Bab 43

10.4K 610 70
                                    

Wajah Wina tidak bisa dikatakan baik, dia syok.

"Bara! Kamu keterlaluan! Mengapa kamu memfitnahku seperti itu. Aku sudah katakan padamu, kalau semua itu fitnah. Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Mas Heru!"

Keadaan semakin memanas, dan tentunya tegang. Ketiga orang yang tidak terlibat dalam pembicaraan Bara dan Wina hanya bisa diam sambil mencerna.

Bara membalasnya dengan tersenyum sinis.

"Begitu yah, aku salah paham padamu berarti?"

Wina mengangguk cepat. "Iya, kamu salah paham padaku selama ini!"

Melvin di tempatnya masih terdiam kaku,m, dia berharap itu hanya fitnah bukan benar adanya. Dia jelas menolak tuduhan ayahnya yang dilayangkan pada sang ibu. Ibunya tidak mungkin melakukan hal menjijikan seperti itu.

"Kalau begitu, kamu bisa jelaskan alasan kamu yang selalu meminta liburan bersama  dengan mbak Bianca dan mas Heru? Mengapa kamu ingin sekali liburan dengan mereka?"

"Ya-iya itukan biar aku lebih dekat---"

"Dan selalu masuk kamar hotel di pagi buta?"

Bara langsung memotongnya.

"I-itu karena aku suntuk, Bar. Ka-kamu tau sendiri kan aku selalu insomnia." Kilah Wina berharap mantan suami dan anaknya itu percaya.

"Oh kamu suntuk di dalam kamar sama aku? Yang notabene suami kamu sendiri? Jadi kamu milih pergi keluar cari udara segar sendirian? Daripada bangunin suamimu, iya?"

"Bu-bukan seperti itu, Bar." Wina semakin terpojok dengan kata-kara Bara.

"Lalu seperti apa? Aku gak perlu infoin juga kan, tiap kamu masuk kamar bau bekas bercintamu itu---"

"Stop! Bara! Tolong kamu jangan terus memfitnahku!" Seru Wina yang tidak terima kembali dituduh oleh sang mantan suami.

Melvin menutup kedua matanya, sungguh dia masih bingung harus percaya pada siapa. Apakah yang berbohong ibunya? Atau ayahnya? Tapi, selama ini ayahnya tidak pernah membohonginya, salah satunya mengenai Kara. Karena dulu ayahnya langsung mengatakan pada mereka jika ayahnya berpacaran dengan seorang SPG yang umurnya dibawah mami mereka. Apakah kali ini, perkataan ayahnya kembali terbukti benar?

"Kalau begitu kamu mengaku saja, anak-anak sudah besar. Mereka juga akan mengerti,"

"Mengaku apa! Aku tidak melakukan apa-apa! Kamu dengar kan, di pengadilan saja waktu itu alasan kita bercerai karena sibuk. Bukan aku yang berselingkuh!"

Bara menghela napasnya kasar, sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku yang menutupinya, Win. Bukti perselingkuhanmu sudah aku berikan pada hakim, dan yeah terbukti proses perceraian kita cepat, tidak membutuhkan waktu yang lama." Balas Bara lagi dengan senyum congkak.

Wina menggeleng tidak percaya, mantan suaminya itu benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata. 

"Kamu masih ingin mengelak lagi?"

Bara berujar sambil merogoh ponselnya, lalu mengutak-atik sebentar. Setelah itu ponselnya ia simpan di atas meja, sengaja untuk dilihat oleh mereka semua, termasuk anak-anaknya. Seharusnya dia tidak melakukan hal ini, tapi apa boleh buat. Anak-anaknya harus tahu ibunya seperti apa, alasan dia tidak mau kembali dengan Wina itu mengapa. Lagi pula, anak-anaknya sekarang sudah besar. Dia juga ingin mengajarkan pada anak-anaknya, jika pengkhianatan dalam pernikahan tidak dibenarkan. Ia juga ingin anak-anaknya mengambil pelajaran dari masalah orangtuanya. Karena bukan pria saja yang bisa berselingkuh dalam sebuah pernikahan, tapi wanita pun bisa.

Di dalam layar ponsel itu, menampilkan Wina dan Heru yang tengah berciuman di tepi pantai. Sangat romantis memang jika dilihat dari orang awam yang melihatnya. Tapi berbeda dengan Bara dan anak-anaknya yang melihat itu, mereka jijik.

Wajah Wina pucat melihat itu semua, tidak percaya Bara mendapatkan buktinya.

"I-itu pasti editan, i-iya itu pasti editan. Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu! Apalagi dengan suami kakak iparku sendiri!"

"Ayolah, Win. Apa kamu tidak capek sedari tadi mengelak terus?!"

"Karena aku memang tidak melakukannya!"

"Haruskah aku mengeluarkan vidio kalian bercinta di sini?!"

Bara menarik ponselnya dari meja, lalu menatap Wina dingin. Benar-benar dingin.

Melvin tidak bisa ber-ekspresi apalagi. Tubuhnya lemas mendapati fakta yang menggilakan di depan matanya.

"Mas!" Kara ikut bangkit dan segera menegur suaminya itu. Tidak menyukai tindakan Bara yang akan membongkar hal menjijikan lagi di depan mereka. Masalahnya itu ada anak-anak meskipun mereka sudah cukup dewasa, tapi Bara harus ingat jika ada Javier ditengah mereka. Lagi pula, mana mau mereka melihat adegan tidak senonoh di depan meja makan. Yang benar saja!

Tanpa berkata-kata, Melvin pergi meninggalkan mereka semua. Bukan ke atas kamar melainkan keluar dari rumah.

"A-abang!" Panggil Wina yang akan mengejar anak kesayangannya itu.

"Stop! Berhenti di sana, jangan kejar Melvin!"

Javier yang sedari tadi diam, mencerna semua yang ada di depannya itu tidak bisa berkata-kata. Perasaannya pun entahlah dia tidak bisa merasakannya, selain perasaan bingung dan tidak mengenakan. Kecewa? Dia sudah lama kecewa pada maminya, jadi rasa kecewa itu dia tidak merasakannya lagi. Mungkin berbeda dengan abangnya yang dia pikir pasti terguncang perasaannya. Secara abangnya itu begitu memuja sang mami, jadi rasanya rasa kecewanya melebihi dirinya.

"Kamu keterlaluan Bara! Mengapa kamu seperti ini?!"

Alis Bara tertarik ke atas mendengar kalimat Wina yang sangat aneh ditelingnya.

"Aku keterlaluan? Kalau aku keterlaluan, aku sudah membongkar perselingkuhanmu dari dulu! Dari semenjak kita menikah! Kamu pikir aku bodoh? Tidak tahu apa-apa? Ck jangan bercanda, aku hanya membiarkanmu untuk sadar jika kelakuanmu itu buruk. Tapi nyatanya apa? Kau tidak berhenti, dan terus melakukanya!"

Kara menggelengkan kepalanya tidak percaya, rupanya mbak se-ayahnya itu sudah gila. Benar-benar tidak waras.

Wina menggeleng-gelengkan kepalanya, kembali dibuat kaget oleh perkataan Bara.

"Itu semua karenamu! Bara! Aku melakukannya itu semua karena kamu yang tidak mencintaiku!"

Bara malah terkekeh mendengarnya. "Astaga, Win, Win. Bukan aku yang tidak mencintaimu, tapi kamu! Sedari awal kamu menikah denganku memang bukan karena cinta kan? Aku tahu kamu! Kamu mencintai mas Heru dari dulu! Aku pikir dengan menikahimu aku menyelamatkan hubungan mbak Bianca dan mas Heru, ck ternyata tidak. Astaga, seharusnya aku tidak menyetujui pernikahan ini. Tapi, tidak apa, aku tidak menyesal menikah denganmu."

Kali ini wajah Kara yang merengut, jelas dia cemburu.

"Karena aku bisa memiliki Melvin dan Javier. Jika aku tidak menikah denganmu, aku tidak akan memiliki anak-anakku." Ucapnya lagi sambil tersenyum pada anak bungsunya, juga Kara.

"Jadi stop, menghasut Melvin untuk membuat kita kembali bersama. Aku tidak akan melakukannya,"

🇵🇸
🇵🇸
🇵🇸

Tbc

Yuhuuuu bab ini rada pendek nih, gpp yaaa xixixi. Idenya belum nyampe banyak ini 😔 tapi gpp yaa yang penting udah jelas semuanya. Wkwkwk eh satu lagi deng, soal Javier belum aku bongkar. Wait next chapter yaaa.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang