bagian 6

844 94 0
                                    

Happy reading..

Vote dulu sebelum membaca.. ❤



“model gaun utama ku tidak bisa hadir Mi, bagaimana ini?” adunya “Rosie juga katanya lembur hari ini, dia agak terlambat datang, tidak mungkin jika Rosie” karena biasanya saat seperti ini Rosie lah yang jadi model cadangan Jennie.

Jiyoung berfikir sejenak “mami ada ide.!” Jiyoung langsung meminta tolong kepada orang yang mengantarnya tadi “tolong panggilkan sooyaa yah segera”

“baik Nyonya” jawab nya dan segera memanggil Jisoo

“sooyaa di panggil Nyonya tuh” ucap kepala pelayan mengagetkan Jisoo yang Tengah mencuci tangannya di wastafel toilet

“k-ko bisa ada apa?”

“saya juga tidak tau pasti sooyaa, seperti nya ada sesuatu yang penting” jawab kepala pelayan

“a-apakah saya akan dapat masalah kepala?”

“hahha kau takut?” goda nya “tenanglah, Nyonya Jiyoung sangat lembut dan baik hati” wajahnya berpaling “berbeda dengan anak sulungnya” terkekeh kecil

“anak sulung nya kenapa kepala?”

“aku hampir saja kehilangan pekerjaan ku saat itu” seolah mengingat kejadian masalalu “ah sudahlah cepat datangi Nyonya Jiyoung, dia ada di ruangan Nona Jennie, semoga beruntung” ucapnya di akhir kata menepuk Pundak Jisoo seolah memberi semangat.

Jisoo saat ini sangat kalut, gugup dan takut memikirkan ucapan kepala pelayan tadi, membuatnya khawatir jika itu juga terjadi padanya. Sampai kini dia tepat berada di pintu masuk ruangan Jennie.

"Kalo gue di pecat nyari kerja dimana lagi" Gerutu nya. Lalu menghela napas kasar.

Tok…tok..

“permisi” ucapnya lalu membuka pintu perlahan

“Sooyaa, kemarilah nak” ucap Jiyoung antusias, tidak tau kenapa dia seperti merasakan hal yang berbeda di sini.

Jelas, bisa saja itu memang ikatan batin seorang ibu pada anak nya, jikapun mereka terpisah selama berpuluh-puluh tahun, ikatan itu akan tetap ada dan di rasakan, namun kesadaran lah yang kadang menghapuskan semuanya.

“Nyonya memanggilku?”

“iyah.. duduklah” jiyoung mengarahkan Jisoo untuk duduk di sampingnya di sofa

“ah tidak papa Nyonya terimakasih, saya berdiri saja”

“baiklah..” Jiyoung mengerti mungkin karena tidak enak pikirnya

Pandangan Jisoo beralih pada wanita yang Tengah duduk di kursi kebesarannya, saling pandang.

“apa dia yang mami maksud tadi?” tanya Jennie mendekat ke arah sofa tempat mami nya duduk itu.

Tadi mereka sempat membicarakan untuk model dadakan yang akan mengenakan gaun utama malam ini, dan Jiyoung menawarkan pelayan yang menabraknya tadi untuk menjadi model sementara, karena visual pelayan itu sangat sempurna di mata Jiyoung.

Sementara Jisoo hanya diam mematung, tubuhnya bergetar, bibirnya terasa kelu dan tidak tau harus bersikap seperti apa dengan dua orang yang di hadapannya ini.

Di awal memang dia sudah mengetahui kedua ibu anak ini, dan dia mencoba untuk menahan getaran di hati nya.

tapi ya gimana, sudah berpuluh-puluh tahun tidak bertemu, sebesar apa kerinduan itu jika berwujud. dia saat ini mati-matian mencoba berdamai dengan ke adaan.

Dia saat ini ke seoul pun hanya ingin hidup Bahagia bersama adik nya Lisa, dia tidak ingin berurusan dengan orang yang bahkan tidak mengharapkan nya hadir, untuk mencarinya saja mereka tidak lakukan, lalu apa bisa di bilang mereka mengharapkan kehadiran Jisoo Lisa dan sang Papi.

RELUNG ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang