Bagian 31

1K 81 25
                                    

Aku mendadak nyaman jadi reader..


.
.
Lisa seharusnya bersyukur karena dia tidak di lanjutkan ke jalur hukum oleh Mami nya atas Tindakan yang di perbuatnnya. Jelas tidak, tidak mungkin Jiyoung sejahat itu memenjarakan Anak nya sendiri.

Jisoo membaik setelah mengalami masa kritis selama beberapa hari, dia berhasil bertahan dan melewati masa itu. Tapi belum sadar.

Semua memang tidak lagi sama sejak hari itu, Lisa menyadari bahwa ia memang salah di sini, suasana hening tidak ada yang berbicara, Jiyoung hanya menyuruh anak itu untuk makan dan istirahat

Kehangatan dalam keluarga itu tidak lagi terasa dan yang Lisa tau dialah penyebab nya lagi.

Lisa terusmenggenggam tangan dingin Rosie tanpa mau melepasnya sedetikpun, di banding Jisoo proses pemulihan Rosie ternyata lebih lama.

Padahal Jisoo yang merasakan hantaman itu, tapi penyakit yang di derita Rosie lebih mengerikan dari apapun.

Kembarannya itu sesekali terbangun hanya untuk mencari Jisoo, kemudian Kembali terlelap karena Lelah.

“Rosie,.. ayok bangun, kamu nggak mau main sama aku lagi?”

Tidak ada jawaban Rosie masih setia dengan alam mimpinya. Lisa hanya menghela napas pelan. Dia juga mendapat respon yang sama saat mengunjungi Jisoo di ruangan yang berbeda, Rosie dan Jisoo di pisah karena Kondisi Rosie tidak terkontrol harus penuh dengan pengawasan dokter.

Beda dengan Kakak nya itu, meski tetap betah tidur tapi sudah melewati masa kritis nya dan membaik.

“maaf.. aku pantas dapet hukuman tapi tolong jangan seperti ini hukumannya.. aku nggak bisa hidup tanpa kalian..” lirih Lisa

Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh Pundak kiri Lisa, dia melihat kehadiran Jennie di sana, Jennie masih terlihat berantakan, bagaimana tidak, adik yang selama ini hidup bersama denganya Tengah terbaring lemah di sana belum juga mendengar kabar baik nya, bagaimana dia bisa lega.

Jennie langsung memeluk Lisa tanpa berkata apapun, tapi jelas dia ingin menyalurkkan dan memberikan ketenangan pada adik nya yang terus merasa bersalah itu, Jennie di paksa untuk tetap tegar demi adik nya ini.

.
.
.
.
“aku semakin benci dengan usaha bengkel itu. Inilah alasan ku tidak setuju sejak awal.” kesal Jiyoung

“maaf Nyonya, jika anda terus seperti ini, saya khawatir tidak ada lagi senyum di wajah mereka” ucap asisten Jiyoung.

Seperti berpikir, Jiyoung hanya mampu diam mendengar itu.

“kau sudah mendapatkan donor paru yang sesuai deng Rosie?” tanya Jiyoung tanpa menanggapi asistennya.

______

3 hari berlalu.

Jisoo mengerjapkan matanya perlahan, dia terbangun dan tidak menemukan siapapun  di ruangannya. Hingga tidak lama kemudian Jiyoung muncul, dan segera mendekat dengan ekspresi bahagia.

Tidak ada lagi selang Panjang yang dijejalkan masuk ke dalam mulutnya, hanya ada masker oksigen yang tersisa. Kini Jisoo merasakan apa yang Rosie rasakan saat alat itu terpasang pada Rosie beberapa bulan ini.

"Mami..."

Jiyoung segera mendekat bersama Jennie, wanita itu benar-benar Bahagia melihat putri pertamanya itu bangun. Meskipun masih ada penyangga di lehernya dan juga di kaki dan tangan, paling tidak mata itu sudah terbuka lebar sekarang.

"Makasih ya nak, makasih udah bertahan~.."

Jisoo tersenyum tipis dibalik masker oksigennya, matanya beralih pada sang adik, Jennie yang menatap dengan senyum bahagianya.

RELUNG ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang