Mengusir Relaka pergi dari rumah Anya itu sama saja seperti mengangkat batu seberat satu ton dengan tangan kosong. Susah.
Beneran deh, sesusah itu. Anya bahkan sudah mengusir Relaka dengan cara apapun, namun lelaki itu tetap pada pendiriannya yaitu memaksa Anya agar mau dibantu mengerjakan tugas kuliahnya, agar setelah itu Anya bisa menemani Relaka pergi entah kemana di hari sabtu besok.
Akhirnya Anya menyetujui rencana Relaka itu. Dan sekarang ini, Anya dan Relaka sedang duduk lesehan di karpet ruang keluarga yang ada di rumah Anya, dengan Relaka yang sejak sore tadi sibuk mengetikkan materi yang Anya bacakan.
"Masih banyak ya, Prad?" tanya Relaka dengan suara yang terdengar lesu, tapi pandangan matanya masih terfokus pada layar laptop.
Anya berusaha untuk menahan tawa ketika mendengar nada bicara Relaka yang nampak pasrah dan lelah.
"Bentar lagi," jawab Anya sambil menahan senyum. "Abis itu lanjut tugas yang kedua."
Relaka seketika menoleh ke arah Anya dan melotot horor ketika mendengar pernyataan yang baru saja Anya katakan itu.
"Lanjut tugas yang kedua? Gilak aja, jari tangan gue sampai mati rasa ini." Ucap Relaka dalam hati sambil menatap iba pada jemari tangannya.
"Kan kamu sendiri yang maksa mau bantuin nger—"
"Iya-iya gua ketikin sampai selesai," potong Relaka cepat sebelum Anya menyelesaikan ucapannya.
"Lanjut ya," ucap Anya sambil menahan senyum. Kemudian mereka berdua melanjutkan mengerjakan tugas kuliah Anya.
Jadi, karena Relaka tetap memaksa ingin membantu Anya mengerjakan tugas kuliahnya agar cepat selesai, akhirnya Anya pun mau bekerja sama untuk mengerjakan tugasnya dengan Relaka. Anya bertugas mengamati objek arsitektur yang ada di negara India, dan Relaka yang mengetikkan di Microsoft Word apa saja yang Anya diktekan.
Satu jam kemudian mereka berdua akhirnya menyelesaikan tugas kuliah Anya yang pertama, dan ternyata masih ada satu tugas lagi.
"Gilak! Jemari gue keriting semua," ujar Relaka hiperbolis seraya memperhatikan jemari tangannya. Kemudian Relaka mengarahkan jemari tangannya ke arah Anya. "Tanggung jawab lo."
Anya mengernyitkan dahi tanda tidak paham. "Tanggung jawab apa?"
"Jemari gue sakit gara-gara ngetikin tugas kuliah lo."
"Kan kamu sendiri yang maksa, Re."
"Pokoknya tanggung jawab!" seru Relaka sambil mengarahkan jemari tangannya ke depan wajah Anya. "Pijitin!" perintahnya kemudian.
Anya yang sudah malas berdebat dengan Relaka, akhirnya menarik tangan Relaka dan memijit jemarinya.
"Pelan-pelan, Pradnya!" seru Relaka saat dirasa Anya terlalu kuat memijit jemari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...