Setelah pertengkaran yang membuat rahasia selama belasan tahun itu tersimpan rapat, akhirnya terbongkar juga. Bara jelas lega, namun dia sedikit tidak enak memikirkan perasaan anak-anaknya terutama Melvin.
Melvin anak itu berada di basecamp band-nya, sedangkan Javier ada di dalam kamarnya.
"Mas, abang belum pulang. Aku khawatir sama dia,"
"Udah sayang, biarin aja Melvin nenangin dirinya dulu."
"Nggak apa-apa?" Kara mengembalikkan tubuhnya mengahadap Bara. Niatnya tadi dia akan pergi keluar mencari Melvin.
Bara menganggukkan kepalanya, menyuruh istrinya itu kembali duduk di sampingnya.
"Iya, tadi adek udah kasih tahu aku. Abang ada sama temen-temennya,"
"Tapi, abang udah makan belum yah, kalau kelaparan dia gimana?"
Bara terkekeh mendengarnya, perasaannya menghangat juga mendengar perasaan khawatir Kara untuk anaknya.
"Dia pasti makan kalau dia lapar, tapi kayaknya dia nggak akan makan."
Kara mau tak mau menyetujui ucapan sang suami.
"Adek kayaknya gak begitu kaget, Mas."
"Hm, aku tahu."
"Mas tahu soal adek yang sering di anak tiriin sama mbak Wina?"
Bara mengangguk, "itu juga salah satu alasanku menceraikan dia."
"Tapi ... abang sama adek bener-bener anak kamu kan, Mas?"
Bara tersenyum dia mengacak rambut sang istri, lalu menarik Kara untuk dipeluknya.
"Tentu aja, mereka berdua anak-anakku. Kamu ragu?"
"Sedikit, melihat tadi jawaban mas Bara seperti itu,"
"Tidak, mereka benar-benar anakku. Aku yang pertama kali, memerawani Wina dulu."
"Massss, ish!" Kara sebal ia lantas mencubit pinggang Bara membuat Bara terkekeh mendengarnya.
"Wina patah hati waktu itu karena mas Heru ajak mbak Bianca nikah. Mbak Bianca udah hamil. Jadi waktu aku aja dia nikah, dia setuju. Kami juga ngelakuin malam pertama normal kok. Tanpa mas paksa, dan jadilah Marvin." Terang Bara.
"Dan Javier juga sudah pasti anakku, kamu bisa melihatnya bukan kita seperti kembaran."
"Iya, tapi kenapa mbak Wina membenci Javier?"
Bara menghela napasnya, cukup berat baginya.
"Karena cinta Wina terbalaskan, selama ini mas Heru anggap Wina sebagai selingan mbak Bianca disaat mbak Bianca sibuk, waktu itu Wina benar-benar selingkuh dengan mas Heru ketika Marvin umur 3 tahun. Wina udah gak mau lagi punya anak, cukup Marvin aja. Javier hasil kecolongan. Dia lupa minum pil KB. Aku sama dia lagi hangover kita ngelakuin itu tanpa sadar, dan jadilah Javier."
"Dia marah, gak mau terima anaknya. Apalagi pas Javier lahir, semuanya mirip aku. Kamu bisa lihatkan? Segitu bencinya dia sama Javier karena adek mirip aku, karena itu juga jadi penghalang hubungan gila Wina. Karena dengan adanya bayi, dia tidak leluasa untuk keluar rumah."
Kara menganga syok, tidak bisa berkata-kata dengan penjelasan Bara. Begitu gilanya Wina dan Heru dibelakang pasangan masing-masing.
"Apa mbak Bianca tau?"
"Dia gak mau percaya,"
"Jadi yasudah mas biarkan,"
Kara tidak mengerti jalan pikiran Bianca-kakak iparnya itu. Mengapa bisa dia seperti itu, menutup mata demi kebahagiaan yang menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomansaKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...