Bab 5

12K 531 12
                                    

Sudah hampir satu mingggu, sejak pesan terakhir yang Bara kirimkan dan Kara tak membalasnya, tidak ada lagi pesan dari Bara. Kara mulai menikmati harinya sebagai seorang single, dia bahkan sekarang selalu menerima ajakan dari Remon. Entah itu menonton, pulang bareng atau pun hang out ketika mereka telah selesai bekerja. Karena Kara merasa jika Bara benar-benar telah melepaskannya, perasaannya memang sedih tapi dia yakin seiring berjalannya waktu dia tidak akan merasakan hal seperti ini lagi. Toh dia tidak mau memaksakan pria yang tidak memperjuangkannya, untuk apa dirinya harus repot-repot mengemis cinta dari duda satu itu, ck.

Kara melihat Nio yang berjalan ke arahnya dengan Javier teman sekolahnya. Nio adalah anak tetangga di rumahnya yang sering mengikuti les yang dirinya ajar. Dan Nio salah satu muridnya yang humble, ceria juga cerdas. Dia bingung dengan kedua bocah itu yang mendatanginya.

"Selamat siang Mbak, Kara." Sapa Nio dengan senyum lebarnya. Sedangkan Javier hanya tersenyum simpul.

"Selamat siang juga, Nio."

"Hi, Javier."

Niara membalas kedua bocah abege itu dengan senyuman.

"Kalian berdua ngapain ke sini?"

"Oh itu, mbak. Aku mau nanya, mbak mau ngajar les lagi kapan yah?"

"Duh, mbak belum tahu nih, lusa mungkin. Kamu mau les lagi, kah?"

Nio menggeleng namun dia malah menunjuk Javier dengan dagunya.

"Javier mbak, Minggu depan kita  ulangan semester. Nilainya dari kemarin turun mulu,"

Javier diam saja tidak ikut menanggapi, padahal yang di obrolkan dirinya. Namun, dirinya merasa bingung dan malu harus berbicara apa. Jelas saja, karena selama ini dirinya dan sang kakak menganggap wanita di depannya ini adalah perusak kebahagiaannya.

"Oh begitu, memangnya pelajaran apa yang Javier kurang kuasai?"

Ditanya seperti itu oleh Kara membuat dirinya gelagapan. "Ah, anu i-itu mbak Fisika." Jawabnya sambil memandang Kara.

"Ah mbak ngerti, yaudah kalau gitu lusa ya. Soalnya Minggu depan mbak mau cuti."

"Cuti?"

Kara menganggukan kepalanya.

"Berapa lama?" Itu bukan Nio yang bertanya lagi melainkan Javier dan sedikit membuat Kara kaget.

"Ah semingguan paling,"

"Kok tumben mbak Kara mau cuti, kan sekarang bukan lebaran, apalagi tahun baru?" Tanya Nio bingung karena setahunya jika kedua abangnya cuti, itu pasti mereka sedang libur lebaran atau tahun baru. Maka dari Nio bingung mengapa Kara cuti dari pekerjaannya.

"Mau refreshing, mbak. Kamu mau ikut?" Ajak Kara menggoda.

"Memangnya mbak mau liburan kemana?"

"Ada deh, hehe."

Nio malah mendengus sambil tersenyum juga, sedangkan Javier sedari tadi hanya menyimak dan berpikir.

"Kalian mau makan siang bareng mbak lagi, nggak?"

"Boleh,"

"Kamu gimana, Javier?"

Anak bungsu dari Bara itu mengangguk sambil tersenyum, menampilkan dimple sebelah kiri, yang terlihat semakin tampan saja. Dan kembali membuat Kara seakan teringat pada seseorang yang memiliki dimple disebelah kiri.

"Oke, tunggu sebentar yah. Mbak mau ke dalem dulu."

Dua abege itu mengangguk.

"Ayok," Kara lalu menggiring dua remaja itu ke lantai bawah.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang