat Kara terkikik geli.
"Mas,"
"Hm."
"Mas tau nggak kalau Mbak Wina itu sodaraku."
Wajah kaget Bara membuat Kara terkikik lucu.
"Kalian sepupuan?"
Kara menggelengkan kepalanya.
"Aku sama mbak Wina se-ayah beda ibu."
Kembali wajah Bara kembali kaget.
"Diliat dari reaksi Mas Bara yang kayak gitu, itu berarti Mas nggak tahu?"
"Yeah, Mas nggak cari tahu. Mas cuman tahu kalau dia anak tunggal."
Kara mengangguk mengerti, lagi pula dirinya juga tidak mau harus mengakui dia saudaranya Wina. Tidak ada yang mengetahuinya, hanya Aqnes saja yang mengetahui perihal ini.
"Lalu soal Ayahmu?"
"Aku nggak mau bahas," jawab Kara yang langsung bersikap defensif.
Melihat sang istri yang enggan membahas mengenai ayahnya, Bara langsung paham.
"Mas balik ke LN lagi kapan?" Tanya Kara lagi setelah lama hening.
"Nggak sayang, Mas nggak akan ke sana lagi. Kerjaan Mas udah bisa ditinggal, paling nanti kalau urgent Mas bisa pulang-pergi aja." Jawabnya yang langsung saja mendapat senyum lebar dari Kara.
"Ah senangnya aku, suamiku bukan Bang Toyib lagi,"
Bara seketika tertawa mendengar kalimat sang istri. Ada-ada saja menurutnya.
"Udah yuk kita tidur lagi, udah jam 2." Ajak Bara lagi yang kembali mempererat pelukannya pada sang istri.
"Yah, padahal aku mau ngajakin Mas buat ronde kedua," goda Kara sambil tersenyum menggoda.
Mata sayu Bara seketika terbuka lebar, Bara terkekeh mendengar kalimat godaan sang istri.
"Kamu yakin sayang? Nanti kita kesiangan buat sarapan."
"Aku ... lagi mau, kangen juga udah lama gak main lama," Balasnya sambil menggoda Bara dengan jemari lentiknya yang kembali mengusap dada telanjang sang suami.
Senyum Bara berubah evil, membuat Kara sedikit was-was. Pria itu lalu menggulingkan Kara sehingga wanitanya kini berada di bawah kungkunganya. Dengan senyum seduktif Bara memandang Kara, yang mana membuat Kara merinding dibuatnya. Begitu Bara menunduk akan mencium sang istri, Kara seketika menghentikan aksi sang suami.
"Mas! Tunggu."
Alis Bara tertarik ke atas, "kenapa?"
"Abang kayaknya pulang, deh."
"Apa?"
"Iya, aku denger suara langkah kakinya itu yang naik tangga. Nggak mungkin adek kan?"
Bara kemudian mengikuti sang istri yang mencoba mendengarkan langkah kaki seseorang yang tengah berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomanceKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...