Bagian 25

595 73 11
                                    

Dokter sekaligus temannya itu menghela napas menatap Jiyoung “Hypoplasia, maafkan kami terlambat mengetahuinya” ucap Jiah sang dokter

Jiyoung menunduk menatap hasil pemeriksaan putrinya, tangannya meremas kuat, dada nya sesak sulit bernapas. Kepalanya tiba-tiba tersa pening, Rose sudah bebas dari sakit jantung nya, tapi saat ini kenapa Rose harus Kembali berjuang untuk mempertahankan Paru-parunya.

“saya awalnya tidak yakin dengan diagnosis ini, saya tidak yakin anak mu terlahir dengan kondisi penyakit jantung bawaan”

“tapi anak ku baru saja melakukan operasi Jantung, lalu apa ini?” sulutnya

“jantung nya sudah tidak bermasalah, tapi paru-parunya Ji, tidak ada yang tau semuanya akan seperti ini, kami minta maaf” ucap Jiah pada Jiyoung

______

Kini Rosie Tengah berbaring dengan terpasang alat medis pada tubuh nya, Lisa hanya dia memperhatikan, hatinya sangat berdenyut sakit melihat semua itu, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan, walaupun menyakitkan, setidaknnya alat-alat itu bisa membantu mempertahankan Saudara kembarnya itu.

Jiyoung dengan gontai berjalan keluar Ruangan Dokter, mendapati Jennie dan Jisoo di sana sedang menunggunya, menunggu hasil apa yang dokter katakan.

“Maaf kan Mami.. maaf Mami gagal menjadi sosok Ibu untuk kalian” Jiyoung menangis dalam pelukan ke dua anaknya.

“ini bukan salah Mami, Mami bukan Ibu yang gagal, Mami adalah Mami yang terbaik, untuk kami” Jisoo mencoba menenangkan sang Mami, meski hatinya juga sama hancurnya.

__________

Setelah terbaring di ruang khusus selama tiga  hari, Rosie akhirnya di pindahkan ke ruang rawat biasa, fisik Rosie memang kuat, dia bangun bangun lebih cepat dari perkiraan para dokter, bakhan kini Rosie sudah merespon candaan dari saudara-saudaranya.

“Kek nya gue bakalan gila kalo lo nggak bangun-bangun sih” ucap Jennie seraya membenarkan selimut yang menutupi bagian tubuh Rosie.

Kabel-kabel elektroda masih terpasang pada tubuh Rosie bagian dadanya, pun dengan masker oksigen yang membantunya bernapas.

Rosie tersenyum tipis mendengar ucapan Jennie, ada perasaan sesal pada dirinya, Rosie merasa payah, dalam keadaan seperti ini pun dia masih bisa memberikan luka untuk orang lain, penyakitnya benar-benar merepotkan banyak pihak.

“Bener tuh, Jennie bakal jadi kucing Jinak kalo Kamu nggak bangun-bangun, diem aja tuh” ujar Jisoo yang di hadiahi tatapan tajam dari Jennie.

Jennie memang hampir saja berniat mengakhiri hidupnya saat mendengar kondisi Rosie yang mendadak, dan menurun drastis. Jennie tidak fokus saat mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah mengambil beberapa keperluan saat penanganan Rosie, dia tidak fokus di jalan dan hampir menabrak truk bermuatan besi.

Jisoo juga sama, walaupun terlihat agak santai di banding Jennie, tidak dapat di pungkiri bahwa anak itu juga sama hancurnya. Pikiran buruk memenuhi isi kepalanya, saat ia melihat Rosie tak sadarkan diri di pelukan Jennie kala di kamar mandi waktu itu, trauma nya tentang meninggalnya sang Papi membuat nya kalut saat melihat Rosie saat itu.

Lalu bagaimana dengan perasaan lisa sekarang?

.
.

“Eon.. Haus..” suara pelan Rosie

Jennie mengangguk, dengan sigap Lisa berlalu untuk mengambil air dengan sedotannya dan menyerahkan pada Jennie, Jisoo membantu Rosie untuk mengubah posisi baringnya menjadi setengah duduk.

Dengan perlahan Jisoo melepas masker Okseigen yang di kenakan Rosie, lalu Jennie mulai memberikan Minum. Setelah di rasa cukup, Jisoo Kembali memasangkan alat bantu napas itu, Lisa pun Kembali mengambil gelas dari Jennie dan meletakannya di meja.

RELUNG ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang