————
Anya mendengar suara mobil Bunda yang baru saja pulang mengantarkan Lula dari tempat bimbel. Dengan membawa undangan dan surat dari Gandhi, Anya langsung berlari keluar kamar dan menemui sang Bunda untuk menceritakan semuanya.
"Bunda! Bunda!" seru Anya sambil berlari menghampiri Bunda yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Ada apa sih, Kak?" tanya Bunda kaget.
Anya langsung menarik tangan Bunda dan membawanya untuk duduk di sofa ruang televisi. "Bunda tahu nggak, siapa pengirim undangan dan surat ini?" Anya bertanya kepada Bundanya sambil mengangkat undangan dan surat dari Gandhi.
Bunda menggeleng, tanda bahwa ia tidak mengetahui. "Mana Bunda tahu, kan Bunda belum baca."
"Bunda masih inget Gandhi nggak, Bun?" tanya Anya lagi.
Bunda nampak berpikir sejenak sebelum menggelengkan kepalanya. "Gandhi siapa?"
"Nah kan, Bunda juga nggak inget."
"Siapa sih, Kak?"
"Ini lho, Bun. Ternyata yang ngirimin Anya amplop yang isinya undangan sama surat itu adalah Gandhi, Bun. Temen masa kecil Anya sekaligus tetangga depan rumah kita dulu, Bun." Anya mencoba menjelaskan siapa Gandhi si pengirim amplop cokelat itu kepada bundanya.
Bunda nampak terkejut dengan penjelasan Anya. "Ooo... Ya ampun Gandhi! Gandhi anaknya Mbak Dewi sama Mas Tomo. Ya Allah, Bunda sampai lupa sama anak itu. Eh, ngomong-ngomong Gandhi dan keluarganya tinggal dimana sekarang?"
Dahulu Gandhi beserta keluarganya baru saja pindah dari Kalimantan dan tinggallah mereka sekeluarga di Jakarta, tepatnya di depan rumah Anya. Saat itu, Gandhi baru berusia 7 tahun dan seumuran dengan Anya, sehingga mereka dahulu sering bermain bersama bahkan bersekolah di tempat yang sama. Namun sangat disayangkan, kebersamaan mereka tidak bisa selamanya, sebab Gandhi dan keluarganya harus berpindah tempat tinggal lagi dikarenakan kepentingan pekerjaan orang tuanya. Dan pada saat itu, mereka pindah tepat setelah kelulusan sekolah dasar Gandhi, karena pada saat itu Gandhi dan keluarganya harus segera pindah sehingga tidak sempat berpamitan dengan tetangga depan rumahnya tersebut. Oleh karena itu, Anya dan keluarganya tidak mengetahui dimana Gandhi beserta keluarganya pindah. Rupanya enam tahun yang lalu, Gandhi dan keluarganya pindah dan tinggal di kota Semarang.
"Katanya di Semarang, Bun." Jawab Anya memberitahukan pada Bundanya. "Oh iya... Bunda, Ayah sama Lula dapet salam dari Gandhi."
"Waalaikumsalam, senang deh kalau Gandhi kirim kabar ke kamu," jawab bunda sambil tersenyum. "Gandhi mau nikah ya? Kok kirimin undangan?" tanya Bunda dengan serius.
"Bukan undangan pernikahan, Bunda." elak Anya sambil terkekeh. "Jadi, Anya itu diundang untuk menghadiri upacara wisjurnya Gandhi, Bun. Gandhi masuk Akpol yang ada di Semarang itu."
"Wisjur?! Gandhi jadi taruna Akpol?!" Bunda nampak terkejut dengan kabar bahwa Gandhi masuk Akademi Kepolisian yang ada di Semarang. "Hebat dong dia, padahal kecilnya dulu cungkringnya minta ampun. Berarti waktu sudah di Semarang dia banyak berubah ya? Bunda kaget loh dengarnya, tapi Bunda salut banget sama Gandhi bisa masuk Akpol Semarang. Hebat dia."
"Sama Bun, Anya juga kaget dan nggak nyangka, tapi Anya bangga banget sama Gandhi." Anya juga terlihat sangat bahagia bisa mendengar kabar baik dari Gandhi.
"Emang kapan acara wisjurnya, Kak?" tanya Bunda penasaran.
"Seminggu lagi, Bun." Jawab Anya sedikit lesu. "Terus Anya harus gimana ya, Bun?" Tanya Anya yang nampak kebingungan, karena sejujurnya ia bingung harus bagaimana. Lebih tepatnya, ia bingung apakah ia harus datang ke upacara wisjur itu atau mencari alasan lain agar ia tidak bisa hadir secara langsung.
"Gimana apanya?" tanya Bunda nampak heran dengan pertanyaan Anya.
"Ya... Anya harus datang atau tidak? Kan Anya suda—"
"Ya harus datanglah, Kak. Kan Kakak diundang sama Gandhi. Nggak enak kalau nggak datang, setidaknya hargai pertemanan kalian," kata Bunda menasehati Anya agar mau datang ke acara wisjurnya Gandhi.
Anya nampak diam memikirkan perkataan bunda, haruskah ia datang ke upacara wisjurnya Gandhi?
BERSAMBUNG.
Kira-kira Anya bakalan datang ke upacara wisjurnya Gandhi nggak ya?
Selamat membaca :)
Minggu, 23 Februari 2020|salam, tmsky
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terduga
RomanceSelama ini, tak ada objek yang tak bisa aku torehkan ke dalam sebuah goresan gambar seni rupa. Namun, semenjak kau kembali datang di hidupku, aku sering salah menggoreskan pena. Bahkan, untuk menggambar sebuah titik yang paling mudah sekalipun aku...