Bara masuk ke dalam rumah dengan wajah yang berbinar, kedua anaknya belum tidur karena besok weekend. Jadi dia melonggarkan jam malam kedua anaknya.
"Boys, ini buat kalian."
Bara menghampiri anaknya sambil memberikan paper bag berisi makanan junk food. Tidak seperti biasanya, batin Javier dan Melvin.
"Ayah nggak apa-apa kan?" Javier bertanya penasaran, takut ayahnya itu kerasukan, karena menurutnya sang ayah sangat aneh. Apalagi dia baru saja menonton film horor bareng sang kakak.
Bara terkekeh melihat wajah Javier yang menatapnya khawatir.
"Ayah nggak apa-apa, Adek."
"Lagian Ayah aneh, datang-datang senyum mulu kayak kerasukan."
"Jangan-jangan Ayah kerasukan!" Jerit Javier heboh yang langsung menjauhkan tubuhnya dari Bara.
"Ck, sembarangan kalian kalau ngomong."
Bara duduk di dekat Melvin, namun anak sulungnya itu malah pindah dan duduk bersama Javier. Membuat Bara kembali berdecak.
"Kita nggak mau ambil resiko, Ayah. Kalau Ayah bener-bener kerasukan gimana? Terus nyelakain kita?"
Lagi Javier menjawab dengan opininya. Ingat dia baru selesai menonton film Insidious.
"Kamu ini benar-benar, yah. Mana mungkin Ayah celakain kalian, kalian anak ayah!"
Melvin mengangkat bahunya cuek, ia malah mulai membongkar makanan yang dibawa sang ayah. Sedangkan Javier masih memandangi ayahnya dengan pandangan menyelidik.
"Yaudah lah terserah Adek aja."
Bara mengalah, dia malas berdebat dengan putra bungsunya itu.
"Besok kita ke rumah, Kara."
Melvin yang tengah memakan burger menatap ayahnya bingung.
"Mau ngapain? Minggu lalu, bukannya aku sama Adek udah main ke sana?"
"Ayah mau lamar, Kara."
Melvin seketika tersedak, ia batuk-batuk dengan burger yang dimakannya. Javier menyodorkan air putih di depannya, dan langsung diminum olehnya.
"Pelan-pelan makannya, kamu kayak gak pernah makan aja!" Tegur Bara sambil menggelengkan kepalanya heran.
"Siapa yang bikin aku kaget? Ayah kan?!" Melvin malah menyerang ayahnya balik.
"Ayah beneran?"
Mata Bara kini berfokus pada Javier setelah dirinya sedari tadi fokus ke Melvin.
"Iya, tadi Ayah udah lamar dia secara pribadi."
Kembali kedua anaknya dibuat terkejut oleh perkataan ayahnya, namun kali ini Melvin tidak tersedak dia sudah tidak berselera makannya.
"Kenapa Ayah nggak bicarain ini sama kita?"
"Karena Ayah yakin kalian pasti setuju,"
Melvin tersenyum miring mendengarnya.
"Bagaimana kalau aku nggak setuju?"
Javier langsung menatap abangnya, Bara pun sama memandang anak pertamanya itu dengan pandangan meminta penjelasan.
"Abang ..."
Melvin menghela napasnya berat.
"Setidaknya, Ayah izin dulu sama kita, kalau Ayah masih anggap aku dan Javier anak Ayah."
Setelah mengatakan hal itu, Melvin beranjak dari duduknya menuju kamar, meninggalkan Bara dan Javier yang masih berada di ruang keluarga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomanceKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...