Bagian 26

548 66 14
                                    

Abaikan typo..

Lisa dengan jaket kulit berwarna hitam yang membalut tubuhnya itu mulai memasuki area rumah dengan terburu-buru, setelah memarkirkan motornya Lisa berusaha sebisa mungkin agar kedatangannya tidak di ketahui oleh pihak rumah.

Lisa melihat jam tangannya sudah hampir jam 1 dini hari, ternyata dia kabur cukup jauh juga tadi.

Perlahan Lisa membuka pintu kamar Rosie dilihatnya Rosie yang Tengah terlelap di sana, Lisa melangkahkan kaki mendekat.

Pucat, wajah Rosie begitu pucat, napas nya bahkan terdengar mengerikan bagi Lisa. meskipun nasal kanul (alat bantu pernapasan berupa selang oksigen) terpasang di hidung Rosie, ya karena kondisinya semakin memburuk, pihak rumah sakit belum mendapat pendonor yang tepst untuknya.

Butir keringat juga membasahi kening Rosie, belum lagi kerutan di sana seperti menahan sakit, terlihat Rosie seperti tidak nyaman dalam tidur nya.

“Rosie..” Panggil Lisa, sesaat ia lalu bisa melihat kelopak mata Rosie terbuka.

“maaf ya aku telat” Lisa mengangkat tangannya untuk mengusap kepala Rosie dengan lembut mengelus. “semuanya akan baik-baik saja, ada aku disini” lanjut Lisa

Rosie hanya diam saja, dia hanya menikmati usapan yang diberikan Lisa, walaupun tidak menghilangkan rasa cemasnya, tapi paling tidak ia merasa sedikit lebih tenang, Rosie terus memandangi wajah Lisa.

Pembahasan tadi yang Rosie ketahui tadi sore, tentu saja membuat Rosie langsung merasa sangat bersalah, dia ingin marah, dia ingin marah pada dirinya sendiri, kenapa dia harus menjadi beban dan Luka bagi Lisa?

Memikirkan hal itu  membuat rasa sakit di dadanya Kembali menyerang. Rosie berusaha untuk mengatasi semuanya sendirian, tapi dia tidak bisa. Sekuat apapun dia mencengkram dadanya, sebanyak apapun dia meminum obat, rasa sakit itu tak kunjung mereda.

Rosie mendengar suara Motor Lisa yang keluar dari garasi walaupun samar, perasaannya campur aduk, Rosie berpikir Lisa pasti akan kabur, Lisa tidak bisa membayangkan sesakit apa hati Lisa saat ini.

Untungnya setelah dia mencoba menghubungi Lisa, panggilan akhirnya di angkat. Rosie tidak tau apakah dia sudah mengatakan yang benar atau tidak saat berbicara di telpon dengan Lisa tadi, rasa sesak nya saat itu membuatnya tidak bisa berpikir jernih, Rosie hanya ingin Lisa tau bahwa dia sangat menyayangi nya.

Tidak terasa air mata saat ini Rosie jatuh dan dengan sigap Lisa mengusapnya

“Maaf.. Li.. Maaf..”

Lisa tidak bisa melihat orang  menangis, apalagi jika itu keluarga nya sendiri. Rosie berulang kali meminta maaf dengan derai air mata yang terus keluar dari kelopak indah nya. Rosie terbangun dari bating nya untuk duduk, bahkan setelah Lisa memeluk tubuh yang gemetar itu, tangisan Rosie tidak kunjung usai.

“Udah ya nangisnya, nanti makin sesak” Ucap Lisa mengelus punggung Rosie “ini bukan salah kamu kok, jadi gak perlu minta maaf”

Rosie menggelengkan kepalanya dalam dekapan Lisa “ng-gak ak-an be-gini kalo aku se-hat”

Lisa meringis mendengar ucapan Rosie yang sudah terbata-bata itu, seperti ada sesuatu yang menyayat hatinya, perih, sangat perih terasa.

Lisa seharusnya paham, ada banyak rasa sakit yang telah di lalui Rosie, terlebih sikap bodohnya dulu kepada Rosie yang mmebuat nya sangat menyesal sekarang.

Lama sekali mereka berada di posisi saling berpelukan itu, sampai tidak sadar dengan kehadiran Jennie dan Jisoo, mereka masuk perlahan dan Lisa menyadari kedatangannya.

Tangan Lisa terangkat memberi isyarat agar Jennie dan Jisoo memeluk Lisa dan Rosie, Jennie dan Jisoo menurut, mereka kemudian memeluk tubuh Rosie. Hangat, tapi terasa menyesakan di dada.

RELUNG ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang