Bab 29

10.6K 433 24
                                    

Kara sepertinya harus menerima tawaran Aqnes untuk tinggal sementara di rumah sahabatnya itu. Ia tidak tahu apakah Bara mencoba untuk menghubunginya lagi atau tidak, karena dia memblokir nomor suaminya tersebut.

Kara berjalan menuju kamar Melvin. Dia mengetuk pintu sulungnya itu, begitu mendengar suara dari Melvin ia lantas masuk ke dalam.

"Melvin, Mbak ganggu kamu nggak?"

Kara berdiri di belakang pintu, sedangkan Melvin tengah duduk di meja belajarnya.

"Kenapa, Mbak?"

Melvin menutup bukunya, dan membenarkan duduknya menyerong ke samping agar dapat melihat Kara.

"Mbak bingung mau bujuk Javier biar mau ngomong sama Mbak gimana,"

Melvin mengangguk, dia paham dengan kebingungan Kara. Karena Javier itu jika sudah seperti itu susah sekali dibujuknya, dia kadang sampai kewalahan. Sifatnya 11 12 dengan sang ayah, sangat menyebalkan.

"Mbak Kara kasih waktu Adek aja yah, dia emang kayak gitu anaknya. Kadang aku aja kewalahan kalau nyebelinnya kumat,"

Kara mengangguk-angguk saja.

"Emm, kalau misalnya Mbak pergi dari rumah ini, kamu gak keberatan kan?"

Degup jantung Melvin berdetak tidak karuan, perasaannya mendadak tidak enak. Ia jujur saja masih belum sepenuhnya menerima Kara sebagai ibu sambungnya, namun dia juga berterima kasih pada wanita itu karena mau mengurusnya tanpa mengeluh. Dia tahu tidak mudah menjadi ibu sambung dengan anak laki-laki seperti mereka. Apalagi saat kejadian Minggu lalu, ketika dirinya dibela begitu di depan kepala sekolahnya. Dia mulai menerima Kara sedikit demi sedikit untuk menjadi ibu sambungnya.

"Maksud Mbak Kara?"

Kara seketika memandang ke arah lain, ia menghela napasnya berat. "Mbak mau nenangin diri dulu, Javier masih benci Mbak. Mungkin kalau Mbak sementara keluar dari rumah ini, Javier setidaknya gak akan terlalu membenci, Mbak."

"Berapa lama?"

Bukan bertanya kemana? Tapi bertanya berapa lama? Karena Melvin sepertinya berpikir jika Kara akan tinggal di rumah orangtuanya lagi.

"Hmm Mbak kurang tau,"

"Apa Mbak udah kasih tau ayah?"

Kara diam enggan membahasnya, karena dia berpikir jika masalahnya dengan Bara tidak boleh anak-anaknya itu tahu.

"Udah, dan ayah mengizinkan." Balas Kara pada akhirnya, meskipun itu bohong.

"Oke kalau gitu, aku nggak apa-apa."

Kali ini Kara kembali memandang Melvin

"Makasih Melvin udah ngertiin, Mbak."

"No need,"

"Kapan rencanya Mbak mau pindah?"

"Besok, setelah pulang kerja,"

Melvin menganggukan kepalanya.

"Melvin, kalau ada apa-apa cerita sama Mbak yah, walaupun Mbak bukan ibu kandung kamu. Tapi, Mbak mau kok denger cerita kamu, jangan sungkan yah."

Melvin diam, tak lama mengangguk.

"Cerita apapun itu?"

Kara mengangguk "apapun itu,"

"Termasuk soal Mbak Kara hamil?"

Kara seketika terdiam, ia menatap Melvin lurus. Sebelum menjawab Kara menutup pintu kamar Melvin dan meminta izin untuk duduk di sofa yang ada di sana.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang