Bab 42

10.7K 625 87
                                    

Suara Javier yang memanggil Kara ketika mendekati dapur, membuat Bara melepaskan tangannya di leher Wina dengan kasar. Wina jatuh sambil terbatuk-batuk, dia merasa lega karena Bara melepaskan cekikannya. Bara langsung pergi menemui Javier meninggalkan Wina yang masih kesusahan.

"Brengsek!" Umpat Wina mencoba untuk berdiri dengan perlahan.

Kara masih di tempatnya, ia menunggu Wina keluar dari dapur. Begitu Wina telah keluar, dia lalu muncul dari samping kulkas dan berpura-pura masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dapur. Ia jadi memiliki alasan jika tiba-tiba ada di sini tanpa ketahuan oleh suami dan anak-anaknya.

Selama membuat sarapan, pikiran Kara berkelana kepada kejadian tadi. Ia penasaran apa yang dikatakan Bara sehingga suaminya itu bisa berbuat hal yang membahayakan kepada wanita itu. Jika sekedar mengajak untuk rujuk, rasanya tidak mungkin sampai membuatnya marah. Apa ada hal lain?

Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat dirinya tidak sadar jika sarapan yang dibuatnya telah selesai. Dia memutuskan untuk membuat sandwich isi daging dan buah-buahan. Serta teh hijau dan juga jus untuk kedua anaknya, begitu telah siap dia membawanya ke luar dari dapur.

"Loh sayang kamu ada di dapur, kok aku gak  tahu?" Bara bertanya ketika melihat Kara yang datang dari membawa sarapan.

"Aku tadi abis dari toilet, jadi kamu pasti gak tau."

Meskipun Bara sedikit bingung, namun dia mengangguk juga pada akhirnya.

Semua anggota keluarga sudah ada di meja makan, hanya saja kurang Wina. Mereka memulai sarapan tanpa Wina, ah tapi sepertinya hanya Melvin yang menunggu.

"Ayo, Abang cepet di makan sarapannya,"

"Nanti, aku mau nunggu mami."

Javier mendengus mendengarnya, fyi Bara belum menyadari sepertinya jika kedua anaknya itu sedang bertengkar.

"Selamat pagi semua, wah Kara kamu yang bikin sarapan. Enak gak nih? Hati-hati yah, kamu kalau masak jangan terlalu asin, Bara gak suka."

Bara dan Kara sepertinya mempunyai dunianya sendiri, karena sedari tadi mereka mengobrol. Tidak mempedulikan Wina yang baru saja bergabung dengan mereka.

Wajah Wina masam melihat tidak ada komentar apapun dari kedua belah pihak. Melvin yang tahu jika sang mami terlihat kesal, seketika membuka suara.

"Ayah, mami tanya."

Bara menghela napasnya, lalu memandang Melvin.

"Makan, ayah gak mau kalian berdua terlambat." Ucapnya lalu kembali memakan sarapan di depannya.

Javier yang tumben sedari tadi diam, tidak cerewet seperti biasanya, seketika menyeringai. Dia senang sekali melihat ayahnya yang tidak mempedulikan sang mami.

"Abang, nanti siang jadi?"

Melvin mengangguk semangat.

"Mas," Wina memegang tangan Bara yang ada di atas meja. Yang langsung saja diangkat oleh Bara.

"Nggak usah pegang-pegang,"

"Ck, kenapa sih? Marah-marah terus,"

"Bukan mukhrim."

Wina mendengus mendengarnya.

"Melvin ngajak kita main, kamu mau kan, Mas? Kayak dulu, kita berempat."

"Sorry aku sibuk, kalian bertiga aja." Balas Bara sambil kembali memakan sarapannya.

"Yah, tapi Abang pengennya kita berempat. Ayolah, kali-kali kita kayak dulu."

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang