.
.
.
.
.
Jadwal hari ini sebenarnya Jisoo sekitar jam 10 pagi, tapi karena harus mengantar Rosie ke kantor, alhasil sekalian saja Jisoo berangkat, karena malas jika harus bolak-balik.Walaupun nyatanya, Jisoo tidak langsung menuju ke tempat kerja nya, Disinilah Jisoo berada sekarang, tempat yang sering kali menjadi ketakutan banyak orang, termasuk dirinya sendiri.
Walaupun pada pagi hari seperti ini suasananya sangat menenangkan, sejuk juga karena banyak pohon disana, tapi tetap saja perasaan tak nyaman dirasakan oleh Jisoo.
Kini Jisoo telah berdiri tepat di depan pusara Lisa, adiknya yang tiap hari selalu ia rindukan kehadirannya.
Rumah baru Lisa tampak rapi dan bersih, hijau dan terawat. Bunga yang dibawa Jisoo semakin mempercantiknya.
"Li, Unnie kesini lagi.."
Mata Jisoo tiba-tiba terasa panas, dia jadi agak sensitif akhir-akhir ini. Entah karena kerinduan akan saudaranya, atau karena dia memang belum terbiasa menjalani kehidupannya selama ini.
"Li, kembaranmu udah banyak perkembangan sekarang. Dia sudah bekerja seperti biasanya” Jisoo menarik napasnya sejenak,
"Rosie udah lebih baik dari sebelumnya. Semua ini berkat kamu, Lisa."
"Li, kenapa rasanya masih sakit, ya? Padahal udah hampir setahun lamanya, tapi Unnie masih aja ngerasa sesak tiap kali liat Rosie. Tiap kali Unnie inget kalau ada paru-paru kamu di dalam tubuhnya," ucap Jisoo dengan tangan yang sibuk menghapus jejak air mata.
"Unnie pengen berhenti nyalahin takdir, Li. Tapi, rasanya terlalu menyakitkan buat Unnie. Unnie gak tau kalo hidup tanpa kamu ternyata seberat ini. mungkin karena kita sudah bersama sejak kecil ya Li?” Lanjutnya.
Rintik hujan mulai berjatuhan, Jisoo tetap tak bergerak dari posisinya. Dia masih ingin berlama-lama dengan adiknya, walaupun nantinya harus berujung deman sekalipun. Jisoo tak peduli, ada banyak hal yang ingin dia ceritakan pada Lisa, banyak sekali.
Jisoo ingin bercerita, dia merasa tetesan air hujan tak lagi mengenai kepalanya, Jisoo menengok keatas dan melihat ada payung disana.
"Kalo mau nyamperin Lisa itu kasih tau kek, kan gue pengen ikut juga," ucap si pemegang payung itu yang ternyata adalah Joy.
Hanya senyuman yang menjadi respon Jisoo
Tanpa mengatakan apapun lagi, Joy kemudian merangkul pundak temannya itu.
Mereka sama-sama menatap pusara milik Lisa dibawah hujan pagi hari itu, sama-sama membagi banyak kisah menarik yang pernah terjadi dalam hidup mereka.
Walaupun hanya mereka berdua saja yang bisa mendengar dan saling menyahuti, lisa tentu saja tidak dapat memberi tanggapan.
Tapi, mereka yakin jauh diatas sana, Lisa mendengar semuanya.
"Ayo kita balik ke kenyataan hidup, Ji. Terpuruk terus kek gini gak bakal bikin Lisa senang"
Jisoo hanya menatap lawan bicara nya, tanpa sepatah kata ia lalu meninggalkan tempat itu.
beberapa lama setelah nya sorang wanita parubaya menghampiri tempat di mana Jisoo dan Joy sebelumnya, yaitu pusara bertuliskan nama lengkap Lisa disana.
Ia taburkan bunga di atas tanah gundukan itu dengan tatapan yang datar tanpa ekspresi.
“Eomma, kenapa kita harus kesini? Siapa yang ada didalam sini?” tanya seorang anak kecil berusia 5 tahun
Wanita parubaya itu tersenyum sambil berkata “orang yang ada di dalam sini adalah segalanya bagi eomma”
“Segalanya? Ahh.. Eomma pernah bilang, keluarga adalah segalanya bagi Eomma, jadi apakah ini Unnie? Atau Appa?”

KAMU SEDANG MEMBACA
RELUNG ☑️
Разное-Blackpink- Sebuah keluarga yang terpaksa pisah karena terhalang restu, penderitaan dan kerinduan terus menyiksa satu sama lain, 4 saudara akhir nya bertemu setelah berpuluh puluh tahun lama nya. Akan kah mereka menemukan kebahagiaan itu? Atau masal...