33. Kursus?

170 11 0
                                    

Flashback

Relaka tahu, dia sangat lancang karena berani datang ke rumah Anya tanpa persetujuan wanita tersebut—lebih tepatnya dia mendapatkan alamat rumah Anya dari sahabatnya, Diva.

Sejak kejadian di mal waktu itu, Relaka memutuskan untuk ingin mengenal dan mencari tahu lebih dalam mengenai gadis itu. Relaka penasaran dengan gadis yang berani menyiram wajahnya dengan minuman boba, apalagi menolak ajakan perkenalannya. Selama ini, ia tidak pernah mendapatkan penolakan dari siapapun, dan hal itu amat mengusik pikirannya.

Terhitung sudah dua kali ia mendatangi rumah Anya, yang terletak di kawasan Kebayoran Lama. Pertama kali beberapa bulan yang lalu, dimana akhirnya Relaka berhasil mengajak Anya untuk menjelajah setiap sudut Petak Sembilan. Dan yang kedua kalinya adalah hari ini, dimana akhirnya ia bertemu dengan Ayahnya Anya, Om Beni.

Dan saat ini, Relaka tengah duduk di sofa ruang tamu bersama Om Beni. Berkat informasi dari Om Beni, Relaka jadi tahu bahwa gadis itu masih berada di kampus dan sedang dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Saya tidak tahu, kalau Anya ternyata punya teman selain Diva yang diajaknya main ke rumah." kata Om Beni sambil tersenyum hangat.

"Tapi saya belum dianggap teman sama Pradnya, Om." ujar Relaka dengan kekehan ringan. "Dia masih belum mau berteman dengan saya." imbuhnya lagi.

Om Beni hanya mengangguk, ia paham betul dengan sifat anaknya yang tidak mudah bergaul dan beradaptasi dengan orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, anak gadisnya itu tumbuh dengan sifat yang tidak mudah didekati, ia lebih memilih menjauh dari keramain dan menjaga jarak dari orang-orang yang hendak mendekatinya. Itu sebabnya, ia tidak memiliki banyak teman dekat, bahkan sepertinya hanya Divalah satu-satunya teman yang datang ke rumahnya dan selalu menjadi bahan cerita Anya pada orang tuanya.

Dan kini muncullah Relaka, yang entah bagaimana caranya dan dengan alasan apa ia datang sebagai teman—yang belum diakui Anya.

"Jadi kalian itu teman kuliah atau apa?" tanya Om Beni penasaran, karena sepertinya Anya tidak pernah menyebutkan nama 'Relaka' dalam setiap ceritanya. Selama ini, Anya memang sering bercerita kepada orang tuanya mengenai kehidupan kampusnya, rekan kampusnya dan tugas-tugas kuliahnya. Namun, tidak ada yang dekat semuanya hanya sebatas cerita yang tak menampilkan visual pada setiap cerita yang Anya bawakan.

Relaka nampak berpikir sebentar sebelum menjawab, ia ragu jika harus menceritakan awal mula pertemuan tidak baiknya dengan Anya. "Kita bertemu karena suatu insiden yang tidak mengenakkan, Om." Dengan ragu, Relaka mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Anya yang tidak menyenangkan itu secara runtun. Mulai dari kejadian saling bertabrakan di sebuah mal, yang berujung Anya menyiram wajahnya dengan minuman boba.

Mendengar penjelasan Relaka tersebut, Om Beni tertawa. "Saya tidak menyangka bahwa anak saya seberani itu."

"Saya juga salah, Om. Jadi saya memang pantas disiram saat itu." Jika mengingat kejadian itu, Relaka hanya bisa tertawa geli. Kemudian Relaka melanjutkan cerita mengenai pertemuan-pertemuan selanjutnya yang terjadi antara dia dan Anya, sampai akhirnya saat Anya datang ke konser perdananya di Yogyakarta waktu itu.

"Jadi, waktu itu Anya dan Diva ke Yogyakarta untuk datang ke konser band kamu?" Om Beni bertanya.

"Iya, Om. Saya juga minta maaf, karena saat itu saya sengaja bekerja sama dengan Diva untuk memaksa Anya datang ke konser saya." Relaka masih ingat, bahwa kehadiran Anya di konsernya itu bukan semata-mata karena keinginan gadis itu sendiri, melainkan ada andil besar dirinya dalam memaksa gadis itu untuk datang yakni melalui perantara Diva sebagai sahabat Anya.

Memang terdengar licik, tapi Relaka benar-benar terpaksa melakukan itu. Karena hanya itu satu-satunya cara agar dirinya bisa memerlihatkan kelihaiannya di atas panggung untuk secara tidak langsung memikat hati Anya. 

Yang Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang