Hari ini hari yang di nantikan oleh Javier. Remaja tanggung itu begitu bersemangat sekali, sampai dia susah tidur. Untung saja ayahnya baru kembali malam nanti dari dinas, dia bisa puas diluar seharian. Toh dia juga sudah izin pada abangnya-Melvin.
"Lo udah izin sama bang Melvin?"
Javier mengangguk, mereka turun dari grab dan sampai di depan rumah Nio.
Rumah Nio tidak kecil namun tidak sebesar rumahnya, tapi membuat Javier selalu betah jika dia berkunjung kemari.
Ketika mereka berdua masuk, mama Nio menyapanya. Dan menyuruh mereka makan dahulu, mama Nio juga tahu jika mereka akan les di sini. Javier yang awalnya menolak namun tidak kuasa juga menerima, di depan meja makan sana ada ikan goreng, ayam goreng, kangkung dan juga tahu tempe. Rasanya sudah lama sekali dirinya tidak makan masakan rumah seperti ini. Asisten rumah tangganya jarang memasakan makanan rumahan, karena mereka yang jarang makan di rumah. Sarapan saja terkadang sereal atau roti, untuk makan siang mereka jarang makan di rumah, malam hari pun biasanya mereka selalu dibawakan oleh ayahnya dan itu bukan makanan rumahan seperti ini.
Javier mengambil ayam goreng saja, dia jarang makan tahu dan juga tempe, ingin sekali dia makan ikan goreng namun dia tidak bisa memakannya. Takut jika duri dalam ikannya tertelan, karena dulu dia pernah merasakannya.
"Kok makannya cuman ayam aja, Vier. Masakan Tante gak enak yah?"
Javier menggeleng "Makanan Tante enak kok, cuman Javier emang masih kenyang aja,"
"Ah Tante kira, kamu gak suka makanannya. Yaudah kalau gitu lanjutin aja yah, Tante mau ke belakang."
Javier mengangguk, kemudian mereka makan kembali.
"Rumah Mbak Kara jauh dari rumah lo, Nio?"
"Nggak kok, beda dua blok aja sih dari rumah gue."
Javier kembali mengangguk.
Tak lama kemudian terdengar suara bel pintu rumahnya berbunyi.
"Itu pasti mbak Kara," ujar Nio yang segera menyelesaikan makanannya.
Berhubung Javier sudah selesai dengan makannya, dia berinisiatif untuk dia saja yang membukakan pintunya. Nio tidak berpikir aneh-aneh dia memilih melanjutkan makannya.
"Hi Javier," sapa Kara melihat teman Nio yang membukakan pintu untuknya.
"Halo, Mbak."
"Kamu udah makan siang?" Pertanyaan ringan Kara membuat Javier berhenti melangkahkan kakinya.
Lagi, orang asing yang baru dikenalnya justru lebih peduli padanya. Sebenarnya pertanyaan seperti ini normal, namun menurut Javier tentu lah berbeda. Karena tak jarang ada yang menanyai dirinya makan selain kakak dan juga ayahnya. Sedangkan ibunya? Dia juga tidak tahu sekarang ibunya ada di mana.
"Ah iya, aku baru selesai."
"Bagus kalau begitu, mbak bawa panna cotta sama lemon blueberry cheesecake, nanti kamu bawa ke rumah yah, Javier."
"Eh,"
Javier bingung mengapa kekasih ayahnya itu repot-repot membuatkan makanan untuk mereka? Apakah dia tahu jika dirirnya anak dari kekasihnya? Pikir Javier.
"Iya, kamu mau nggak? Soalnya di rumah gak ada yang makan, ibu mbak gak suka makan yang manis-manis. Mbak juga buat kelebihan sih tadi, ini juga mbak mau kasih ke Nio. Nio suka banget soalnya sama panna cotta, nah mbak suka sama lemon blueberry cheesecake, jadi aja mbak buat. Udah lama juga sih, mbak gak buat makanan manis gini. Soalnya bingung juga kalau mbak buat gak ada yang makan selain mbak sendiri." Jelas Kara panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?
RomansaKara tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan seorang duda beranak 2. Sejauh apapun dirinya berusaha untuk menghapus rasa cinta itu, tetap saja sulit. Mengingat kekasih hatinya yang selalu meluluhkannya--- Bara Wicaksono Kara mengira jika kedu...