Bab 26

10.1K 453 22
                                    

Kara tiba di sekolah Melvin. Wanita itu masih berpakaian pakaian kerjanya. Dia tidak mengganti bajunya dulu dikarenakan tidak ada waktu. Dia saja kemari menggunakan gojek yang ada di depan mall.

Kara benar-benar tidak mempedulikan orang-orang di sekolah Melvin yang memandangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kara benar-benar tidak mempedulikan orang-orang di sekolah Melvin yang memandangnya. Fokusnya hanya satu yaitu anak sulungnya itu. Perasaannya begitu tidak karuan, dia memikirkan nasib Melvin. Apakah anaknya itu terluka? Jika terluka, seberapa parah lukanya itu? Memikirkan hal itu saja membuat dirinya kembali pusing.

Kara mengetuk pintu ruangan guru, dia merasa lega melihat Melvin yang tidak terluka sama sekali. Hanya cowok disebelah anaknya itu saja yang terluka, ugh dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya. Karena jelas sekali wajah anak yang ditonjoknya itu memar, dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah.

"Mbak siapa, yah?" Tanya seorang guru wanita yang menegur Kara.

"Saya Kara, walinya Melvin."

Wanita itu mengangguk lalu menyuruh Kara untuk duduk di hadapan guru pria yang di analisir sebagai kepala sekolah. Cukup muda, usianya jelas di atas Kara namun di bawah Bara-suaminya. Rupanya? Lumayan tampan, namun pria di depannya ini selalu menampilkan senyum ramah.

"Terima kasih sudah hadir, Mbak Kara. Boleh saya panggil begitu?"

Kara hanya tersenyum kaku, Melvin? Oh jangan ditanya anak pertama Bara itu terdiam dengan raut dingin.

"Saya memanggil Mbak Kara ke sini ingin memberitahu, jika Melvin melakukan pemukulan pada temannya."

"Dia duluan yang mulai!" Seru Melvin tidak terima, Kara yang berada di samping Melvin mengusap punggung tangan anaknya itu, berusaha untuk menenangkan.

"Gue ngomongin fakta yah, lo nya aja denial." Ucap Gio, cowok yang menjadi samsak Melvin.

Melvin yang masih marah kembali melayangkan tinjunya kepada Gio. Membuat anak itu jatuh tersungkur, Kara segera menenangkan Melvin.

"Lihat kan, Melvin ini berandalan. Anak saya dipukul terus, di sini jelas dia yang salah!" Sahut seorang ibu-ibu dengan dandanan menor yang diperkirakan wali Gio.

Kara jelas tidak terima karena Melvin seolah di sudutkan.

"Tolong yah dijaga ucapannya, Melvin bukan berandalan dan saya percaya pada Melvin. Dia tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas. Bisa jadi, anak Ibu di sini yang memulai duluan." Jawab Kara sambil memandang lurus Gio dan ibunya.

"Jadi, kamu nuduh anak saya duluan? Jangan sembarangan yah kamu kalau ngomong. Kamu nggak tahu suami saya siapa, hah?!" Wanita berwajah menor itu berdiri dan menunjuk-nunjuk Kara.

"Saya tidak peduli suami Anda siapa. Anda juga tidak berhak menuduh Melvin yang memulainya!" Kara tidak gentar. Ingat, dia saja berani dengan keluarga suaminya, apalah ini hanya dengan ibu-ibu menyebalkan di depannya.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang