Di dalam amplop cokelat itu, ternyata terdapat sebuah undangan dan selembar surat yang sepertinya di tulis dengan tulisan tangan yang nampak familiar bagi Anya namun ia tetap belum bisa mengenalinya. Dengan rasa penasaran yang amat tinggi, Anya akhirnya memilih untuk membaca undangan terlebih dahulu.
Saat membaca undangan tersebut, mata Anya langsung melotot tak percaya. Bagaimana tidak, di dalamnya bertuliskan sebuah undangan untuk menghadiri sebuah upacara wisuda prajurit atau wisjur. Anya bahkan masih melongo dengan herannya setelah membaca undangan itu sampai selesai, selama ini ia belum pernah menghadiri upacara wisjur seperti itu, karena memang keluarganya tidak ada satupun yang tergabung dalam anggota TNI ataupun Polri. Jadi, ketika Anya mendapatkan undangan wisjur seperti ini, ia sangatlah terkejut.
Di undangan itu tertera bahwa upacara wisjur akan diadakan pada tanggal 27 November 2020 pukul tujuh pagi, itu artinya sekitar satu minggu lagi dari hari ini. Upacara wisjur itu nantinya akan diselenggarakan di Lapangan Sapta Marga, Kampus Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.
Anya masih mematung di atas kasurnya saking tidak percayanya dengan apa yang sedang ia baca ini. Anya terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ini seriusan dia diundang? Memangnya siapa Anya sampai-sampai ia diundang di acara tersebut? Siapa yang mengundangnya? Dan juga, siapa Bara itu?
Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di kepala Anya, namun ia tahan sampai semua jawabannya ia temukan dengan sendirinya melalui surat yang masih ia pandangi dengan tatapan bingung.
Karena masih belum mengingat siapa Bara yang mengiriminya undangan dan surat itu, maka Anya langsung membuka selembar surat yang dikirim oleh Bara itu. Di surat itu, Anya mendapati sebuah tulisan tangan yang tidak begitu rapi tetapi masih bisa dibaca. Dengan jantung yang berdegup tak karuhan, Anya mulai membaca rentetan kalimat itu secara perlahan.
Semarang, 21 Agustus 2020
Apa kabar, Anya?
Semoga kamu masih ingat sama aku ya, dan semoga kamu baik-baik saja di Jakarta. Maaf kalau aku membuatmu terkejut dan bingung dengan datangnya undangan dan surat ini. Seriusan, aku nggak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin menepati janjiku sama kamu enam tahun yang lalu. Masih ingat kan, Nya? Kalaupun kamu lupa juga nggak masalah. Yang penting aku selalu ingat, kan yang punya hutang janji aku, bukan kamu. Meskipun kita janjinya sama-sama, tapi tetap saja tanggung jawabnya kita sendiri yang tanggung. Dan aku yakin, kamu pasti sudah menepati janji kamu.Undangan dan surat ini aku kirimkan sebagai bukti dan tanda terima kasih aku ke kamu, Nya. Mungkin saja kalau enam tahun yang lalu kamu nggak pernah mengajak aku untuk berjanji pada diriku sendiri, sekarang ini aku pasti nggak akan bisa berada di posisi seperti ini, Nya. Maka dari itu, kata terima kasih pun kayaknya nggak akan cukup kalau aku ucapkan ke kamu. Intinya aku sangat bersyukur karena telah dipertemukan sama kamu.
Mungkin kamu bertanya-tanya aku pindah kemana setelah meninggalkan Jakarta enam tahun yang lalu. Jadi Nya, setelah kepindahanku dari Jakarta waktu itu, aku sekeluarga pindah ke Semarang. Aku melanjutkan SMP dan SMA di Semarang dan sekarang aku sudah lulus sekolah, hehe. Alhamdulillah, aku juga sudah keterima di Akpol, Nya. Aku nggak nyangka, kalau omong kosongku dulu, ternyata sekarang menjadi kenyataan. Maka dari itu, aku baru berani menghubungi kamu melalui undangan dan surat ini setelah aku berhasil menepati janjiku, Nya.
Tapi sebelum aku benar-benar menjadi seorang polisi yang sudah sejak dulu aku cita-citakan, aku harus melewati berbagai rintangan dan tantangan yang cukup berat, Nya. Dan hal pertama yang harus aku lewati setelah dipastikan lolos seleksi Akpol yaitu aku harus mengikuti pendidikan dasar selama tiga bulan di Resimen Chandradimuka, Akademi Militer, Magelang.
Karena latihan pendidikan dasar itu selama tiga bulan dan selama menjalani latihan itu, setiap calon taruna dan taruni tidak boleh berkomunikasi dengan dunia luar baik itu dengan keluarga ataupun kerabat, jadi aku menulis surat ini sebelum aku berangkat ke Magelang, Nya. Aku harap Ibuk mengirimkan surat ini tepat waktu, biar kamu bisa menghadiri upacara wisjurku, Nya. Nggak lucu kan, kalau Ibuk ngirim undangan dan surat ini telat sehari saja, bisa-bisa kamu sampai Magelang malah mungutin sampah sisa acara, Nya. Hehe, bercanda kok, Nya.
Oh iya, salam buat Om Beni, Tante Dian sama Lula, ya.
Aku tunggu kehadiranmu di Magelang ya, Nya. Jangan lupa datang. Sampai bertemu tiga bulan lagi, Pradnya Paramitha.
~Baragandhi Maharaka~
Setelah selesai membaca surat itu, Anya langsung ingat siapa pemilik tulisan tangan yang sangat familiar di matanya. Ternyata pemilik tulisan tangan tersebut adala Gandhi. Ya ampun... ternyata Bara pengirim undangan dan surat itu adalah Gandhi temannya semasa sekolah dasar sekaligus tetangga depan rumahnya dulu.Anya masih tidak menyangka kalau Gandhi masih ingat dengannya bahkan alamat rumahnya, padahal Anya sendiri sudah hampir lupa dengan sosok Gandhi teman masa kecilnya itu.
Lalu sejak kapan nama panggilan Gandhi telah berubah menjadi Bara?
Apakah sudah banyak perubahan yang terjadi terhadap temannya itu selama enam tahun mereka tidak pernah bertemu?
Apa jika Gandhi tidak lolos Akpol, lelaki itu tidak akan menghubunginya? atau jika Gandhi tidak mengiriminya amplop cokelat ini, ia tidak akan kembali mengingat lelaki tersebut?
Ada beberapa pertanyaan yang tiba-tiba berserang dikepala Anya begitu selesai membaca surat dari Gandhi. Ia masih berusaha mencerna isi surat itu meskipun dihinggapi dengan banyak tanda tanya.
BERSAMBUNG..
Selamat membaca :)
Sabtu, 22 Februari 2020|Salam, tmsky
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...